PENDAHULUAN Pedoman Teknis Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan

2 Tabel 1. Perkembangan Luas Areal, Produksi, Volume Ekspor dan Impor Komoditi Kelapa Tahun 2006 – 2010 Thn Luas Areal Ha Produksi Ton Ekspor Ton Impor Ton Minyak Kelapa Kopra Minyak Kelapa Kopra 2006 3.788.892 3.131.158 519.973 238.359 8.990 - 2007 3.787.989 3.193.266 739.923 323.288 7.366 - 2008 3.783.074 3.239.672 649.362 247.022 271 125 2009 3.799.124 3.257.969 571.157 209.046 232 18 2010 3.739.350 3.166.666 567.497 231.397 287 - Sumber :Data Statistik Perkebunan Indonesia, Tahun 2010 – 2012, komoditi kelapa Selama ini komoditas kelapa hanya dimanfaatkan produk primernya saja, baik dalam bentuk kelapa segar, kopra untuk bahan baku minyak goreng, dan VCO. Pengembangan dan pemanfaatan produk hilir kelapa belum banyak dilakukan, pemanfaatan hasil sampingan akan dapat meningkatkan nilai tambah produk kelapa yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani kelapa. Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai instansi yang membina perkebunan memiliki program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Kelapa adalah salah satu tanaman binaan Direktorat Jenderal Perkebunan yang kegiatan aspek pascapanennya dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan yakni Pengembangan Penanganan Pascapananen 3 Kelapa di 8 delapan provinsi dan 15 lima belas kabupaten. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan, maka diperlukan pedoman pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen kelapa. B. Tujuan 1. Memberikan pedoman bagi kelompok tani dan petugas lapangan dalam penanganan pascapanen kelapa sehingga menghasilkan produk yang berkualitas baik, menekan kehilangan hasil dan meningkatkan efisiensi usaha pascapanen. 2. Meningkatkan ketrampilan kelompok tani dalam penanganan pascapanen kelapa C. Sasaran Nasional Sasaran nasional sesuai dengan rencana strategis Kementerian Pertanian untuk periode 2010-2014 yang akan ditindak lanjuti dan dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen dan Pembinaan usaha, Direktorat Jenderal Perkebunan antara lain: 1. Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian 2. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian 4 Sesuai dengan Rencana Strategis Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2010 – 2014 adalah: 1. Peningkatan ketersediaan dan penerapan teknologi pascapnen tanaman perkebunan. 2. Peningkatan mutu, nilai tambah dan daya saing hasil perkebunan. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan, kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : 1. Tercapainya optimalisasi penyediaan dan pemanfaatan sarana pascapanen yang telah diberikan pemerintah. 2. Dihasilkannya produk pascapanen yang bermutu sesuai dengan permintaan pasar 3. Tercapainya harga yang proporsional bagi petani 4. Tercapainya peningkatan nilai daya saing nasional di pasar luar negeri 5. Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Perkebunan. 5

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Daerah sasaran kegiatan adalah daerah sentra produksi tanaman kelapa, daerah miskin, daerah perbatasan dan daerah pasca konflik. 2. Petanikelompok tani sasaran adalah petanipekebun di daerah sasaran seperti pada butir 1, petanikelompok tani yang sudah ada yang telah diseleksi. Selanjutnya Calon Kelompok Tani yang telah diseleksi ditetapkan oleh Kepala Dinas Perkebunan atau Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat. 3. Kriteria Calon Kelompok Tani dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan JUKLAK yang disusun oleh Provinsi berdasarkan wilayah, kemudian diatur secara spesifik dalam Petunjuk Teknis JUKNIS oleh Kabupaten sesuai kondisi petani dan sosial budaya setempat. 4. Proses pengadaan barangjasa dilakukan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah tanggal 6 Agustus 2010, Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan Pertama atas Perpres Nomor 6 54 Tahun 2010 tanggal 30 Juni 2011, serta Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tanggal 31 juli 2012. 5. Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan oleh petani melalui kelompok tani atau kelembagaannya dilaksanakan dengan bimbingan oleh petugas daerah yang ditunjuk.

B. Spesifikasi Teknis

Alat dan mesin yang dipergunakan untuk penanganan pascapanen kelapa harus memenuhi persyaratan minimum yang telah ditetapkan, dan telah teruji kinerjanya oleh Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian, Kementerian Pertanian. Selain itu, alat dan mesin harus memenuhi persyaratan teknis, kesehatan dan ekonomis. Persyaratan peralatan dan mesin yang digunakan dalam penanganan pascapanen kelapa yakni: — Permukaan yang berhubungan dengan bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mudah mengelupas. — Mudah dibersihkan dan dikontrol. — Tidak mencemari hasil seperti unsur atau fragmen logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk, jasad renik dan lain-lain. — Mudah dikenakan tindakan sanitasi — Spesifikasi Alat pascapanen kelapa: