PEMBIAYAAN PENUTUP Pedoman Teknis Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan

15 masyarakat. Fasilitasi sarana alat mesin kelompok tani merupakan salah satu cara untuk memfasilitasi kelompok-kelompok petani yang bergerak dalam bidang perkebunan agar mandiri dalam menjalankan usahataninya yang pada akhirnya kelompok-kelompok tersebut berkembang dan menjadi kekuatan ekonomi di pedesaan, yang tidak saja dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi kemiskinan, tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi secara nasional. 16 Lampiran 1 REKAPITULASI ALATMESIN PASCAPANEN KOPI 2013 No. Provinsi Kabupaten Jenis Alat Vol. Unit 1 Aceh Gayo Lues 1 KT - Huller 500 Kg - Bangunan uph 1 1 2 Sumsel Muara enim 1 KT - Huller 500 Kg - Pulper 1 ton - Bangunan uph - Terpal 1 1 1 20 3 Jambi Kerinci 4 KT - Pulper 200 Kg - Huller 100 Kg - terpal 4 4 32 4 Bengkulu Kepahyang 1 KT - Pulper 1 ton - Huller 500 kg - Terpal - Lantai jemur 1 1 60 1 5 Jawa Barat Garut - Huller 100 Kg 1 17 1 KT - Pulper 200 Kg - Terpal - Alat sortasi biji 400 kg 1 20 1 Ciamis 1 KT - Huller 100 Kg - Pulper 200 Kg - Terpal - Alat sortasi biji 400 kg 1 1 20 1 6 Jateng Kendal 1 KT - Huller 200 Kg 1 7 Jatim Bondowoso 1 KT - Pulper 1 ton - Huller 500 kg - Washer 500 kg - Para para - Terpal - Alat ukur kadar air 1 1 1 30 30 1 Nganjuk 1 KT - Pulper 1 ton - Huller 500 kg - terpal 1 1 16 8 Bali Bangli 1 KT - Pulper 1 ton - Huller 500 Kg - Terpal 1 1 40 18 - Para para - Alat ukur kadar air 40 1 9 NTB Sumbawa 1 KT - Pulper 1 ton - Huller 500 kg - Terpal - Para para 1 1 30 30 10 NTT Manggarai 1 KT - Pulper 1 ton - Huller 500 kg 1 1 Manggarai Timur 1 KT - Pulper 1 ton - Huller 500 kg 1 1 11 Lampung Lampung Barat 1 KT - Huller 500 Kg - Pulper 1 ton - Terpal - Alat sortasi biji 1 ton 1 1 50 1 12 Sumut Samosir 1 KT - Pulper 1 ton - Huller 500 kg - Alat sortasi biji 1 ton - Para para 1 1 1 10 KT : Kelompok Tani 19 Lampiran 2 SPESIFIKASI ALATMESIN PASCAPANEN KOPI 1. Pulper 1 ton jam Spesifikasi : - Kapasitas 1 ton jam - Tipe : 2 silinder - Penggerak : motor bensin 5.5 pk 2. Pulper 200 Kg jam Spesifikasi : - Kapasitas 200 Kg jam - Tipe 1 silinder - Penggerak : motor bensin 5.5 pk 3. Huller 500 Kg jam Spesifikasi : - Kapasitas 500 Kg jam - Tipe silinder horisontal - Penggerak : motor bensin 16 - 18 pk 4. Huller 200 Kg jam Spesifikasi : - Kapasitas 200 Kg jam - Tipe silinder horisontal - Penggerak : motor bensin 8 - 10 pk 5. Huller 100 Kg jam Spesifikasi : - Kapasitas 100 Kg jam 20 - Tipe silinder horisontal - Penggerak : motor bensin 5.5 pk 6. Washer 500 Kg jam Spesifikasi : - Kapasitas 500 Kg jam - Tipe silinder horisontal - Penggerak : motor bensin 10-12 pk 7. Alat sortasi biji 1000 Kg jam Spesifikasi : - Kapasitas 1000 Kg jam - Tipe meja getar - Penggerak : motor bensin 5.5 pk motor listrik 2 HP 8. Alat sortasi biji 400 Kg jam Spesifikasi : - Kapasitas 400 Kg jam - Tipe meja getar - Penggerak : motor bensin 5.5 pk motor listrik 1 HP 9. Alat Ukur Kadar Air Spesifikasi : - Skala meter : 5-15 - Tipe Digital 10. Terpal Spesifikasi : - Ukuran 6 x 5 m 2 21 - Type bahan terpal A 12 11. Para para Spesifikasi : - Ukuran : 80 x 200 cm 2 - Tinggi kaki : 1 m - Sungkup dengan plastik tranparan 12. Lantai jemur Spesifikasi : - Ukuran : 10 x 10 m 2 - ketebalan : 0.1 m - coran bertulang beton 13. Bangunan UPH Spesifikasi : - Ukuran : 8 x 5 m 2 - Dinding : sebagian tembok dan sebagian rawat kawat - Tinggi dinding dari lantai : 4 m tembok bata 3.2 m, ram kawat 0.8 m - Atap asbes - Tinggi atap dari langit langit 2 m 22 Lampiran 3 PELATIHAN PASCAPANEN KOPI 1 Materi yang disampaikan : - Pemeliharaan Tanaman - Pemanenan - Penanganan Pascapanen - Jaminan mutu dan keamanan Pangan - Strategi dan Jaringan Pemasaran - Kelembagaan Usaha - Praktek panen dan pascapanen 2 Waktu pelaksanaan Pelatihan dilaksanakan selama 3 hari 24 jpl meliputi teori dan praktek. 3 Lokasi Pelaksanaan Kegiatan pelatihan pascapanen kopi dilaksanakan khusus untuk Propinsi Lampung di Kab. Lampung Barat 4 Peserta Peserta pelatihan adalah sebanyak 35 org peserta yang berasal dari kelompok tani kabupaten setempat DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 PEDOMAN TEKNIS Penanganan Pascapanen Tanaman Lada Tahun 2013 DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA 1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan Indonesia, yang diperoleh dari buah tanaman lada “black pepper” Piper nigrum Linn. Walaupun bukan tanaman asli Indonesia peranannya sangat besar di dalam perekonomian nasional. Riwayatnya sebagai komoditas perdagangan Indonesia pun sangat panjang karena tercatat sebagai produk pertama Indonesia yang diperdagangkan ke Eropa melalui Arabia dan Persia Wahid, 1996. Hampir semua pertanaman lada di Indonesia diusahakan dalam bentuk usaha tani kecil small holders dan tersebar pada beberapa propinsi. Daerah sentra produksi utama lada adalah Lampung dan Sumatra Selatan Bangka - Belitung. Daerah daerah lada lainnya adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bengkulu, dan Sulawesi Selatan dan kini komoditas lada di Indonesia telah berkembang di 24 propinsi. Lada hitam Indonesia di perdagangan Internasional dikenal dengan nama Lampung Black Pepper, sedangkan lada putih dikenal dengan nama Muntok White pepper. Dikenal dengan nama-nama tersebut karena daerah Lampung dan Muntok di pulau Bangka merupakan daerah sentra produksi pertama yang mengembangkan lada di Indonesia. Dari seluruh hasil produksi lada Indonesia sekitar 80 - 90 persen 2 dijadikan komoditas ekspor, sisanya dikonsumsi di dalam negeri. Sampai sekarang penanganan pascapanen lada hitam dan putih dilakukan ditingkat petani dengan menggunakan alat - alat yang sederhana dengan metoda dari nenek moyang yang dilakukan secara turun - temurun dengan kurang memperhatikan segi kebersihan. Oleh karena hal tersebut produk lada yang dihasilkan sering terkontaminasi baik oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan tetapi juga oleh kotoran-kotoran lain seperti bahan tanaman, kotoran binatang dan sebagainya. Dengan makin sadarnya konsumen akan kesehatan, peraturan lingkungan yang makin ketat, ketatnya kompetisi diantara para pengusaha makanan dan perubahan pada struktur ekonomi global, tuntutan industri rempah dan industri makanan terhadap bahan baku dengan mutu yang tinggi serta aman untuk dikonsumsi makin tinggi. Begitu pula halnya dengan lada, para konsumen lada menghendaki produk lada dengan mutu yang tinggi dan aman untuk dikonsumsi. Penerapan Good Agricultural Practices GAP dan Good Handling Practices GHP menjadi jaminan bagi konsumen, bahwa produk yang dipasarkan diperoleh dari hasil serangkaian proses yang efisien, produktif dan ramah lingkungan. Dengan demikian petani akan mendapatkan nilai tambah berupa insentif peningkatan harga dan jaminan pasar yang memadai.