Analisis Penetapan Tarif Rumah Sakit

commit to user 61 mempertahankan loyalitas pelanggan. Menghindari campur tangan pemerintah, menciptakan daya tarik sebuah produk, dan untuk menarik lebih banyak pelanggan. c. Penetapan Tarif Dengan Metode Cost Plus Pricing Menurut Mulyadi 2001, penentuan tarif atau harga jual suatu produk atau jasa dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing yaitu penentuan tarif jasa dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa. Tarif jasa berdasarkan Cost Plus Pricing dihitung dengan rumus:

12. Analisis Penetapan Tarif Rumah Sakit

Menurut Wiyono dalam Hasibuan 2005: 13, analisis penetapan tarif di rumah sakit sebagai berikut ini. a. Batasan Pengertian tarif tidak sama dengan harga, sekalipun keduanya menunjukkan pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen. Pengertian tarif lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh jasa pelayanan. Sedangkan pengertian harga lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh barang. Tarif per kamar = Cost sewa kamar + Laba yang diharapkan commit to user 62 b. Faktor yang harus diperhitungkan dalam penetapan tarif. Menurut Gani dalam Hasibuan 2005: 13 tarif rumah sakit di Indonesia sangat rendah. Bahkan tarif tersebut lebih rendah dari biaya satuan operasional dan pemeliharaan biaya satuan tanpa biaya investasi. Tarif rendah tersebut juga terdapat pada beberapa rumah sakit swasta yang tarifnya ditentukan oleh Peraturan Daerah Perda tempat rumah sakit itu berada. Penentuan tarif pelayanan rumah sakit merupakan hal yang sangat kompleks disebabkan banyaknya variabel atau faktor yang perlu dipertimbangkan, sehingga sulit ditentukan suatu rumus praktis untuk menghitungnya. Faktor yang diperhitungkan dalam penentuan tarif menurut Gani dalam Hasibuan 2005: 14-15 adalah sebagai berikut ini. 1 Produk pelayanan kesehatan dalam suatu rumah sakit sangat beragam. Hal ini menyebabkan beragamnya biaya satuan untuk masing-masing jenis pelayanan. 2 Rumah sakit mempunyai tujuan sosial dan ekonomi, perkembangan teknologi menyebabkan rumah sakit lebih cermat dalam perhitungan ekonomi. Paduan dua tujuan adalah pelaksanaan subsidi silang, yaitu profit dari kelas VIP dan kelas I kelas perawatan bagi masyarakat golongan ekonomi kuat digunakan untuk membiayai kelas III kelas perawatan bagi masyarakat tidak mampu. commit to user 63 3 Biaya satuan unit cost setiap pelayanan yang dihasilkan. Perhitungan biaya satuan ini belum banyak dilaksanakan, selain disebabkan metode yang kompleks dan data yang diperlukan tidak tersedia karena sistem informasi tidak dirancang dengan tujuan tersebut. 4 Tingkat utilisasi pelayanan medis maupun penunjang medis. Bed Occupatient Rate BOR yang rendah semakin buruk jika dilakukan kenaikan tarif, sedangkan pada BOR yang tinggi tidak akan berpengaruh banyak sejauh kenaikan tersebut masih dalam batas “kemauan dan kemampuan” pasien. 5 Kemauan dan kemampuan membayar penduduk yang biasa disebut “Ability To Pay”ATP dan “Willingness To Pay” WTP. Tarif yang dibawah ATP dan WTP menyebabkan adanya “consumer surplus”. 6 Khusus untuk rumah sakit pemerintah, penentuan tarif juga harus mempertimbangkan kemampuan pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat. Kalau kemampuan subsidi terbatas, pemerintah bisa memberlakukan tarif tinggi untuk kelas VIP, I, II dan membatasi pemberian subsidi untuk pelayanan kelas III. 7 Besarnya surplus penerimaan yang direncanakan dan jangka waktu berapa lama pay back period jangka waktu pengembalian modal usaha yang diinginkan. commit to user 64 8 Tarif dan mutu pelayanan pihak pesaing. Mutu yang dimaksud disini berarti luas termasuk aksestabilitas pelayan tersebut dari segi transportasi.

13. Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa

Dokumen yang terkait

activity based costing system sebagai alternatif penentuan harga pokok tarif jasa rawat inap pada rumah sakit (studi kasus pada rumah sakit umum aisyiyah kudus)

1 20 121

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RS Islam Klaten).

1 1 11

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Study Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten).

0 1 9

PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA RUMAH SAKIT TIDAR MAGELANG.

1 4 9

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten).

2 2 9

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSUD Dr. Moewardi Surakarta).

0 0 14

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSJD Surakarta).

0 0 14

PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DENGAN METODE ACTIVITY BASED PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU.

0 2 12

PENDAHULUAN PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU.

0 1 7

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT ESTOMIHI MEDAN

0 0 3