15
Lampiran 1 REKAPITULASI ALATMESIN PASCAPANEN KAKAO 2013
No. Provinsi
Kabupaten Jenis Alat
Vol. Unit
1 Aceh
Pidie 1 KT
- Mesin Pemecah buah kakao - Kotak Fermentasi
- Alat ukur Kadar Air - Terpal
1 12
1 40
2 Sumut
Serdang Bedagai 2 KT
- Gunting Tarik - Angkong Gerobak Sorong
- Parang 60
60 60
3 Banten
Serang 1 KT
- Kotak Fermentasi - Alat Ukur Kadar Air
- Terpal 12
1 80
Pandeglang 1 KT
- Kotak Fermentasi - Alat Ukur Kadar Air
- Terpal 12
1 80
16
4 Jateng
Batang 1 KT
- Mesin Pemecah buah kakao - Kotak Fermentasi
- Alat ukur Kadar Air - Terpal
1 12
1 50
5 NTB
Lombok Timur 1 KT
- Kotak Fermentasi - Alat Ukur Kadar Air
- Terpal 8
1 60
Lombok Utara 1 KT
- Kotak Fermentasi - Alat Ukur Kadar Air
- Terpal 8
1 60
6 Sulteng
Donggala 1 KT
- Mesin Pemecah buah kakao - Kotak Fermentasi
- Alat ukur Kadar Air - Terpal
1 9
1
45 Parigi Moutong
1 KT - Mesin Pemecah buah kakao
- Kotak Fermentasi - Alat ukur Kadar Air
- Terpal 1
9 1
45
17
7 Sultra
Kolaka 1 KT
- Mesin Pemecah buah kakao - Kotak Fermentasi
- Alat ukur Kadar Air - Terpal
1 6
1
45 8
Papua Keerom
1 KT - Mesin Pemecah buah kakao
- Kotak Fermentasi - Alat ukur Kadar Air
- Terpal 1
9 1
70 KT : Kelompok Tani
18
Lampiran 2 SPESIFIKASI ALATMESIN PASCAPANEN KAKAO
1 Mesin Pemecah Buah Kakao
Spesifikasi : -
Kapasitas : 500 Kg jam -
Tipe silinder bergerigi, hopper besi beton -
Pemecah : besi pipa silinder bergerigi yang berputar
- Bagian pengeluaran : plat aluminium
- Penggerak : motor bensin 5,5 PK
- Transmisi : pulley dan V-belt karet
2 Kotak Fermentasi Kakao
Spesifikasi : -
Kapasitas 40-50 Kg Batch tipe bak kayu -
Jenis kayu meranti -
Ketebalan papan kayu : 20 – 30 mm
- Siku penguat : plat aluminium
- Dimensi : 40 x 40 x 50 cm
3
- 1 set terdiri dari dua kotak kayu yang
dilengkapi dengan 1 unit kaki dudukan sebagai penyangga salah satu kotak
3 Alat Ukur Kadar Air
Spesifikasi : -
Skala meter : 5-15 -
Tipe Digital
19
4 Terpal
Spesifikasi : -
Ukuran 6 x 5 m
2
- Type bahan terpal A 12
5 Gunting Tarik
Spesifikasi : -
Bahan baja -
Jangkauan sampai 5 m -
Kemampuan memotong : Diameter 4 cm
6 Angkong
Spesifikasi : - Kapasitas : 130 Kg
- Roda : karet mati diameter 13 “
7 Parang
Spesifikasi : - Ukuran 26 inchi,
- Bahan terbuat dari baja per - Handle dari kayu
20
Lampiran 3
BIMBINGAN TEKNIS PASCAPANEN KAKAO
a. Materi yang disampaikan : - Kebijakan
Direktorat Pascapanen
dan Pembinaan Usaha
- Pemeliharaan Tanaman - Pengendalian Hama dan Penyakit
- Pemanenan - Penanganan Pascapanen
- Fermentasi - Jaminan mutu dan keamanan Pangan
- Kewirausahaan - Pembukuan usaha kelompok
- Administrasi kelompok - Strategi dan Jaringan Pemasaran
- Kelembagaan Usaha - Praktek panen dan pascapanen
- Dinamika Kelompok - Studi banding
b. Waktu pelaksanaan Pelaksanaan bimbingan teknis dilaksanakan
selama 14 hari 112 jpl meliputi teori, praktek, dinamika kelompok dan studi banding.
21
c. Lokasi Pelaksanaan
Kegiatan bimbingan teknis pascapanen kakao dilaksanakan khusus untuk Propinsi DI. Yogyakarta
di Kab. Kulon Progo dan Kab. Gunung Kidul untuk mendukung kegiatan pembuatan Model Desa kakao
d. Peserta Bimbingan Teknis
Peserta bimbingan teknis untuk setiap kabupaten adalah sebanyak 30 org peserta yang
berasal dari kelompok tani kabupaten setempat
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN
DESEMBER 2012
PEDOMAN TEKNIS Penanganan Pascapanen Tanaman Kopi
Tahun 2013
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia yang melibatkan
beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen. Kopi, meskipun bukan merupakan
tanaman asli Indonesia, tanaman ini mempunyai peranan penting dalam industri perkebunan di
Indonesia. Menurut Ditjen Perkebunan 2011, areal perkebunan kopi di Indonesia pada tahun
2010 mencapai lebih dari 1,210 juta hektar dengan total produksi sebesar 686.921 ton dimana 96
diantaranya adalah areal perkebunan kopi rakyat, dengan jumlah petani yang terlibat sebanyak
1.881.694 KK. Laju perkembangan areal kopi di Indonesia rata-rata mencapai sebesar 2,11 per
tahun.
Perkembangan yang cukup pesat tersebut perlu di dukung dengan kesiapan teknologi dan
sarana pascapanen yang cocok untuk kondisi petani agar mereka mampu menghasilkan biji kopi dengan
mutu seperti yang dipersyaratkan oleh Standard Nasional Indonesia. Adanya jaminan mutu yang
pasti, ketersediaan dalam jumlah yang cukup dan pasokan yang tepat waktu serta keberlanjutan
merupakan beberapa persyaratan yang dibutuhkan agar biji kopi rakyat dapat dipasarkan pada tingkat
harga yang lebih menguntungkan.
2
Untuk memenuhi
persyaratan di
atas penanganan
pascapanen kopi
rakyat harus
dilakukan dengan tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah seperti halnya produk pertanian yang
lain. Buah kopi hasil panen perlu segera diproses menjadi bentuk akhir yang lebih stabil agar aman
untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu.
Keberhasilan penanganan pascapanen sangat tergantung dari mutu bahan baku dari kegiatan
proses produksibudidaya, karena itu penanganan proses
produksi di
kebun juga
harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip
cara budidaya yang baik dan benar Good Agricultural PracticesGAP. Penerapan GAP dan
GHP menjadi jaminan bagi konsumen, bahwa produk yang dipasarkan diperoleh dari hasil
serangkaian proses yang efisien, produktif dan ramah lingkungan. Dengan demikian petani akan
mendapatkan
nilai tambah
berupa insentif
peningkatan harga dan jaminan pasar yang memadai.
Berdasarkan kenyataan
tersebut, maka
diperlukan upaya pembinaan kepada petani kelompok tani oleh petugaspenyuluhpendamping
agar dapat menerapkan teknologi pascapanen yang baik dan benar berbasis Good Handling Practices
GHP dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip Good Agricultural Practices GAP.
3
1.2 Sasaran Nasional
a. Mendukung Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu melalui kegiatan
penanganan pascapanen di provinsi sentra produksi Kopi.
b. Dihasilkannya produk yang bermutu sesuai dengan permintaan pasar sehingga memiliki nilai
tambah dan daya saing baik di tingkat lokal maupun global.
c. Terfasilitasinya kebutuhan kelompok tani gapoktan dalam memperoleh dan memanfaatkan
teknologi pascapanen secara optimal.
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya
pedoman teknis
pelaksanaan kegiatan pengembangan penanganan pascapanen tanaman kopi adalah :
a. Memberikan petunjuk dan acuan bagi petugas di provinsi
dan kabupaten
kota dalam
pelaksanaan kegiatan
pengembangan penanganan pascapanen tanaman kopi.
b. Meningkatkan pencapaian mutu biji kopi melalui penanganan pascapanen di tingkat petani.
c. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan harga jual biji kopi.
4
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Pada era industri sekarang ini, upaya peningkatan mutu hasil perkebunan rakyat sudah
saatnya diarahkan melalui pendekatan agrobisnis. Dengan pola ini, petani tidak lagi dilihat sebagai
individu dengan kemampuan bidang produksi yang terbatas. Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan
adalah :
2.1 Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1 Pelaksanaan kegiatan
ditempuh melalui
pendekatan kelompok pada satu wilayah pertanaman kopi dengan harapan para petani
mampu melakukan penanganan pascapanen dengan menghasilkan produk primer yang
bermutu.
2 Kelompok tani terpilih adalah kelompok tani yang
aktif dan
berfungsi serta
jelas kepengurusannya. Penentuan kelompok tani
terpilih dilakukan melalui seleksi oleh petugas dinas yang membidangi perkebunan serta
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat atau
Kepala Dinas
yang membidangi
perkebunan. 3 Paket bantuan yang akan diberikan untuk
kelompok tani
dilakukan melalui
proses pengadaan barangjasa yang dilaksanakan oleh
5
panitiapejabat pengadaan di Dinas yang membidangi Perkebunan setempat.
4 Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan oleh petani atau kelembagaannya dilaksanakan
dengan bimbingan dan pendampingan oleh petugas daerah yang ditunjuk.
5 Tiap tahapan
kegiatan perlu
dilakukan pencatatan
secara tertib
sebagai bahan
penyusunan laporan akhir.
2.2 Spesifikasi Teknis
Alat dan mesin yang digunakan untuk penanganan
pascapanen harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1 Perawatan dan pengoperasiannya mudah; 2 Permukaan peralatan yang berhubungan dengan
bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mudah mengelupas;
3 Tidak mencemari hasil seperti unsur atau fragmen logam yang lepas, minyak pelumas,
bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk, jasad renik, dan lain-lain;
4 Mudah dikenakan tindakan sanitasi. Spesifikasi alat dan mesin pascapanen kopi
yang akan diberikan untuk kelompok tani terlampir.
6
Selain kegiatan pengadaan alat dan mesin pascapanen untuk kelompok tani, dalam kegiatan
penanganan pascapanen kopi terdapat kegiatan Pelatihan penanganan pascapanen kopi. Materi dan
jumlah jam terlampir.
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Ruang Lingkup
Ruang lingkup
kegiatan Pengembangan
Penanganan Pascapanen kopi meliputi : 1 Pengadaan alat dan mesin pascapanen kopi di 12
provinsi yaitu : Aceh, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa
Timur, Bali, NTB, NTT, Lampung, Sumatera Utara
2 Peningkatan Kapabilitas
Petani melalui
Pelatihan Pascapanen kopi di provinsi Lampung dan Pertemuan teknis di Jawa Tengah.
3.2 Pelaksana Kegiatan
Tugas dan fungsi petugas tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupatenkota sebagai berikut :
1 Kegiatan Tingkat Pusat : Penyusunan Pedoman Teknis.
Sosialisasi dan Pembinaan. Pengawalan dan Pendampingan.
7
Monitoring dan Evaluasi. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
2 Kegiatan Tingkat Provinsi : Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Juklak.
Penetapan Kelompok Sasaran untuk alokasi APBN melalui TP Propinsi.
Sosialisasi dan Pembinaan. Pengawalan dan monitoring serta evaluasi
kegiatan. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
3 Kegiatan Tingkat Kabupatenkota : Penyusunan Petunjuk Teknis Juknis.
Penetapan Kelompok Sasaran untuk alokasi APBN melalui TP kabupatenkota
Sosialisasi program dan kegiatan pascapanen. Pelaksanaan koordinasikonsultasi ke provinsi
dan koordinasi ke lokasi dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan pembinaan.
Pengawalan, monitoring serta evaluasi. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
3.3 Lokasi, Jenis dan Volume :
Lokasi, Jenis
dan Volume
kegiatan Pengembangan penanganan pascapanen tanaman
kopi adalah sebagai berikut :
8
No Lokasi
Jenis Volume
1 Aceh
Penyediaan sarana, alat dan mesin
pascapanen tanaman kopi
1 KT 2
Sumsel 1 KT
3 Jambi
4 KT 4
Bengkulu 1 KT
5 Jabar
2 KT 6
Jateng 1 KT
7 Jatim
2 KT 8
Bali 1 KT
9 NTB
1 KT 10 NTT
2 KT 11 Sumut
2 KT 12 lampung
1 KT Pelatihan
pascapanen kopi 1
T
3.4 Simpul Kritis
Beberapa hal yang harus diperhatikan yang menjadi simpul kritis dalam pelaksanaan kegiatan :
-
Dalam penetapan kelompok sasaran penerima bantuan. Penetapan kelompok sasaran harus
yang sudah eksis dan terorganisir agar bantuan yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan
pengelolaan yang baik.
- Penyerahan barang kepada kelompok tani. Harus dilengkapi dengan berita acara serah
terima barang.
9
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN
BANTUAN
Sesuai dengan arahan dari Kementerian Keuangan bahwa kegiatan fasilitasi bantuan untuk
petani pada tahun 2013 harus melalui proses pengadaan yang dilakukan oleh petugas dinas yang
membidangi perkebunan atau melalui metode kontraktual.
4.1. Pelaksanaan Pengadaan Barang 1 Proses pengadaan barang yang dilakukan harus
mengacu kepada Perpres No. 54 tahun 2010 beserta
perubahannya tentang
Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa.
2 Dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan, persiapan pengadaan barang dimulai dari
Januari 2013 sekaligus pengumuman pelelangan. 3 Kontrak penyediaan alatmesin paling lambat
harus sudah ditandatangani akhir triwulan I bulan Maret tahun 2013.
4.2 Mekanisme Penyaluran
Barang kepada
Kelompok Tani 1 Pengelolaan dan penyaluran barang harus
mengacu kepada Permenkeu No.248 tahun 2010 tentang
Pedoman Pengelolaan
Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
10
2 Penyerahan alatmesin pascapanen kepada kelompok tani harus dilengkapi dengan Berita
Acara Serah Terima Barang antara PPK pelaksana kegiatan dengan Ketua Kelompok Tani
yang bersangkutan dengan dibubuhi Materai 6.000 rupiah.
3 Penyerahan saranaalatmesin
pascapanen kepada kelompok tani paling lambat harus sudah
dilakukan pada akhir triwulan 2 bulan Juni 2013
4.3 Kriteria Umum dan Kriteria Teknis serta
Mekanisme Penentuan Calon Kelompok Sasaran
1
Dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan, identifikasi serta penetapan kelompok sasaran
penerima alat mesin dilaksanakan paling lambat pada bulan Februari 2013.
2
Penentuan kelompok tani terpilih dilakukan melalui seleksi oleh petugas dinas yang
membidangi perkebunan serta ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat atau Kepala Dinas
yang membidangi perkebunan.
3 Kelompok yang bersangkutan sudah adatelah eksis dan aktif, berpengalaman, bukan bentukan baru,
dapat dipercaya serta mampu mengembangkan usahakegiatan melalui kerjasama kelompok, dengan
jumlah anggota minimal 25 orang
4 Kelompok yang bersangkutan tidak mendapat penguatan modal atau fasilitasi lain untuk kegiatan
11 yang samasejenis pada saat yang bersamaan atau
mendapat modal pada tahun-tahun sebelumnya kecuali
kegiatan yang
diprogramkan secara
bertahap dan saling mendukung 5 Kelompok yang bersangkutan tidak bermasalah
dengan perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya.
6 Kelompok yang
mengalami kesulitan
untuk mengakses sumber permodalan, sehingga sulit untuk
menerapkan rekomendasi teknologi anjuran secara penuh dan memanfaatkan peluang pasar.
4.4 Pelaksanaan Kegiatan Lainnya Pelaksanaan kegiatan pendukung seperti
sosialiasi atau
pertemuan teknis
petani dilaksanakan mulai Januari hingga Juli 2013
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN
DAN PENDAMPINGAN
1 Pembinaan kelompok
dilakukan secara
terkoordinasi dan
berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan
dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.
12
2 Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah pengelolaan
sesuai prinsip
pelaksanaan kepemerintahan yang baik good governance
dan pemerintah yang bersih clean governance, maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi
prinsip-prinsip: Mentaati ketentuan peraturan dan perundangan, Membebaskan diri dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme KKN, Menjunjung
tinggi keterbukaan
informasi, transparansi dan demokratisasi, Memenuhi asas
akuntabilitas. 3 Tanggung jawab pelaksanaan kegiatan ini baik
secara teknis maupun dalam pembinaan berada pada dinaskantor perkebunan atau yang
melaksanakan fungsi
perkebunan lingkup
provinsikabupatenkota. Tanggung jawab atas program dan kegiatan adalah Direktorat
Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
4 Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Dinas yang membidangi perkebunan
kabupaten dan provinsi serta Ditjen Perkebunan, sedangkan pengendalian kegiatan dilakukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen PPK dan Kuasa Pengguna Anggaran KPA. Proses pengendalian
di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing masing instansi.
5 Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku agar penyelenggaraan kegiatan dapat
menerapkan prinsip
prinsip partisipatif,
transparansi dan akuntabel.
13
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian nomor 31PermentanOT.140- 32010 tanggal 19 Maret 2010 tentang Sistem Monev dan
Pelaporan.
6.1 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi Monev dilaksanakan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi tingkat Pusat dan
Provinsi serta Tim Teknis Kabupaten Kota secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tingkatan
mulai dari Pusat hingga ke desa supaya pemanfaatan
bantuan sarana
alat mesin
pascapanen tepat sasaran, efektif dan efisien melalui 2 dua cara yaitu : memonitor dan
mengevaluasi berdasarkan
laporan dan
mengadakan kunjungan lapangan.
6.2 Pelaporan
Pelaksana kegiatan di ProvinsiKabupaten Kota wajib membuat laporan tentang pelaksanaan
kegiatan yang terdiri dari : a Laporan Perkembangan, berisi realisasi kegiatan
yang sedang berjalan dan permasalahan yang dihadapi serta usulan pemecahannya pada
setiap bulan.
14
b Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan yang berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun
anggaran, permasalahan yang dihadapi dan usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang
dibuat setelah program berakhir.
Laporan pelaksanaan kegiatan Dana Tugas
Pembantuan per bulan sebagaimana diatur dalam Sistem SIMONEV tersebut di atas agar
dikirim setiap tanggal 10 bulan pelaporan kepada
Direktur Jenderal Perkebunan c.q. Sekretaris Ditjen Perkebunan dan Direktur Pascapanen dan
Pembinaan Usaha.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan pelaksanaan
pengembangan penanganan pascapanen kopi dibiayai dengan dana
APBN yang dialokasikan pada DIPA Ditjen Perkebunan Tugas Pembantuan provinsi atau
KabupatenKota Tahun Anggaran 2013.
VIII. PENUTUP
Kegiatan pembangunan perkebunan oleh Pemerintah dilakukan antara lain melalui fasilitasi
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas dan
kapabilitas kelompok
dan partisipasi