Manajemen Keuangan

(1)

RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN

1. Pendahuluan

Sudah sangat tidak diherankan lagi salah satu faktor besar dari keberhasilan perusahaan itu terdapat pada manajemen keuangannya. Ketika anda dapat memantau penghasilan, biaya dan indikator keuangan lainnya sesegera mungkin dan akurat, maka anda juga dapat membuat keputusan keuangan untuk jangka pendek dan jangka panjang secara bijaksana yang membuat perusahaan dan bisnis anda bertumbuh. Tidak heran jika suatu perusahaan akan segera gulung tikar jika mereka tidak memiliki seorang manajer keuangan yang handal, pelaporan biaya yang “kendur”, data pendapatan yang tidak sesuai dengan keadaan lapangan dan terlebih lagi bila dana yang diperoleh perusahaan dialokasikan kepada real-asset yang salah.

Manajemen Keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Fungsi – fungsi-fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana memperloleh dana (raising fund) dan bagaimana menggunakan dana tersebut (allocation fund). Dalam pengalokasian dana perusahaan tidaklah boleh sembarangan, seorang manajer keungan harus terlebih dahulu mengusai bidangnya secara matang dikarenakan seorang manajer keuangan harus dapat mempertanggung-jawabkan keuangan perusahaan yang di dalamnya terdapat bidang akuntansi yang dimana pelaporan keuangan perusahaan harus sesuai dengan keadaan di lapangan.

Pembicaraan tentang keputusan – keputusan dalam bidang keuangan yang dimana meliputi keputusan investasi, keputusan pembelanjaan dan dan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan dan penggunaan aktiva secara efisien, haruslah dapat dikuasai penuh oleh para manajer perusahaan. Sangatlah sulit untuk menghadapi tantangan dalam mengelola aktiva secara efisien dalam perubahan yang terjadi di lingkungan, seperti: persaingan antar perusahaan, perekonomian dunia yang tidak menentu dan juga terhadap perkembangan teknologi yang di era modern ini semakin pesat.


(2)

2. Pengenalan Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan memiliki peran dalam kehidupan perusahaan ditentukan oleh perkembangan ekonomi kapitalisme. Pada awal lahirnya kapitalisme sebagai sistem ekonomi pada abad 18, manajemen keuangan hanya membahas topik rugi-laba. Selanjutnya berturut-turut ia memiliki peranan antara lain sebagai berikut :

 Tahun 1900 awal : Penerbit surat berharga  Tahun 1930 – 1940 : Kebangkrutan, Reorganisasi  Tahun 1940 – 1950 : Anggaran & Internal Audit  Tahun 1950 – 1970 : Eksternal Perusahaan  Tahun 1970 – 1980 : Inflasi

 Tahun 1980 – 1990 : Krisis Ekonomi Keuangan  Tahun 1990 – sekarang : Globalisasi

Disiplin keuangan mengalami perkembangan dari disiplin yang deskriptif menjadi semakin analisis dan teoritis (sumbangan dari ekonom sangat besar). Dari yang lebih menitik beratkan dari sudut pandang pihak luar menjadi berorientasi pengambilan keputusan pada Manajemen

 Tahun 1920

Capital budgeting dirumuskan. Model ini menjelaskan perlunya memperhatikan nilai waktu uang sewaktu melakukan keputusan investasi. Kesulitan dalam penentuan tingkat bunga layak untuk menghitung present value. Capital budgeting sebagai dasar perkembangan teori penilaian (valuation).

 Tahun 1950

Harry Markowitz merumuskan portfolio theory, yang kemudian dikembangkan oleh Sharpe, Lintner, Treynor pada tahun 1960-an dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Teori dan model tersebut berguna untuk merumuskan resiko yang relevan untuk investasi

 Tahun 1970

Muncul Artbritage Pricing Theory dan Option Pricing Theory. Teori pertama memberikan alternatif (selain CAPM) untuk menaksir harga aktiva sedangkan teori kedua menjelaskan bagaimana suatu opsi (pilihan) ditaksir nilainnya.


(3)

Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Kebijakan Moneter, Kebijakan Pajak, Kondisi Ekonomi, Kondisi Sosial dan Kondisi Politik.

Kebijakan Moneter berhubungan dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Khususnya inflasi mempunyai dampak langsung terhadap manajemen keuangan, antara lain :

 Masalah akuntasi  Kesulitan perencanan  Permintaan terhadap modal  Suku bunga

 Harga obligasi menurun

Kondisi ekonomi juga mempunyai dampak langsung terhadap manajemen keuangan, antara lain :

 Persaingan internasional  Keuangan internasional

 Kurs pertukaran yang berfluktuasi

 Marger, pengambilalihan, dan restrukturisasi  Inovasi keuangan dan rekayasa keuangan

Jadi Manajemen keuangan dalam perkembangannya telah berubah : 1. Dari studi yang bersifat deskriptif menjadi studi yang meliputi

analisa dan teori yang normatif

2. Dari bidang yang meliputi penggunaan dana dan alokasi dana menjadi manajemen dari aktiva dan penilaian perusahaan di dalam “pasar” secara keseluruhan

3. Dari bidang yang menekankan pada analisa extern perusahaan menjadi bidang yang menekankan pada pengambilan keputusan di dalam perusahaan.


(4)

dan menggunakan dana serta pengelolaan terhadap aktiva. Beberapa definisi manajemen keuangan diberikan sebagai berikut:

a. Liefman

Usaha untuk menyediakan uang dan menggunakan uang untuk mendapat atau memperoleh aktiva.

b. Suad Husnan

Manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. c. Grestenberg

How to bussines are organized or acquire funds, how they acquire funds, how they use them and how the profits business are distributed.

d. James Van Horne

Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan perolehan aktiva dengan tujuan menyeluruh.

e. Bambang Riyanto

Keseluruhan aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat – syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk mendapatkan dana tersebut yang seefisien mungkin.

f. Weston dan Copeland

Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi : keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan.

Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva-aktiva tersebut.

Untuk membelanjai kebutuhan dana tersebut, manajer keuangan dapat memenuhinya dari sumber yang berasal dari luar perusahaan dan dapat juga yang berasal dari dalam perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, yaitu pertemuan antara pihak membutuhkan dana dan pihak yang dapat menyediakan dana.

Dana yang berasal dari pasar modal ini dapat berbentuk hutang (obligasi) atau modal sendiri (saham). Sumber dari dalam perusahaan berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba ditahan), cadangan maupun depresiasi.


(5)

Setelah dana diperoleh, maka dana tersebut harus digunakan untuk membelanjai operasi perusahaan. Dana akan tertanam pada berbagai kekayaan riil perusahaan.

4. Fungsi Manajemen Keuangan

Fungsi dari manajemen keuangan ada tiga yaitu : 1. Investment Decision(Pembelanjaan Aktif)

Keputusan penggunaan dana atau pengalokasian dana. Implementasi dari Allocation of funds, yang meliputi bisa dalam jangka pendek dalam bentuk working capital, berupa aktiva lancar atau jangka panjang dalam bentuk capital investment, berupa aktiva tetap.

a. Jangka Pendek : Penggunaan Dana untuk pengoperasian perusahaan.

b. Jangka Panjang : Investasi dalam aktiva tetap.

Tercermin di sisi aktiva (kiri) sebuah neraca. Komposisi aktiva harus ditetapkan misalnya berapa aktiva total yang dialokasikan untuk kas atau persediaan, aktiva yang secara ekonomis tidak dapat dipertahankan harus dikurangi, dihilangkan atau diganti

.

2. Financial Decision(Pembelanjaan Pasif)

Keputusan dengan pemilihan sumber dana. Implementasi dari rasing of funds, meliputi besarnya dana, jangka waktu penggunaan, asalnya dana serta, persyaratan-persyaratan yang timbul karena penarikan dana tersebut.

Raising of funds bisa diperoleh dari internal (modal sendiri) meliputi: saham preferen, saham biasa, laba ditahan dan cadangan, maupun eksternal (modal asing) jangka pendek maupun jangka


(6)

Hasil Financial Decision tercermin di sebelah kanan dari neraca.

3. Deviden Decision(Keputusan mengenai Deviden)

Untuk menentukan apakah dana yang diperoleh dan dihasilkan operasi akan dibagikan kepada pemegang saham atau investasi kembali.

Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai fungsi – fungsi dari manajer keuangan :

1. Perencanaan Keuangan

Membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.

2. Penganggaran Keuangan

Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.

3. Pengelolaan Keuangan

Menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.

4. Pencairan Keuangan

Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.

5. Penyimpanan Keuangan

Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan aman.

6. Pengendalian Keuangan

Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada paerusahaan.

7. Pemeriksaan Keuangan

Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.

Kegiatan penting lainnya yang harus dilakukan oleh seorang manajer keuangan menyangkut empat (4) aspek yaitu :

1. Dalam perencanaan dan peramalan, dimana manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain yang ikut bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.


(7)

2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya.

3. Manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin. 4. Menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal, manajer

keuangan menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana dana dapat diperoleh dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.

Dari ke empat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pokok manajer keuangan berkaitan dengan keputusan investasi dan pembiayaannya. Dalam menjalankan fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

5.

Tujuan Manajemen Keuangan

Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan (The Main Objective of Financial Management) adalah memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, bukan memaksimumkan profit. Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan tanggung jawab social, mengabaikan risiko, dan berorientasi jangka pendek. Sedangkan arti memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan sebagai berikut:

1. Berarti memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan di masa datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.

2. Berarti lebih menekankan pada aliran hasil bukan sekedar laba bersih dalam pengertian akuntansi.


(8)

perusahaan. Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalkan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan para pemegang obligasi.

Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham/pemilik perusahaan tidak mengingkari adanya social objectives dan kewajiban sosial. Tanggung jawab sosial adalah satu aspek penting dari tujuan perusahaan, maksudnya:

1. Keberhasilan memaksimumkan nilai perusahaan akan memberikan sumbangan yang berarti kepada lingkungan sosial secara keseluruhan. Artinya jika manajemen keuangan menuju pada maksimalisasi harga saham, maka diperlukan manajemen yang baik dan efisien sesuai dengan permintaan konsumen.

2. Pengaruh (dampak) lingkungan eksternal seperti polusi, keselamatan kerja, keamanan produk juga harus diperhitungkan. Dimana perusahaan yang berhasil selalu menempatkan efisiensi dan inovasi sebagai prioritas, sehingga menghasilkan produk baru, penemuan teknologi baru dan perluasan lapangan pekerjaan.

3. Kepekaan terhadap faktor eksternal merupakan salah satu syarat penting agar perusahaan tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Faktor-faktor luar seperti pencemaran lingkungan, jaminan keamanan produk dan keselamatan kerja menjadi lebih penting untuk dipertimbangkan. Fluktuasi di semua tingkat kegiatan bisnis dan perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi pasar keuangan merupakan aspek penting dari lingkungan luar.

4. Perusahaan harus dapat memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dalam kendala legal dan sosial dan bertanggung jawab terhadap perubahan lingkungan. Kerjasama antara industri dan pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan peraturan yang mengatur perilaku perusahaan, dan sebaliknya perusahaan mematuhi peraturan tersebut.

Tujuan perusahaan pada dasarnya adalah memaksimumkan nilai perusahaan dengan pertimbangan teknis sebagai berikut :

1. Memaksimumkan nilai bermakna lebih luas daripada memaksimumkan laba, karena memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap nilai uang.


(9)

2. Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai resiko terhadap arus pendapatan perusahaan.

3. Mutu dari arus dana yang diharapkan diterima di masa yang akan datang mungkin beragam.

Adapun tujuan dari manajemen keuangan yang dikemukakan oleh

(Sartono: 2000, 3) Manajemen keuangan yang efisien memenuhi adanya tujuan yang digunakan sebagai standar dalam memberi penilaian keefisienan, yaitu :

1. Tujuan normatif manajemen keuangan adalah mazimization wealth of stockholders atau memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yaitu memaksimalkan nilai perusahaan.

 Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang perusahaan.  Secara konseptual jelas sebagai pedoman dalam pengambilan

keputusan yang mempertimbangkan faktor risiko.

 Manajemen harus mempertimbangkan kepentingan pemilik, kreditor dan pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan.

 Memaksimalkan kemakmuran pemegang saham lebih menekankan pada aliran kas daripada laba bersih dalam pengertian akuntansi.

 Tidak mengabaikan social objectives dan kewajiban sosial, seperti lingkungan eksternal, keselamatan kerja, dan keamanan produk. 2. Nilai perusahaan yang belum go-publik dapat diukur dengan harga

jual seandainya perusahaan tersebut dijual. Jadi tidak hanya nilai asset (laporan di neraca) tetapi diperhitungkan juga tingkat risiko usaha, prospek perusahaan, manajemen lingkungan kerja dan sebagainya. Indikasi nilai perusahaan adalah:


(10)

a. Perusahaan bisa saja meningkatkan laba dengan cara mengeluarkan saham dengan hasil penjualan saham diinvestasikan pada deposito atau obligasi pemerintah. Dengan cara ini dijamin laba akan besar tetapi keuntungan per lembar saham akan menurun, karena jumlah lembar saham yang beredar bertambah, sehlngga kondisi perusahaan tidak baik. b. Terminologl profit memlllki pengertian ganda, dlsebabkan

terdapat banyak definlsl profit.

 Memaksimalkan nilai perusahaan tidak sama dengan memaksimalkan laba per~lembar saham (earning per share = EPS) alasannya:

a. Tujuan memaksimalisasi laba tidak memperhatikan waktu dan lamanya keuntungan yang diharapkan.

b. Tidak mempertimbangkan risiko atau ketidakpastian dari keuntungan di masa yang akan datang. Jika suatu usulan mengandung risiko yang besar, maka kenaikan keuntungan per lembar saham akan diikuti dengan penurunan harga saham.

Nilai ialah sesuatu yang dijunjung tinggi dan dihormati. Dalam perusahaan hal itu diwujudkan dalam perhitungan laba oprasional bersih atau net operating profit after tax yang lazim disebut NOPAT. Perusahaan dapat dikatakan memiliki nilai maksimum jika NOPAT lebih besar dari pada biaya modal yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Misalnya perusahaan memiliki modal Rp 1000, biaya modal yang diperhitungkan 10% per tahun, Laba oprasi Rp150. pajak 20%. Nilai Perusahaan sebesar :

[Laba Operasi (1 – Pajak ) – ( Biaya Modal X Modal)] =

---Biaya Modal

[Rp 150 ( 1 – 0,20) – (0,10 X Rp 1000)] = ---Rp 1200

= 0,10

Berdasarakan perlindungan diatas,perusahaan memiliki tambahan nilai modalnya ( atau nilai invetasinya) Rp 1000, sedangkan nilai perusahaan berdasarkan kapitalisasi laba oprasi bersih Rp 1200.


(11)

mungkin, artinya ia harus mampu memperoleh laba operasi sebesar-besarnya dengan modal yang digunakan sekecil mungkin.

6. Lingkungan Keuangan

Aspek lingkungan yang penting dipahami para manajer keuangan adalah sektor keuangan di bidang perekonomian, yang terdiri dari pasar keuangan (financial markets), lembaga keuangan (financial institutions) dan instrumen keuangan (financial instruments).

1. Pasar keuangan, menunjukkan pertemuan antara permintaan dan penawaran akan aktiva finansial (financial asset) atau sering disebut sebagai sekurities. Sekurities adalah secarik kertas (surat) yang mempunyai nilai pasar karena surat tersebut menunjukkan klaim atas aktiva riil perusahaan (misalnya mesin-mesin, pabrik, bahan baku, barang dagangan, merek dagang, dll.)

2. Lembaga keuangan yaitu lembaga yang berperan sebagai lembaga intermediari (financial intermediation) dengan mempertemukan unit surplus dengan unit defisit. Contoh lembaga keuangan dalam sistem moneter adalah Bank sentral, Bank pencipta uang giral/bank umum. Lembaga keuangan dan di luar sistem moneter (bank bukan pencipta uang giral/BPR), lembaga pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun, lembaga di bidang pasar modal, dll.

3. Instrumen Keuangan, contohnya adalah uang, saham, hutang, dan surat berharga di pasar uang dan pasar modal lainnya.

7.

Lingkup Manajemen Keuangan

 Pembicaraan tentang keputusan – keputusan dalam bidang keuangan, yaitu: Keputusan Investasi, Keputusan pembelanjaan dan kebijaksanaan deviden dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran para pemegang


(12)

Penjelasan :

1. Kas diperoleh dengan menjual financial asset (saham, obligasi atau sekuritas lain) atau mendapatkan kredit dari bank atau sumber lain. 2. Dana yang diperoleh dari pemberi dana digunakan untuk membeli

real asset yang digunakan dalam operasional perusahaan.

3. Apabila perusahaan bekerja dengan baik, real asset menghasilkan aliran kas masuk yang lebih besar dari jumlah yang dibayarkan (dikeluarkan) pada saat investasi.

4. Pada akhirnya kas tersebut di-reinvestasikan atau dikembalikan kepada pemodal (pemegang obligasi maupun bank).

8.

Kedudukan Manajer Keuangan Dalam Struktur Organisasi

Perusahaan

Di dalam perusahaan yang besar bidang keuangan dipimpin oleh seorang manajer keuangan (chief financial manager). Manajer keuangan atau sering disebut direksi keuangan melaporkan secara langsung kepada direktur keuangan atau presiden direktur.

Sedangkan di dalam departemen keuangan dalam suatu perusahaan dibagi lagi ke dalam beberapa bagian/divisi yang dipunyai oleh seorang kepada divisi meliputi:

1. Divisi Anggaran

Bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan memperbaiki bugdet operasi (operating bugdet).

2. Divisi penganggaran modal (capital budgeting)

Bertanggung jawab untuk mempersiapkan analisis pengeluaran modal.

Operasi

Perusahaan

(Sekelompok

Aktiva Riil)

Manajer

Keuangan

Pasar Modal

(Pemodal yang

memiliki Aktiva


(13)

3. Divisi perencanaan keuangan

Bertanggung jawab untuk mengambil alternatif pemenuhan kebutuhan dana jangka panjang.

4. Divisi perencanaan keuangan jangka pendek

Bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan dana jangka pendek, serta investasi jangka pendek pada surat berharga (marketable securities).

5. Divisi kredit

Bertanggung jawab untuk menentukan kredit yang akan diberikan kepada langganan, disamping itu divisi ini juga bertanggung jawab dalam negoisasi dengan kreditor (lembaga keuangan Bank dan bukan Bank).

6. Divisi hubungaan masyarakat (human relation)

Bertanggung jawab terhadap pembentukan image/komunikasi antara perusahaan, pemegang saham, para investor dan masyarakat keuangan secara umum.

9.

Aktifitas Manajemen Keuangan

Sebelum membahas lebih jauh tentang aktivitas dalam manajemen keuangan, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai Konsep Modal.

1. Konsep Modal

Dalam ilmu ekonomi, istilah “capital” (modal) merupakan konsep yang pengertiannya berbeda-beda, tergantung dari konteks penggunaannya dan aliran pemikiran (school of thought) yang dianut.

Dalam abad ke-16 dan 17 istilah “capital” dipergunakan untuk menunjuk kepada :

a) Stok uang yang akan dipakai untuk membeli komoditi fisik yang kemudian dijual guna memperoleh keuntungan, atau


(14)

ini didasarkan atas kriteria sejauh mana suatu unsur modal itu terkonsumsi dalam jangka waktu tertentu (misal satu tahun).

Jika suatu unsur modal itu dalam jangka waktu tertentu hanya terkonsumsi sebagian sehingga hanya sebagian (kecil) nilainya menjadi susut, maka unsur itu disebut “fixed capital” (misal mesin, bangunan, dan sebagainya).

Tetapi jika unsur modal terkonsumsi secara total, maka ia disebut “circulating capital” (misal tenaga kerja, bahan mentah dan sarana produksi). Pembedaan semacam ini (yang juga masih umum dipergunakan sampai sekarang), mendapat kritik dari Marx.

John Stuart Mill dalam Principle of Political Economy (1848) menggunakan istilah “capital” dengan arti:

a) barang fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan barang lain, dan

b) suatu dana yang tersedia untuk mengupah buruh.

Pada akhir abad ke-19, modal dalam arti barang fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan barang lain, dipandang sebagai salah satu di antara empat faktor utama produksi (tiga lainnya adalah tanah, tenaga kerja dan organisasi atau managemen). Para ahli ekonomi neo-klasik pun menggunakan pandangan ini (misalnya Alfred Marshall dalam Principles of Economies 1890).

Sekarang, “modal” sebagai suatu konsep ekonomi dipergunakan dalam konteks yang berbeda-beda. Dalam rumusan yang sederhana, misalnya Mubyarto memberikan definisi: “modal” adalah barang atau uang, yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru” (1973:94). Dalam artian yang lebih luas, dan dalam tradisi pandangan ekonomi non-Marxian pada umumnya, “modal” mengacu kepada “asset” yang dimiliki seseorang sebagai kekayaan (wealth) yang tidak segera dikonsumsi melainkan, atau disimpan (“saving” adalah “potential capital”), atau dipakai untuk menghasilkan barang/jasa baru (investasi). Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang. Tetapi, tidak setiap jumlah uang dapat disebut modal. Sejumlah uang itu menjadi modal kalau ia ditanam atau diinvestasikan untuk menjamin adanya suatu “kembalian” (rate of return). Dalam arti ini modal juga mengacu kepada investasi itu sendiri yang dapat berupa alat-alat finansial seperti deposito, stok


(15)

produksi, atau dapat pula berupa sarana produksi fisik. Kembalian itu dapat berupa pembayaran bunga, ataupun klaim atas suatu keuntungan. Modal yang berupa barang (capital goods), mencakup “durable (fixed) capital” dalam bentuk bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan distribusi, dan barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk memproduksi barang-barang/jasa baru; dan “no-durable” (circulating) capital, dalam bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang berada dalam proses untuk diolah menjadi barang jadi. Terdapat pula adanya penggunaan istilah “capital” untuk mengacu kepada arti yang lebih khusus, misalnya “social capital” dan “human capital”. Istilah yang pertama mengacu kepada jenis modal yang tersedia bagi kepentingan umum, seperti rumah sakit, gedung sekolahan, jalan raya dan sebagainya; sedangkan istilah yang kedua mengacu kepada faktor manusia produtif yang secara inherent tercakup faktor kecakapan dan keterampilan manusia. Menyelenggarakan pendidikan misalnya, disebut sebagai suatu investasi dalam “human capital” (Schultz 1961, menurut Mubyarto 1973:98).

Para ahli ekonomi non-Marxian—apapun mazhab yang dianutnya—pada umumnya mengikuti pengerian-pengertian di atas, sedangkan Marx menggunakan istilah “capital” untuk mengacu kepada konsep yang sama sekali lain. “Modal” bukanlah barang, melaikan hubungan (produksi) sosial yang menampakkan diri sebagai barang. Memang, berbicara tentang modal berarti berbicara tentang “bagaimana membuat uang”, tetapi asset yang “membuat” uang itu mewadahi hubungan khusus antara si pemilik dengan yang bukan pemilik sedemikian rupa sehingga bukan saja bahwa uang “dibuat”, tetapi juga bahwa hubungan-hubungan pemilikan pribadi yang melahirkan proses tersebut secara terus-menerus terlestarikan (Bottmore 1983:60).

Dengan demikian, “capital” adalah suatu konsep abstrak yang manifestasinya dapat berupa barang atau uang. Karena itu, ia


(16)

a) menjual komoditas (K) dan uang yang diterima (U) dipakai untuk membeli komoditas lain; dan

b) membeli komoditas untuk kemudian dijual lagi (Secara bagan: K-U-K; dan U-K-U).

2. Dalam rangkaian transaksi itu faktor “nilai” menjadi penting, sebab terutama dalam U-K-U, transaksi itu hanya bermakna jika jumlah uang pada titik akhir menjadi lebih besar daripada jumlah asal (kalau tidak, ya bagaimana keuntungan dapat diperoleh). Kalau pertukaran itu merupakan pertukaran nilai yang setara, bagaimana tambahan uang bisa diperoleh? Sebaliknya, kalau tidak setara, berarti nilai itu sendiri tidak tercipta. Marx menjawab persoalan ini dengan menerapkan “nilai-guna”. Nilai guna mempunyai sifat “menciptakan” nilai tambahan atau “lebih”. Komoditas yang mempunyai nilai-guna seperti itu adalah tenaga kerja.

3. Jalur K-U-K, secara tipikal mengacu kepada transaksi pengupahan tenaga kerja. Buruh menjual tenaganya untuk memperoleh sejumlah uang (berupa upah) yang pada gilirannya dipakai untuk membeli barang lain (pangan dan lain-lain kebutuhan) yang diperlukan untuk dapay me-“reproduksi” tenaganya. Karena itu dalam transaksi ini, uang sama sekali tidak bertindak sebagai modal (Bandingkan dengan Mill di atas). Namun, jika dilihat dari arah transaksi yang terbalik, yaitu dari si penguah, dan “nilai” dimasukan, maka uang di sin dapay disebut sebagai unsur modal yang oleh Marx disebut dengan istilah variable capital (VC) (lihat poin enam di belakang). Tetapi VC dilihat dari si pengupah.

4. Sebaliknya, jalur U-K-U meupakan transaksi yang mencakup pembelian sarana produksi yang kemudian diolah menjadi produk yang kmudian dijual untuk memperoleh uang lebih banyak. Jadi, berbeda dengan upah yang dibelanjakan untuk membeli barang yang dikonsumsi dan kemudian lenyap sama sekali, dalam jalur U-K-U ini uang hanya merupakan “advance” untuk kemudian muncul kembali dalam jumlah yang lebih banyak. Disinilah uang ditranformasikan menjadi capital dalam suatu proses historis ketika tenaga kerja menjadi komodits—di sini terkait dengan konsep freedom makna ganda).

5. Dengan demikian, modal dalam konsep Marx adalah “nilai yang membengkak sendiri” (self expanding value) atau “nilai dalam gerak” (value in motion).

6. Ada sepasang konsep lagi dari Marx yang sering dikacaukan penggunaannya dengan konsep fixed dan circulating capital dari


(17)

(CC) dan variable capital (VC). Kedua pasangan itu sama sekali berbeda maknanya. CC adalah bagian dari modal yang dikeluarkan (advance) untuk diubah menjadi sarana produksi yang dalam proses produksi tidak mengalami perubahan nilai. Artinya, “nilai” sarana produksi itu disimpan dalam “nilai” produk yang dihasilkan, suatu proses pengalihan “nilai” melalui proses kerja. Proses produksi adalah transformasi “nilai-guna”. Nilai-guna dari barang (sarana produksi) yang diolah, dikonsumsi. Tetapi “nilai” barang itu sendiri dialihkan ke dalam produk baru. Demikian tentang CC. VC adalah bagian dari modal yang dikeluarkan untuk diubah menjadi tenaga kerja yang dalam proses produksi kegiatannya menuju kepada dua arah, yaitu produksi nilai setaranya sendiri, dan di lain pihak menghasilkan “nilai-tambah”, yang besarnya bragam menurut keadaan.

Dengan demikian, dalam konsep Marx, unsur-unsur modal itu dapat dibedakan menurut dua macam kriteria, yaitu:

1. Dilihat dari kriteria proses kerja, ada faktor obyektif yaitu sarana produksi, dan ada faktor subyektif yaitu tenaga kerja.

2. Dilihat dari segi penetapan nilai (valorization), ada constant capital dan ada variable capital.

Sehingga disimpulkan bahwa Modal adalah hutang/kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pemilik dan Hutang adalah kewajiban yang harus dibayar kepada pihak lain sehingga Harta = utang + modal dan Hak = kewajiban.

2. Aktivitas Keuangan

 Akifitas pembiayaan(Financing Activity)


(18)

Utang (Debt), Utang Jangka Pendek (Short-term Debt) dan Utang jangka panjang (Long-term Debt)

 Lain-lain, misalnya hibah. b. Sumber Internal

 Laba Ditahan (Retained Earning).

 Penyusutan, amortisasi, dan Deplesi ( Depreciation, Amortization, dan Deplention).

 Lain-lain, misalnya penjualan harta tetap yang tidak produktif.

 Aktifitas Investasi(Investment Activity)

Aktivitas investasi adalah kegiatan penggunaan dana berdasarkan pemikiran hasil yang sebesar-besarnya dan resiko yang sekecil-kecilnya. Aktivitas itu meliputi :

a. Modal Kerja (working Capital) atau harta lancar (Current Assets).

b. Harta Keuangan (Finanncial assets) yang terdiri : investasi pada saham (stock) dan Obligasi (Bond).

c. Harta Tetap (real Assets) yang terdiri dari : Tanah,gedung, Peralatan.

d. Harta Tidak Berwujud (intangible assets) terdiri dari : Hak Paten, Hak Pengelolaan Hutan, Hak Pengelolaan Tambang, Goodwill.

 Aktivitas Bisnis

Aktivitas bisnis adalah kegiatan untuk mencari laba melalui efektivitas penjualan barang atau jasa efisiensi biaya yang akan mengahsilkan laba. Aktivitas itu dapat dilihat dari laporan Laba-Rugi, yang terdiri dari unsur :

a. Pendapatan (sales atau Revenue) b. Beban ( Expenses)

c. Laba-Rugi ( Profit-Loss)

10.

Financial Statement Analysis

Dalam menilai hasil pencapaian/prestasi perusahaan yang terlihat pada laporan keuangan perusahaan, pimpinan perusahaan biasanya berorientasi pada laba perusahaan saja. Padahal dari laporan keuangan


(19)

dapat tercermin berbagai aspek/masalah potensial yang mungkin segera harus ditanggulangi.

Perusahaan dengan laba kecil, namun kondisi keuangan memadai, relatif akan lebih baik dibanding perusahaan dengan laba besar, namun kondisi keuangan buruk. Analisis Laporan Keuangan Cermin Keberhasilan Perusahaan danPedoman Perencanaan Perusahaan

Analisis Laporan Keuangan merupakan alat informasi untuk membantu para manajemen dalam mengambil keputusan. Bagi manajemen, perlu dalam rangka mengetahui efisiensi pendayagunaan sumber daya. Bagi bankir, ini sangat penting dalam rangka pemberian kredit baik kredit jangka pendek yang melihat likuiditas perusahaan atau kredit jangka panjang yang menganalisis arus kas. Juga pemilik mencoba melihat profitabilitas dari usahanya dan juga penting mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan

Demikian juga calon investor akan mencoba menganalisis “trend” dari penjualan, juga kontinuitas dunia usaha serta profitabilitas terhadap komoditi yang akan diinvestasikan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari materi Ruang Lingkup Manajemen Keuangan adalah

1. Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Kebijakan Moneter, Kebijakan Pajak, Kondisi Ekonomi, Kondisi Sosial dan Kondisi Politik.

2. Manajemen Keuangan dalam perkembangannya telah berubah :

 Dari studi yang bersifat deskriptif menjadi studi yang meliputi analisa dan teori yang normatif.

 Dari bidang yang meliputi penggunaan dana dan alokasi dana menjadi manajemen dari aktiva dan penilaian perusahaan di dalam “pasar” secara keseluruhan.


(20)

4. Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva-aktiva tersebut. 5. Fungsi Manajemen Keuangan ada tiga (3) yaitu :

 Investment Decision(Pembelanjaan Aktif).

 Financial Decision (Pembelanjaan Pasif).

 Deviden Decision(Keputusan Mengenai Deviden).

6. Tujuan manajemen keuangan (The Main Objective of Financial Management) adalah memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, bukan memaksimumkan profit. Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan tanggung jawab social, mengabaikan risiko, dan berorientasi jangka pendek.

7. Aktifitas Manajemen Keuangan terdiri dari: Konsep Modal dan Aktifitas Keuangan.


(21)

Daftar Pustaka

Shapiro, Alan C.Foundation of Multinational Financial Management. Edisi 4, Hoboken NJ: John Wiley & Sons, 2002

Solnick, Bruno. “Global Asset Management”. Journal of Portfolio Management 24 (Musim Panas 1998), 43-51

www.google.com/pengaruh-struktur-aktiva-tingkat-pertumbuhan-perusahaan-ukuran-perusahaan-profitabilitas-dan-cost-equ.htm www.google.com/pengertian-manajemen-keuangan.htm


(22)

MANAJEMEN MODAL KERJA

1. Pendahuluan

Perekonomian Indonesia pada saat ini sedang menuju era globalisasi yang memberikan peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Dilain pihak dengan adanya perdagangan bebas pada era globalisai ini menimbulkan persaingan yang ketat, dan perusahaan harus mampu mengantisipasi dan menghadapi segala situasi dan kondisi agar mampu bertahan dan dapat terus maju dalam rangka memenangkan persaingan usaha. Dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan untuk kemakmuran para pemegang saham dan para karyawannya, para manajer perusahaan harus mampu mengantisipasi segala perubahan situasi dan kondisi baik yang ada didalam perusahaan maupun diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan.

Dalam menjalankan usahanya, manajer perusahaan tidak akan terlepas dari masalah permodalan perusahaan yaitu pemenuhan modal kerja maupun investasi. Bahkan apabila perusahaan telah mencapai posisi tertentu yang cukup baik sesuai dengan tujuan, maka perusahaan terdebut dapat melakukan ekspansi atau perluasan usaha. Dalam melakukan ekspansi, suatu perusahaan tidak akan terlepas dari kebutuhan akan modal. Pemenuhan kebutuhan modal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan modal sendiri yang terdiri dari saldo laba, modal dari pemegang saham dan dari sumber lainnya yaitu modal pinjaman atau dapat pula diperoleh dengan mengkombinasikan keduanya.

Selain ditunjang oleh pemenuhan modal kerja yang tepat, agar perusahaan dapat berkembang dengan baik, pengelolaan yang efektif dan efisien serta produktifpun akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, apalagi disertai dengan adanya tindakan pengendalian yang efektif untuk mencegah timbulnya penyimpangan yang terjadi. Dengan adanya pengelolaan yang efisien dalam melakukan kegiatan operasional perusahaan akan berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan.


(23)

2. Pengertian dan Konsep Modal Kerja

Menurut Eugene F.Bringham dan Joel F.Houston (2001:150) modal kerja dapat dijelaskan, yaitu:

“Modal kerja, yaitu investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, yaitu kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan dan piutang usaha”

Sedangkan menurut Lawrence J Gitman (2000:616) modal kerja dapat diartikan sebagai berikut :

“Current assets, commonly called working capital, represent the position of investment that circulates from one form to another in the ordinary conduct of business”.

Pengertian dari Lawrence J.Gitman diatas dapat diartikan bahwa aktiva lancar biasa disebut modal kerja, menunjukan keadaan investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam suatu perusahaan. Hal ini sama halnya dengan yang dijelaskan oleh Mohamad Muslich (2003:143), sebagai berikut:

“ Modal kerja menunjukan ukuran besarnya invetasi yang dilakukan perusahaan dalam aktiva lancar dan klaim atas perusahaan yang diwakili oleh utang lancar”.

Dari pengertian- pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar. Aktiva lancar adalah aktiva yang secara normal dapat diubah menjadi kas dalam satu tahun. Secara umum aktiva lancar (current asset) terdiri dari kas atau uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan hutang lancar (current liabilities) terdiri dari hutang jangka pendek seperti hutan wesel, hutang usaha dan hutang-hutang pada bank lain yang berusia kurang dari satu tahun.

Secara tradisional, modal kerja (working capital) didefinisikan sebagai investasi perusahaan dalam aktiva lancar (current asset). Aktiva lancar itu sendiri sebagaimana didefinisikan menurut akuntansi adalah aktiva yang harus habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan


(24)

lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus-menerus berputar setiap periodenya selama hidupnya perusahaan.

Menurut Bambang Riyanto (2001:57) ada tiga konsep modal kerja yang umum dipergunakan, yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur aktiva lancar (Aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula / dana yang tertanam akan bebas lagi dalam jangka waktu yang pendek), disebut sebagai modal kerja bruto (gross working capital)

2. Konsep Kualitatif

Sebagian aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditas. Kelebihan Aktiva lancar di atas hutang lancar ( Aktiva lancar – Hutang Lancar), di sebut sebegai modal kerja netto(net working capital)

3. Konsep Fungsional

Konsep yang mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income).setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perudahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan .

Ada 3 macam pengertian tentang modal: a.Non Working Capital

Dana yang tidak menghasilkancurrent incomeatau jika menghasilkancurrent incometidak sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut.

b.Potential working capital(Modal Kerja Potensial) c. Modal Kerja

Contoh:

Aktiva Lancar Aktiva Tetap

Kas 75.000 Tanah 75.000

Efek 180.000 Bangunan 360.000

Piutang Dagang 150.000 Mesin 240.000


(25)

Keterangan:

1. Depresiasi bangunan setiap tahun Rp 22.500,- dan depresiasi mesin setiap tahun Rp Modal kerja (Working Capital)

- Kas - Persediaan - Piutang (60%) - Depresiasi bangunan - Depresiasi mesin

Jumlah

Bukan Modal kerja (Non Working Capital) - Tanah

- Bangunan - Mesin

Jumlah

Modal Kerja Potensial (Potential Capital ) - Keuntungan dalam piutang (40%)

- Efek Jumlah

Rp. 75.000 Rp. 120.000 Rp. 90.000 Rp. 22.500 Rp. 30.000 --- + Rp. 337.500

Rp. 75.000 Rp. 337.500 Rp. 210.000 --- + Rp. 622.500

Rp. 60.000 Rp. 180.000 --- + Rp. 240.000


(26)

3. Jenis-Jenis Modal Kerja

Bagi suatu perusahaan,tersedianya modal kerja yang memadai akan menjamin kelangsungan operasi perusahaan. Beroperasinya perusahaan itu akan mengalami perubahan yang nantinya mempengaruhi kebutuhan modal yang diperlukan. Modal kerja yang tersedia harus dapat menutupi beban-beban.

Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan. Berikut ini ada beberapa klasifikasi modal kerja menurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (2001:61) yang mengutip pernyataan W.B.Taylor dalam bukunya Financial Politices Of Business Enterprise :

A. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Yaitu Modal Kerja yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk menjalankan fungsinya, atau kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capitaldapat dibedakan dalam :

1. Modal Kerja Primer (Primary working capital)

Yaitu Jumlah Modal Kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya

2. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)

Yaitu Jumlah Modal Kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian normal disini adalah dalam artian yang dinamis.

B. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Yaitu Modal Kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Dan modal kerja ini dibedakan antara :


(27)

1. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) berubah karena fluktuasi musim

2. Modal KerjaSiklis(Cyclical Working Capital) berubah karena fluktuasi konjungtur

3. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) berubah karena keadaan darurat

4. Perputaran Modal Kerja

Periode perputaran Modal Kerja di mulai dari saat di mana kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat di mana kembali lagi menjadi kas.

Makin pendek periode tersebut, makin cepat (makin tinggi) perputarannya. Contoh:

Perputaran barang dagangan : Penjualan dengan kredit :

Kas 1 Barang Piutang Kas 2

Pembelian Penjualan Penerimaan Uang

Penjualan dengan tunai :

Kas 1 Barang Kas 2


(28)

 Tingkat perputaran modal kerja dalam 1 tahun diketahui dengan cara membagi tahun dalam bulan atau hari dengan periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja Diketahui :

- Periode perputaran modal kerja (k1-k2)= 1 bulan, maka tingkat perputaran Modal kerjanya 12 kali dalam 1 tahun

- Jika k1-k2 = 2 bulan, tingkat perputaran modal kerja 6 x setahunnya - Jika k1-k2 = 3 bulan, tingkat perputaran modal kerja 4 x setahunnya

- Jika k1-k2 = 4 bulan, dimana barang harus dibayar dulu sebulan sebelum barang diterima, periode penyimpanan dan penjualan meliputi waktu 2 bulan penerimaan piutang 1 bulan,

dapat dihitung dari neraca dan income statement dengan :

Current Assets Turnover

=

Atau


(29)

4.Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dari 2 faktor :

1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja

Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan digudang, jika waktu penerimaan piutang.

2. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari

Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain

Modal Kerja makin besar, jika :

♦Jumlah pengeluaran kas setiap tetap, periode perputaran lama

♦Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas besar Contoh:

PT “ABC” memproduksi produk Z, setiap harinya sebanyak 100 unit. Dalam satu bulan perusahaan bekerja selama 25 hari. Unsur biaya yang dibebankan untuk setiap unit produk adalah sebagai berikut:


(30)

supplier bahan mentah tersebut rata-rata 5 hari sebelum bahan mentah diterima. Waktu yang diperlukan untuk membuat barang tersebut 5 hari, dan selanjutnya atas pertimbangan kualitas barang masih harus tersimpan digudang 2 hari. Penjualan dilakukan dengan kredit dengan syarat pembayaran 10 hari sesudah barang diambil. Pimpinan menetapkan persediaan besi Rp 2.000.000. Berapa besarnya kebutuhan Modal Kerja yang diperlukan perusahaan tersebut untuk dapat membiayai operasi perusahaan secara Kontinyu?

Jawab:

Periode perputaran a. Bahan mentah A

- Dana yang terikat dalam persekot bahan 5 hari - Proses produksi 5 hari

- Barang jadi 2 hari - Piutang dagang 10 hari

b. Bahan mentah B, tenaga kerja langsung, biaya administrasi, gaji pimpinan - Proses produksi 5 hari

- Barang jadi 2 hari - Piutang dagang 10 hari

Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam unsur modal kerja tersebut adalah a. Bahan mentah A = 100 unit x Rp.500 x 22 hari = Rp. 1.100.000 b. Bahan mentah B = 100 unit x Rp. 200 x 17 hari = Rp. 340.000 c. Tenaga kerja langsung = 100 unit x Rp. 400 x 17 hari = Rp. 680.000

--- +


(31)

Biaya administrasi dan gaji pimpinan :

- Jumlah biaya selama 1 bulan Rp. 3.250.000

- Jumlah biaya produksi selama 1 bulan (25 hari ) = 25 x 100 unit = 2500 unit - Biaya per unit = Rp. Rp. 3.250.000 / 2500 unit = Rp. 1300

- Biaya per hari 100 unit x Rp. 1300 = Rp. 1.300.000 Dana yang diperlukan untuk biaya selama periode perputaran

= Rp. 1.300.000 x 17 hari = Rp. 22.100.000

Persediaan kas minimal = Rp. 2.000.000

--- +

Jumlah modal kerja yang dibutuhkan = Rp. 26.220.000

5. Pentingnya Manajemen Modal Kerja

Manajemen Modal Kerja adalah pengaturan total dan jumlah masing-masing komponen modal kerja dan pembelanjaan yang dibutuhkan untuk mendukung aktiva lancar.

Beberapa alasan pentingnya manajemen modal kerja:

1. Sebagian waktu manajer keuangan banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah modal kerja. Misalnya agar perusahaan beroperasi efisien, persediaan perlu dikelola secara hati-hati.

2. Keputusan modal kerja dapat berpengaruh secara berarti terhadap risiko, return dan harga saham.


(32)

Ada 2 masalah kunci dalam penentuan tingkat aktiva lancar yang optimal yaitu:

1. Masalah Likuiditas

2.Trade-offantara profitabilitas dan risiko

Pertimbangan yang diperlukan oleh manajemen dalam penentuan modal kerja (Horne and Wachowic, 1995) diantaranya:

1. Aktiva Lancar likuiditas

2. Aktiva Lancar resiko yang dihadapi perusahaan mengurangi resiko kekurangan persediaan

3. Aktiva Lancar profitabilitas modal yang tertanam dalam AL

Terjadinyatrade –offantara profitabilitas dan resiko yaitu:

1. Jika Perusahaan ingin profitabilitas tinggi, maka harus memelihara AL relatif rendah, akibatnya resiko tinggi terhadap kekurangan persediaan / kehilangan kesempatan penjualan, dan sebaliknya.

2. jika perusahaan ingin resiko rendah terhadap kekurangan persediaan dan kehilangan kesempatan penjualan, maka harus memelihara tingkat AL yang relatif tinggi, akibatnya profitabilitas rendah.

Pada tingkat output tertentu, ada 3 alternatif kebijakan tingkat AL :

1. Kebijakan I : jumlah / tingkat AL relatif besar (merupakan pendekatan konservatif)

2. Kebijakan II : jumlah / tingkat AL relatif sedang (merupakan Pendekatan yang bersifat moderat (pendekatan tidak konservatif dan tidak agresif))

3. Kebijakan III : jumlah / tingkat AL rendah (merupakan Pendekatan agresif)

Terdapat 3 jenis kebijakan pembelanjaan yaitu: 1. Kebijakan pembelanjaanhedging


(33)

Suatu metode pembelanjaan dengan menggunakan pembelanjaan yang mempunyai umur pembelanjaan relatif sama dengan umur investasi

2. Kebijakankonservatif

Suatu metode pembelanjaan dengan menggunakan pembelanjaan yang mempunyai umur pembelanjaan relatif lebih lama dari umur sebagian investasi dalam aktiva agar terdapat suatu margin of safety dalam menjaga likuiditas

3. Kebijakan pembelanjaan agresif

Suatu metode pembelanjaan dengan menggunakan pembelanjaan yang mempunyai umur pembelanjaan relatif lebih pendek dari umur sebagian investasi dalam aktiva untuk menekan biaya pembelanjaan.

Penerapan Kebijakan Pembelanjaan terhadap komponen Aktiva

Jenis Aktiva Kebijakan pembelanjaan

hedging

Kebijakan konservatif Kebijakan pembelanjaan agresif

Aktiva Tetap

Pembelanjaan jangka panjang

Pembelanjaan jangka panjang Pembelanjaan jangka panjang

Aktiva Lancar Permanen Pembelanjaan jangka Panjang

Pembelanjaan jangka. Panjang Sebagian pembelanjaan jangka pendek, sebagian jangka panjang

Aktiva Lancar Musiman Pembelanjaan jangka pendek

Sebagian pembelanjaan jangka Panjang, sebagian jangka pendek

Pembelanjaan jangka Pendek


(34)

6. Sebab-sebab Perubahan Modal Kerja

 Adanya kenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan maka modal kerja akan bertambah

 Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi,modal kerja kan bertambah

 Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek, atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar, maka modal kerja akan bertambah

 Karena kerugian yang diderita oleh perusahaan, baik kerugian normal maupun kerugian exidentil.maka akan mengurangi modal kerja

 Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang.maka akan mengurangi modal kerja

 Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap maka akan mengurangi modal kerja  Pengambilan uang atau barang yang dilakukan oleh pemilik perusahaan untuk

kepentingan pribadi.

7. Manfaat Manajemen Modal Kerja

 Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

 Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.  Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi

perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

 Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen

 Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.


(35)

 Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

 Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja .

8. Kelemahan Modal Kerja

 Kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahaan

 Menimnbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu menggunakan modal kerja secara efisien

 Jika modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami kerugian dalam membayar bunga

9. Laporan Modal Kerja

Laporan perubahan modal kerja merupakan ringkasan tentang hasil-hasil aktivitas keuangan suatu perusahaan dalam satu periode tertentu dan menyajikan sebab-sebab perubahan-peubahan posisi keuangan perusahaan tersebut

Contoh penyusunan “Laporan Modal Kerja” berikut ini diberikan data PT Jaya Makmur yang diperbandingkan antara 31 desember 1997 dengan neraca 31 desember 1998 sebagai berikut :


(36)

PT. JAYA MAKMUR

Neraca yang diperbandingkan


(37)

Laba ditahan tahun 1996 Rp771,400. dan laba bersih tahun 1997 Rp 1,000,000 di asumsikan jika tidak diketahui data lainnya, maka dari neraca yang diperbandingan tersebut dapat secara langsung dibuat “Laporan Perubahan Modal Kerja” sebagai berikut

PT. JAYA MAKMUR

Laporan Perubahan Modal


(38)

Sumber Modal Kerja :

1) Hasil Operasi : Laba Rp. 521,900

Depresiasi Rp. 83,500

--- + Rp. 605,400

2) Penjualan Saham Rp. 600,000

--- +

Rp1,205,400 Penggunaan Modal Kerja

1) Pembelian Gedung Rp. 400,000

2) Pembelian Alat-alat Kantor Rp. 150,000 3) Pembayaran Hutang Obligasi Rp. 150,000

--- +

Rp. 700,000

-Kenaikan Modal Kerja Rp. 505,400

Dari laporan diatas maka PT JAYA MAKMUR mendapatkan kenaikan modal kerja pada tahun 1998 sebesar Rp. 505,400 dimana sumbernya berasal dari hasil operasi dan penjualan saham.

Laporan modal kerja akan bertambah apabila aktiva lancar bertambah yang diimbangi atau dibarengi dengan perubahan dalam sector atau pos tidak lancar (non current account). Tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan misalnya penggunaan aktiva lancar untuk melunasi atau membayar hutang lancar.


(39)

Manajemen modal kerja yang sehat memperhatikan 2 masalah keputusan yang mendasar pada perusahaan :

 Penentuan jumlah optimal investasi dalam aktiva lancar

 Penentuan kombinasi yang tepat antara pembelanjaan utang lancar dan utang jangka panjang untuk mendukung investasi dalam modal kerja.

Rangkuman

- Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar. Aktiva lancar adalah aktiva yang secara normal dapat diubah menjadi kas dalam satu tahun. Secara umum aktiva lancar (current asset) terdiri dari kas atau uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan hutang lancar (current liabilities) terdiri dari hutang jangka pendek seperti hutan wesel, hutang usaha dan hutang-hutang pada bank lain yang berusia kurang dari satu tahun. Tiga konsep modal kerja :

1. Konsep Kuantitatif 2. Konsep Kualitatif 3. Konsep Fungsional - Jenis-Jenis Modal Kerja

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) a. Modal Kerja Primer (Primary working capital) b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)


(40)

- Sebab-sebab Perubahan Modal Kerja

 Adanya kenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan maka modal kerja akan bertambah

 Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi,modal kerja kan bertambah

 Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek, atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar, maka modal kerja akan bertambah

 Karena kerugian yang diderita oleh perusahaan, baik kerugian normal maupun kerugian exidentil.maka akan mengurangi modal kerja

 Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang.maka akan mengurangi modal kerja

 Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap maka akan mengurangi modal kerja

 Pengambilan uang atau barang yang dilakukan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi.

- Manfaat Manajemen Modal Kerja

 Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.  Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.  Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi

perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

 Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen

 Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.

 Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.


(41)

 Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja

-Kelemahan Modal Kerja

 Kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahaan

 Menimnbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu menggunakan modal kerja secara efisien

 Jika modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami kerugian dalam membayar bunga

DAFTAR PUSTAKA

- Riyanto,Bambang.Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,edisi 4, BPEE Yogyakarta,2001.

- Google,search.Modal Dalam Perusahaan.

- Eugene F.Bringham dan Joel F.Houston (2001:150).modal kerja. - Lawrence J Gitman (2000:616),modal kerja.


(42)

MANAJEMEN PIUTANG

1. Penduhuluan

Setiap perusahaan menpunyai harta ( aktiva ) untuk mendukung kegiatan usahanya. Aktiva itu dibagi menjadi dua yaitu: aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva tetap dibagi menjadi dua golongan yaitu, aktiva tetap berwujud dan aktiva tidak berwujud. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, berupa: tanah, bangunan, peralatan, dan sebagainya. Aktiva ini berfungsi untuk mendukung menjalankan kegiatannya, yaitu kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam rangka memperoleh dana. Aktiva tetap memiliki peranan penting dalam menyediakan informasi yang bermanfaat bagi kreditor dan investor.

Aktiva memiliki tiga karakteristik utama yaitu, memiliki manfaat ekonomi dimasa mendatang, dikuasai oleh suatu unit usaha, hasil dari transaksi masa lalu. Aktiva tetap lazimnya dicatat sebesar harga perolehannya. Aktiva tetap juga disusutkan dengan mengunakan harga perolehan aktiva tersebut kemudian dibebankan kepada periode-periode dalam masa penggunaannya. Penyusutan aktiva tetap dicatat sebagai berikut, debet pada perkiraan beban penyusutan dan kredit pada perkiraan akumulasi penyusutan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan perputaran aktiva tetap yaitu “Posisi aktiva tetap dan taksiran waktu perputaran aktiva tetap yang dinilai dengan menghitung tingkat perputaran aktiva tetap yaitu, dengan membagi penjualan dengan total aktiva tetap bersih“. Maka dapat disimpulkan bahwa perputaran aktiva tetap ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu, penjualan dan total aktiva tetap bersih. Yang dimaksud total aktiva tetap bersih adalah total aktiva tetap setelah dikurangi penyusutan aktiva tetap.

Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Ini berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. piutang termasuk dalam golongan aktiva lancar. Perusahaan pasti memiliki beberapa pelanggan yang tidak sanggup membayar atau akan melunasi hutang mereka. Rekening pelangggan seperti itu umumnya disebut piutang tidak tertagih atau piutang ragu-ragu, dan merupakan suatu kerugian atau beban penjualan secara kredit. Ada dua metode untuk mengukur


(43)

Dalam metode cadangan menyaratkan pengakuan piutang ragu-ragu dalam periode dimana terjadi penjualan, bukan dalam periode terjadi penghapusan sesungguhnya. Metode cadangan ini mencatat kerugian piutang dagang berdasarkan estimasi. Untuk menentukan jumlah cadangan piutang ragu-ragu dapat dipakai dua dasar yaitu persentase penjualan (pendekatan laba-rugi) dan persentase piutang dagang (pendekatan neraca). Sedangkan metode penghapusan langsung, kerugian piutang ragu-ragu tidak diestimasi dan tidak mengunakan rekening cadangan, karena langsung dicatat debet beban penghapusan piutang dan kredit piutang usaha.

Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas. Putaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata-rata piutang. Saldo rata-rata piutang dihitung dengan menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir dan kemudian membaginya menjadi dua.

Tujuan yang paling mendasar dari operasi perusahaan adalah perusahaan harus memperoleh laba yang besar. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Ada banyak ukuran profitabilitas contohnya : Profit Margin, ROA, ROE, dan lain-lain. Alat yang umum digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dihubungkan dengan penjualan yaitu laporan laba rugi dimana setiap posnya dinyatakan dalam persentase penjualan. Dengan demikian dalam memperoleh piutang dapat ditagih sangat berhubungan dengan profitabilitas perusahaan. Karena profitabilitas perusahaan menunjukkan suatu perbandingan antara laba dan penjualan.

2.Pengertian Manajemen Piutang

Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar


(44)

Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud piutang adalah Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.

Sedangkan menurut M.Munandar (2006:77) yang dimaksud piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo.

Dari definisi yang telah diungkapkan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari adanya suatu transaksi.

Sisi lain dari penjualan kredit adalah timbulnya piutang. Ini berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentu uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berprihutang. Oleh karena adanya manfaat (dalam bentuk diterimanya uang tunai, aktiva lain atau jasa) yang diharapkan dapat diperoleh dimasa datang, maka piutang dianggap sebagai aktiva. Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang dagang dan piutang lain-lain piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang dagang atau piutang usaha (trade receivables). Disamping piutang dagang terdapat piutang-piutang jenis lain misalnya piutang pegawai, piutang bunga, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham dan lain-lain.

Tujuan perusahaan menanamkan dananya pada piutang antara lain : 1. Untuk meningkatkan penjualan.

2. Untuk meningkatkan laba. 3. Untuk menghadapi persaingan Umur piutang

Piutang suatu pelanggan telah berlalu daftar piutang, biasanya dikelompokkan menurut umur. Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang. Biasanya umur piutang dikelompokkan menurut jumlah hari tertentu. Misalnya piutang yang berumur 1-30 hari ; 31-60 hari; dan seterusnya. Saldo piutang untuk suatu pelanggan mungkin termasuk dalam satu atau lebih umur waktu piutang. Adakalanya, uang dari penagihan piutang tidak diterima menurut jumlah yang


(45)

kecil dari jumlah yang tercantum dalam faktur. Saat berikutnya, jumlah itu lebih besar, begitu seterusnya. Dalam hal demikian maka umur piutang dihitung dengan menelusuri debit (penjualan kredit) dan kredit (penagihan) dalam kartu piutang dan menentukan penagihan-penagihan mana yang digunakan untuk mengurangi piutang tertentu. Aturan yang dapat digunakan adalah bahwa penjualan yang lebih awal akan dilunasi lebih dahulu.

3. Klasifikasi Piutang

Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang dapat juga ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan.

Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan Piutang ke dalam 3 kategori yaitu Piutang Usaha, Wesel, Tagih dan piutang lain –lain sebagai berikut :

1.Piutang Usaha

Menurut Soemarso (2002:338) piutang usaha adalah: Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang”. Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan Piutang Usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut di catat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang Usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu relatit pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha di klasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar. Piutang usaha adalah tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima lainnya yang telah ditandatangani oleh debitur sehingga


(46)

Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat sebagai tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha perusahaan yang normal/kurang dari 1 tahun, disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar, tetapi apabila telah lebih dari jangka waktu 1 tahun maka akan dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar. Jadi tagihan kepada langganan yang biasanya disebut piutang dagang adalah tuntutan keuangan terhadap pihak lain baik perorangan maupun organisasi-organisasi atau debitur-debitur lainnya.

2.Piutang yang akan diterima

Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya sudah menjadi hak perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk diterima, piutang ini timbul pada suatu akhir periode dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima pada periode yang akan datang.

Hal-hal yang termasuk dalam piutang yang akan diterima adalah:

1) Bunga yang masih harus diterima yang timbul dari aktiva yang dimiliki perusahaan, seperti wesel tagih dan bon.

2) Piutang sewa yang masih harus diterima yang timbul dari hasil penyewaan, seperti gedung, mobil dan alat-alat besar lainnya.

3) Pendapatan piutang merupakan pendapatan yang akan diterima sebagai hasil investasi dalam perusahaan.

Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu:

1. Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 tahun atau siklus usaha normal

2. Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1 tahun

3. Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih)

4. Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih

2.Wesel Tagih

Wesel Tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam


(47)

biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang – kadang disebut piutang dagang (trade receivable).

3.Piutang lain – lain

Piutang lain – lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam 1 tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihanya lebih dari 1 tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain – lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

Biaya yang Timbul Akibat Piutang  Biaya penghapusan pihutang  Biaya pengumpulan pihutang  Biaya administrasi

 Biaya sumber dana

Kegiatan Manajemen Piutang

 Perencanaan jumlah dan pengumpulan pihutang  Pengendalian pihutang

 Penyaringan langganan  Penentuan risiko kredit

 Penentuan potongan-potongan ( return )

 Penetapan ketentuan-ketentuan dalam menghadapi para penunggak  Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit


(48)

Keputusan kredit ini menyangkut tradeoff antara keuntungan(marginal profit) dan biaya tambahan (marginal cost) yang disebabkan oleh perubahan dalam salah satu atau kombinasi elemen-elemen tersebut

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang

Piutang merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2001:85-87) sebagai berikut:

1. Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin besar investasi yang tertanam dalam Piutang. Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitability.

2.Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa kredit, semakin besar invesatasinya. Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan profitabiitas. Syarat yang ketat dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.

3. Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon kredit, semakin besar plafon kredit perpelanggan makin besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam piutang). Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinngi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berati makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya,jika batas maksimal plafond lebih rendah,maka jumlah piutangpun akan kecil.

4. Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati


(49)

kebijaksanaan dalam pengumpulan piuatng secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi akan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.

5. Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan membayar pada masa diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu investasi yang besar. Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.

Faktor yang Mempengaruhi Piutang 1. Kenapa Perusahaan Mempunyai Piutang

Piutang dagang muncul ketika penjualan terjadi, tetapi perusahaan belum menerima kas. Piutang diharapkan bisa meningkatkan penjualan dan keuntungan, tetapi di lain pihak, piutang juga menyebabkan peningkatan biaya yang berkaitan dengan piutang.

Biaya tersebut antara lain biaya kesempatan karena dana tetanam dalam investasi piutang dan biaya piutang tidak terbayar. Kebijakan piutang yang baik adalah kebijakan yang bisa mengoptimalkan trade-off keuntungan dan resiko (kerugian) dari piutang tersebut.. Pada akhirnya pembeli melunasi utangnya sehingga piutang akan segera terbayar.


(50)

5. Siklus Piutang Dagang

Tingkat piutang suatu perusahaan dalam suatu periode dapat dipecah dalam dua hal : 1. Besarnya piutang rata-rata

2. Rata-rata lamanya periode pengumpulan piutang.

Sebagai contoh, jika suatu perusahaan mempunyai penjualan kredit rata-rata harian Rp. 1jt, kemudian lamanya periode pengumpulan piutang adalah 30 hari, maka piutang perusahaan pada saat perusahaan sudah mulai stabil adalah :

Piutang = 30 hari x Rp 1 jt = Rp 30jt

Neraca perusahaan akan tampak sebagai berikut :

Persediaan 1.500 Saham Biasa 1.500

Piutang 2.000 Saham biasa 1.500

Persediaan 0 Laba yang ditahan 500

Piutang 2.000 Utang wesel 1.500

Saham biasa 1.500

Persediaan 1.500 Laba yang ditahan 500

Kas 2.000 Utang wesel 1.500

Saham biasa 1.500

Piutang 2.000 Laba yang ditahan 1.000

Kas 500 Saham biasa 1.500

Piutang 2.000 Laba yang ditahan 1.000

Faktor yang mempengaruhi besarnya piutang Faktor Eksternal

Faktor Eksternal Misal : Permintaan terhadap produk dan karakteristik industri. Besarnya piutang bervarisai dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya dan dari satu industri ke industri lainnya. Sebagai contoh Perusahaan RETAIL cenderung mempunyai tingkat piutang dan persediaan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan manufaktur. Kenapa satu industri meempunyai tingkat piutang dan persediaan yang lebih tinggi.

Beberapa kemungkinan jawabannya

1. Karakteristik produk dan proses produksi 2. Faktor kompetisi


(51)

Faktor Internal

Faktor Internal Misal : Kebijakan promosi dan iklan, kebijakan piutang. Disamping faktor eksternal, faktor internal juga akan menentukan besar kecilnya persediaan piutang. Sebagai contoh, manajer keuangan mempunyai pilihan apakah akan melaksanakan kebijakan kredit yang longgar (meningkatkan piutang) atau ketat (meminimumkan piutang). Tentunya kebijakan piutang akan menciptakan trade off antar keuntungan dan biaya (resiko). Faktor internal lain juga mempengaruhi piutang, sebagai contoh perusahaan cukup sukses mengelola promosi sehingga penjualan akan meningkat, maka piutang akan meningkat.

6. Penilaian Resiko Kredit

Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, pengertian Kredit adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Unsur-unsur kredit  Pihak terkait  Kepercayaan  Kesepakatan  Jangka waktu  Resiko  Balas jasa Jenis-jenis kredit


(52)

Diguanakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit  Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atas produksi atau investasi. kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industry lainnya.

 Kredit konsuntif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya.

 Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu  Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.  Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau


(53)

 Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi jaminan  Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artin ya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

 Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari segi sektor usaha  Kredit pertanian

Merupakan kredit yang dibiayai untuk sector perkebunan atau pertanian rakyat. Sector usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

 Kredit peternakan

Dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

 Kredit industry

Yaitu kredit untuk membiayai industry kecil, menengah atau besar.  Kredit pertambangan


(54)

 Kredit perumahan

Yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.  Dan sector-sektor lainnya.

Tujuan pemberian kredit

Terdapat dua tujuan yang saling berkaitan dari kredit, yaitu: 1. Profitability

Tujuan untuk memperoleh hasil kredit berupa keuntungan yang diraih dari bunga yang harus dibayar oleh debitur. Dalam hal ini bank hanya akan menyalurkan kredit kepada usaha yang diyakini mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dalam factor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability) suatu kredit sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan.

2. Safety

Keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.

Tujuan kredit dilihat menurut pelaku utama yang terlibat dalam pemberian kredit.  Bank

1. Penerimaan bunga yang merupakan sumber pendapatan terbesar. 2. Memberikan pelayanan kepada nasabah

3. Merupakan media bagi bank dalam berkontribusi dalam pembangunan  Nasabah (pengusaha)

1. Dapat mengembangkan usaha nasabah 2. Meningkatkan kinerja perusahaan

3. Merupakan salah satu alternative pembiayaan perusahaan  Negara

1. Merupakan salah satu sarana dalam memacu pembangunan 2. Meningkatkan arus dana dan jumlah uang beredar

3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

4. Meningkatkan pendapatan Negara dari pajak 5. Meningkatkan dan menghemat devisa Negara


(55)

Fungsi kredit

1. Meningkatkan utility (Daya guna) dari modal/uang 2. Meningkatkan utility (Daya guna) dari suatu barang 3. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 4. Menimbulkan gairah berusaha masyarakat 5. Sebagai alat stabilisasi ekonomi

6. Sebagai alat untuk meningkatkan hubungan ekonomi internasional Prinsif pemberian kredit sehat

Sebagai salah satu bahan pertimbangan dapat tidaknya kepada seseorang nasabah diberikan kredit, bank mempunyai kriteria-kriteria yang dikenal sebagai prinsif 5/6 C’s, yaitu sebagai berikut:

a. Character

Suatu pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak-pihak bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak maupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. Oleh karenanya bank harus melakukan penelitian sebagai berikut :

 Teliti riwayat hidup calon debitur

 Teliti reputasi calon debitur tersebut dilingkungan usahanya  Meminta bank to bank information sebanyak-banyaknya

 Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon debitur berada  Apakah calon debitur suka judi


(1)

3. Variabel-variabel penting yang mempengaruhi biaya modal antara lain: a. Keadaan-keadaan umum perekonomian

Faktor ini menentukan tingkat bebas risiko atau tingkat hasil tanpa risiko.

b. Daya Jual saham suatu perusahaan

Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil minimum para investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah.

c. Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat manajemen

Jika manajemen menyetujui penanaman modal berisiko tinggi atau memanfaatkan utang dan saham khusus secara ekstensif, tingkat risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya meminta tingkat yang lebih tinggi sehingga biaya modal perusahaan meningkat pula.

d. Besarnya pembiayaan yang diperlukan

Permintaan modal dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya modal perusahaan.

4. Asumsi-asumsi dalam model biaya modal diantaranya: a. Risiko bisnis bersifat konstan.

Risiko bisnis merupakan potensi tingkat perubahan return atas suatu investasi. Tingkat risiko bisnis dalam suatu perusahaan ditentukan dengan kebijakan manajemen investasi. Biaya modal merupakan suatu kriteria investasi yang hanya tepat untuk suatu investasi yang memiliki risiko bisnis setingkat dengan aktiva-aktiva yang telah ada.

b. Risiko keuangan bersifat konstan.

Risiko keuangan didefinisikan sebagai peningkatan variasi return atas saham umum karena bertambahnya pemanfaatan sumber pemiayaan hutang dan saham istimewa. Biaya modal dari sumber individual merupakan fungsi dari struktur keuangan berjalan.


(2)

Asumsi ini diperlukan dalam menaksir biaya modal yang berkenaan dengan kebijakan dividen perusahaan. Asumsi ini menyatakan bahwa rasio pembayaran dividen (dividen/laba bersih) juga konstan.

Jurnal Biaya Modal:

INDUSTRI MANISAN BUAH PALA

ASPEK KEUANGAN

KOMPONEN DAN STRUKTUR BIAYA

Analisa aspek keuangan ini dilakukan untuk melihat kelayakan pembiayaan dalam menjalankan usaha pembuatan manisan pala. Analisa aspek keuangan ini dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap komponen biaya dan struktur modal dari beberapa sampel usaha manisan pala yang telah berjalan, termasuk diantaranya yang pernah mendapat pinjaman dana kredit dari bank dengan tingkat suku bunga 22%.

Skala usaha yang digunakan dalam perhitungan sebagaimana yang disebutkan pada aspek teknis produksi adalah skala usaha dengan kapasitas produksi 300 kg manisan pala kering dan 150 kg manisan pala basah setiap periode produksi atau total produksi sebesar 2.250 kg manisan pala per bulan. Beberapa asumsi yang digunakan dalam Analisa aspek keuangan usaha ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Komponen biaya usaha pembuatan manisan pala terdiri dari biaya investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi terdiri dari biaya pembuatan bangunan dan pengadaan peralatan produksi. Adapun biaya modal kerja merupakan biaya untuk operasional produksi yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.

Biaya Investasi

Total biaya investasi untuk usaha pembuatan manisan pala adalah sebesar Rp 22.755.000 yang terdiri dari biaya investasi untuk bangunan proyek sebesar Rp 20.750.000 dan untuk pengadaan peralatan sebesar Rp 2.005.000 Rincian selengkapnya komponen biaya investasi usaha manisan pala dapat dilihat pada Tabel 5.2.


(3)

Biaya produksi untuk pembuatan manisan pala terdiri dari biaya produksi langsung (biaya variabel) dan biaya overhead (biaya tetap).

2.1. Biaya Produksi Langsung (Biaya Variabel)

Biaya variabel merupakan biaya pengadaan bahan baku berupa buah pala mentah, bahan penolong, biaya kemasan serta upah tenaga kerja harian. Biaya variabel pembuatan manisan pala dalam proyek ini terdiri dari biaya untuk pembuatan manisan pala kering dan biaya untuk pembuatan manisan pala basah. Total biaya variabel untuk produksi 300 kg manisan pala kering dalam satu periode adalah sebesar Rp. 1.865.058 dan dalam satu bulan dapat dilakukan 6 kali periode produksi. Jumlah biaya variabel untuk pala kering dalam satu bulan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.3.

Biaya Variabel Pembuatan 300 Kg Manisan Pala Kering

No. Uraian Total Biaya per

periode(Rp)

Total Biaya 1 bulan (6 periode)(Rp)

1. Jumlah Biaya Bahan 1.655.408 9.932.448

2. Jumlah Biaya Tenaga Kerja 209.650 1.257.900

Total Biaya Operasional 1.865.058 11.190.348

Hasil Pengolahan Data Primer (2001)

Perincian komponen biaya variabel untuk produksi pala kering dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Total biaya variabel untuk produksi 150 kg manisan pala basah adalah sebesar Rp. 546.950 dan dalam satu bulan dapat dilakukan 3 kali periode produksi. Jumlah biaya produksi untuk pembuatan manisan pala basah dalam satu bulan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.4.

Biaya Variabel Pembuatan 150 Kg Manisan Pala Basah

No. Uraian Biaya Per Periode(Rp) Biaya 1 Bulan (3

periode)(Rp)

1. Jumlah Biaya Bahan 507.950 1.523.850

2. Jumlah Biaya Tenaga Kerja 39.000 117.000


(4)

Hasil Pengolahan Data Primer (2001)

Perincian komponen biaya variabel untuk produksi manisan pala basah dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan biaya variabel pembuatan manisan pala kering dan manisan pala basah maka total biaya variabel usaha pembuatan manisan pala tersebut dalam satu bulan adalah sebesar Rp 12.831.198 dan dalam setahun sebesar Rp 128.311.980. Jumlah bulan produksi efektif dihitung sebanyak 10 bulan (Tabel 5.5).

Tabel 5.5.

Total Biaya Variabel Usaha Pembuatan Manisan Pala

Produk Produksi Per Bulan (Kg)

Jumlah Bulan Efektif

Biaya produksi per Bulan (Rp)

Total Biaya Produksi Per Tahun(Rp)

Pala Kering 1.800 10 11.190.348 111.903.480

Pala Basah 450 10 1.640.850 16.408.500

Total manisan pala 2.250 12.831.198 128.311.980

Hasil Pengolahan Data Primer (2001)

Biaya tetap merupakan biaya operasional yang dikeluarkan untuk setiap bulan kerja, yang tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Yang termasuk biaya tetap adalah biaya tenaga kerja tetap (pengelola usaha), biaya transportasi, biaya administrasi, listrik, air dan biaya tetap lainnya. Jumlah biaya tetap yang diperlukan dalam produksi manisan pala adalah sebesar Rp 1.175.000.

Tabel 5.6. Total Biaya Overhead (Biaya Tetap) Usaha Pembuatan Manisan Pala

Uraian Produksi Per Bulan (Kg) Jumlah Bulan Efektif Biaya produksi per Bulan(Rp) Total Biaya Produksi Per Tahun(Rp)

Total Biaya Per Tahun(Rp)

Tenaga Kerja Tetap Orang 1 500.000 500.000 6.000.000

Transportasi Kali 4 150.000 600.000 7.200.000

Kertas semen (pelapis


(5)

Listrik, Air, dll. Unit 1 50.000 50.000 600.000

Jumlah 1.175.000 14.100.000

Hasil Pengolahan Data Primer (2001)

Dengan demikian berdasarkan uraian 2.1 dan 2.2 maka Total biaya produksi pembuatan manisan pala adalah sebagai berikut:

Tabel 5.7.

Total Biaya Produksi Usaha Pembuatan Manisan Pala

Uraian Modal Kerja Per Bulan(Rp) Total Biaya ProduksiPer Tahun(Rp)

Jumlah Biaya Bahan 12.831.198 128.311.980

Jumlah Biaya Tenaga Kerja 1.175.000 14.100.000

Total Biaya Produksi 14.006.198 142.411.980


(6)

Kesimpulan

- Biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan.

- Biaya modal (coc) merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh perusahaan untuk mendapatkan modal yang diguna-kan untuk investasi perusahaan.

- Faktor- faktor biaya modal di perusahaan diantaranya: 1. Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan.

Tingkat Suku Bunga.

Tarif Pajak.

2. Faktor yang Dapat Dikendalikan Peusahaan.

Kebijakan Struktur Modal.

Kebijakan Dividend.

Kebijakan Investasi.

Jadi biaya modal itu sangat berpengaruh besar bagi perusahaan untuk menjalankan aktifitas perusahaan karenan biaya modal bisa dijadikan patokan perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut mendapatkan profit yang tinggi apa tidak.