KUA Serpong Pelaksanaan Suscatin di KUA Wilayah Tangerang Selatan 1. KUA Ciputat

3 Untuk lebih jelasnya perbedaan berikut ditampilkan dalam bentuk tabel berikut: No Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009 KUA Ciputat KUA Pamulang KUA Pondok Aren KUA Serpong 1 Tatacara dan prosedur perkawinan     2 Pengetahuan Agama     3 Peraturan Perundangan di bidang perkawinan dan keluarga     4 Hak dan kewajiban suami istri     5 Kesehatan reproduksi    6 Manajemen keluarga x x X x 7 Psikologi perkawinan dan keluarga x x X X Dilihat dari segi materi yang disampaikan tampak bahwa memang ke empat KUA di Wilayah Kota Tangerang Selatan diatas tidak menyampaikan materi sebanyak tujuh materi sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ II491 Tahun 2009. Meskipun tidak menyampaikan sebanyak penuh tujuh materi ada kelebihan yang penulis temukan dimasing-masing KUA tersbut untuk menutupi kekurangan yang materi yang disampaikan adalah KUA menyerahkan panduan materi suscatin menuju keluarga sakinah ke setiap pasangan calon pengantin yang mengikuti suscatin atau calon pengantin itu. Dengan diberikanya buku panduan menuju keluarga sakinah agar menutupi kekurangan materi bisa ditutupi. 4 5 ` Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan yang sudah diuraikan terdahulu ditemukan penyebab tata cara dan prosedur perkawinan, pengetahuan agama, peraturan perundangan di bidang perkawinan dan keluarga, hak dan kewajiban suami isteri, kesehatan repoduksi, manajemen keluarga, dan psikologi perkawinan dan keluarga. Dengan waktu yang singkat tersebut tidak mungkin mencangkup semua materi yang disampaikan hanya 3 sampai 4 jam tersebut tidak mungkin waktu yang 3 sampai 4 jam itu bisa mencangkup dan menutupi kekurangan tujuh materi tersebut. 2. Dari segi durasi waktu Semua KUA di wilayah Tangerang Selatan ternyata tidak menerapkan materi kursus calon pengantin yang diterapkan pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Mayarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009 pasal 3 ayat 4. NO Materi Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009 KUA Ciputa t KUA Pamulang KUA Pondok Aren KUA Serpong 1 Tatacara dan prosedur perkawinan 2 jam 48 menit 50 menit 48 menit 36 menit 6 2 Pengetahua n agama 5 jam 48 menit 46 menit 48 menit 36 menit 3 Peraturan perundanga n di bidang perkawinan dan keluarga 4 jam 48 menit 45 menit 48 menit 36 menit 4 Hak dan kewajiban suami istri 5 jam 48 menit 51 menit 48 menit 36 menit 5 Kesehatan reproduksi sehat 3 jam 48 menit 48 menit 48 menit 36 menit 6 Manajemen keluarga 3 jam X X X X 7 Psikologi perkawinan dan keluarga 2 jam X X X X Total 4 jam24 4 jam240 menit 4 jam240 menit 3 jam180 menit 7 8 0 menit Durasi untuk suscatin ini hanya bekisar 3 samapai 4 jam pada masing- masing KUA ini lebih banyak disebabkan karean pasangan calon pengantin itu sudah diundang tetapi tidak memiliki kesempatan waktu untuk mengikuti suscatin, untuk menghadiri waktu 3 sampai 4 jam itu pun tidak semua pasangan suscatin yang bisa hadir, ini terbukti dari minimnya pasangan yang menikah itu mengikuti calon pengantin sebagaimana disebutkan pada bagian A diatas. Sebab dengan waktu yang 3 sampai 4 jam saja minat dari suscatin kurang apa lagi dengan materi suscatin yang 24 jam tersbuut. 3. Dari segi metode Dari 4 KUA yang diteliti, ternyata hanya 2 KUA, yaitu KUA Ciputat dan Pondok Aren saja yang mengikuti persis dengan Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009 pasal 3 ayat 2 yang berbunyi “kursus catin dilakukan dengan metode ceramah, dialog, simulasi dan studi kasus” tentang metode suscatin, sedangkan KUA yang lain hanya mengikuti Metode Ceramah dan Tanya jawab aja. Untuk membandingkannya bisa dilihat dari tabel berikut : No Model KUA Ciputat KUA Pamulang KUA Pondok Aren KUA Serpong 1 Ceramah     2 Dialog     3 Simulasi    X 4 Studi kasus X x x X Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa tidak semua KUA menggunakan metode yang tercantum dalam Peraturan Direjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama No. DJ.II491 Tahun 2009. 4. Narasumber Terkait dengan narasumber yang akan disampaikan materi dalam program suscatin ini dapat dipahami bahwasanya dari 4 KUA yang diteliti hanya KUA Pondok Aren yang mendekati isi Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama No. DJ.II491 Tahun 2009 pasal 3 ayat 3 dari MUI dan penghulu. Sedangkan 3 KUA lainnya hanya mendatangkan dari pihak KUA saja hal iini terkait dengan dana menurut pengakuan dari 3 kepala KUA yang pewawancarai teliti wawancarai terungkap bahwa dana yang diperuntuja untuk pelaksanaan suscatin ini sangat minim. 5. Silabus Modul Dari hasil penelitian penulis dengan 4 KUA dapat diambil kesimpulan bahwasanya hanya KUA Ciputat dan KUA Pondok Aren yang memiliki SilabusModul sesuai dengan pasal 5 ayat 1 Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009. Sedangakan dua KUA lainnya tidak memiliki modul. 6. Sertifikat Berdasarkan pada pasal 5 ayat 2 Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009. Disebutkan bahwa dari empat KUA yang diteliti semua memiliki sertifikat suscatin. Dengan demikian tampak bahwa ke empat KUA Ciputat, KUA Pamulang, KUA Pondok Aren dan KUA Serpong. Setelah penulis melakukan wawancara dengan kepala KUA di wilayah Tangerang Selatan tersebut di ketahui bahwa penyebab tidak diterapkan peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ. II491 Tahun 2009 tentang suscatin itu adalah karena adanya kendala dana dan kurang minatnya calon pengantin terhadap program suscatin. Ternyata penyebab utama pada semua KUA tersebut adalah sama yaitu masalah dana dan kurang minatnya calon pengantin. Meskipun penyebabnya sama pada semua KUA, tampaknya solusi yang mereka ambil cukup berbeda. KUA Pondok Aren menyediakan waktu 10 menit setelah ijab qabul untuk memberikan kursus calon pengantin, sedangkan KUA Ciputat, Pamulang dan serpong tidak melakukan penambahan waktu. Ke tiga KUA ini membiarkan saja calon pengantin tidak memperoleh kursus sama sekali. Teakhir satu hal yang perlu dicatat bahwa ke empat KUA di Wilayah Tangerang Selatan tesebut menyebutkan alasan diterapkan peraturan Dirjen secara utuh di empat KUA tersebut, adalah menurut mereka peraturan Dirjen itu hanya sekedar formalitas tertulis saja, belum ada sanksi yang tegas yang mengatur perihal suscatin tersebut. 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan suscatin pada masing-masing KUA di Wilayah Tangsel masih belum sesuai dengan Peraturan perundang undangan yang mengatur tentang suscatin, yaitu Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009. Dilihat dari segi materi, dari keempat KUA yang menjadi objek penelitian tampak bahwa materi suscatin yang diberikan tidak sama persis dengan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009 sebagaimana disebutkan pada pasal 3 ayat 1. Semua KUA di wilayah Tangerang Selatan ternyata tidak melaksanakan materi kursus calon pengantin selama 24 jam sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Mayarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009 pasal 3 ayat 4. Rata-rata semua KUA hanya melaksanakan kursus calon pengantin sekitar 3-4 jam saja. Sedangkan dari segi metode, ternyata hanya 2 KUA, yaitu KUA Ciputat dan Pondok Aren saja yang mengikuti persis dengan pasal 3 ayat 2, yang semestinya metode suscatin meliputi metode ceramah, dialog, simulasi, dan studi kasus. Sedangkan KUA yang lain hanya mengikuti Metode Ceramah dan Tanya jawab saja. Sedangkan terkait sertifikat untuk suscatin, semua KUA memberikan sertifikat suscatin kepada pasangan yang mengikuti suscatin. Sertifikat tersebut digunakan sebagai persyaratan mencatatkan perkawinan mereka di KUA setempat. Kendala yang dihadapi oleh KUA di Wilayah Tangerang Selatan dalam pelaksanaan suscatin tersebut, lantaran waktu untuk pelaksanaan suscatin itu diselenggarakan pada hari kerja. Hal ini membuat calon pengantin kesulitan menghadirinya karena terkait izin dari tempat kerjanya. Selain itu, kendala dana juga menjadi salah satu faktor tidak terlaksananya penyelenggaraan suscatin sesuai dengan Peraturan Dirjen. Teakhir satu hal yang perlu dicatat bahwa ke empat KUA di Wilayah Tangerang Selatan tesebut menyebutkan alasan tidak diterapkan peraturan Dirjen secara utuh di empat KUA tersebut, adalah menurut mereka peraturan Dirjen itu hanya sekedar formalitas tertulis saja, belum ada sanksi yang tegas yang mengatur perihal suscatin tersebut.

B. SARAN-SARAN 1. Saran untuk KUA Wilayah Tangerang Selatan , diharapkan supaya lebih tegas

dalam melaksanakan program suscatin terhadap para calon pengantin dan agar peraturan Direkur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009 bisa dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. 2. Untuk Kementerian Agama, Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama , diharapkan agar lebih tegas lagi dalam menerapkan peraturan yang ada di dalam peraturan tersebut, agar peraturan dimaksud tidak hanya menjadi anjuran semata. Selain itu, diharapkan Kementerian Agama meningkatkan lagi pengawasannya dalam program tersebut, sehingga berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 3. Untuk pasangan calon pengantin, disarankan untuk mengikuti program suscatin karena sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ. II491 Tahun 2009 bahwa program suscatin memang diwajibkan kepada para pasangan calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.Selain itu mengikuti program suscatin memiliki manfaat yang sangat besar sesuai dengan pasal 2 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Tentang Kursus Calon Pengantin yang berbunyi program suscatin untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan berumah tangga atau keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawwadah dan warrahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga. DAFATAR PUSTAKA Arifin Zainal, Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya BP4. Majalah Perkawinan dan Keluarga ,No .452xxxv 1112010 Data dari hasil penelitian dari KUA Ciputat Data dari hasil penelitian di KUA Pondok Aren Data dari hasil penelitian di KUA Serpong Departemen Agama, Pedoman konseling perkawinan, Jakarta: Depag RI, Direktur Jendral Bimbingan Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2004 Dirjen Bimas Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama RI ,Modul TOT Kursus Calon Pengantin, Jakarta Departemen Agama RI Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Dirjen Bimas Islam, 2000 Farihah Ipah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , Jakarta :Lembaga Penelitian UIN akarta dengan UIN Jakarta Press,2006 Fitri Melia, Pelaksanaan Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, Jakarta: 2014 Hasil MUNAS BP4 ke XIV2009 Jakarta,1-3 Juni 2009 Kanwil Depag Provinsi Jawa Tengah, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Gerakan Sadar zakat, Semarang ,2000 Pasal 2 Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama. Pasal 3 Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama. Pasal 4 Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departeme Agama Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor DJ.II372 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 4 Sopyan Yayan, Buku Ajar: Pengantar Metodologi Penelitian, 2010