STUDI STIMULASI PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN KECAMBAH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 30 DENGAN EKSTRAK AIR BAWANG MERAH (Allium cepa L.)
STUDI STIMULASI PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN KECAMBAH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 30
DENGAN EKSTRAK AIR BAWANG MERAH (Allium cepa L.)
Oleh
Karlisa Anggreani
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak air umbi bawang merah mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan kecambah padi sawah varietas Inpari 30 serta mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak air umbi bawang merah dapat menstimulasi pertumbuhan kecambah padi. Penelitian dilakukan pada bulan November 2016 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Variabel dalam penelitian ini adalah panjang akar, panjang daun, panjang kecambah, berat segar, berat kering, kadar air relatif, kandungan klorofil a, kandungan klorofil b dan kandungan klorofil total. Penelitian dilaksanakan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ekstrak air umbi bawang merah (Allium
cepa L.) sebagai faktor utama yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi: 0% v/v
(kontrol), 25% v/v, 50% v/v, 75% v/v dan 100% v/v. Analisis ragam dan BNT dilakukan pada taraf nyata 5%. Hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas ditentukan berdasarkan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air bawang merah tidak berpengaruh terhadap daya kecambah padi sawah varietas Inpari 30. Ekstrak air bawang merah pada konsentrasi 75 % v/v dan 100 % v/v menurunkan secara nyata panjang akar, berat segar dan kadar air relatif. Konsentrasi 25% v/v meningkatkan pertumbuhan panjang daun, panjang kecambah, kandungan klorofil b dan kandungan klorofil total.
Kata Kunci : Bawang merah, padi sawah varietas Inpari 30, variabel Pertumbuhan
(2)
STUDI STIMULASI PERKECAMBAHAN DAN
PERTUMBUHAN KECAMBAH PADI SAWAH (
Oryza sativa
L.)
VARIETAS INPARI 30 DENGAN EKSTRAK AIR
BAWANG MERAH (
Allium cepa
L.)
(Skripsi)Oleh
Karlisa Anggreani
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2017
(3)
ABSTRAK
STUDI STIMULASI PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN KECAMBAH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 30
DENGAN EKSTRAK AIR BAWANG MERAH (Allium cepa L.)
Oleh
Karlisa Anggreani
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak air umbi bawang merah mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan kecambah padi sawah varietas Inpari 30 serta mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak air umbi bawang merah dapat menstimulasi pertumbuhan kecambah padi. Penelitian dilakukan pada bulan November 2016 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Variabel dalam penelitian ini adalah panjang akar, panjang daun, panjang kecambah, berat segar, berat kering, kadar air relatif, kandungan klorofil a, kandungan klorofil b dan kandungan klorofil total. Penelitian dilaksanakan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ekstrak air umbi bawang merah (Allium
cepa L.) sebagai faktor utama yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi: 0% v/v
(kontrol), 25% v/v, 50% v/v, 75% v/v dan 100% v/v. Analisis ragam dan BNT dilakukan pada taraf nyata 5%. Hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas ditentukan berdasarkan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air bawang merah tidak berpengaruh terhadap daya kecambah padi sawah varietas Inpari 30. Ekstrak air bawang merah pada konsentrasi 75 % v/v dan 100 % v/v menurunkan secara nyata panjang akar, berat segar dan kadar air relatif. Konsentrasi 25% v/v meningkatkan pertumbuhan panjang daun, panjang kecambah, kandungan klorofil b dan kandungan klorofil total.
Kata Kunci : Bawang merah, padi sawah varietas Inpari 30, variabel Pertumbuhan
(4)
STUDI STIMULASI PERKECAMBAHAN DAN
PERTUMBUHAN KECAMBAH PADI SAWAH (
Oryza sativa
L.)
VARIETAS INPARI 30 DENGAN EKSTRAK AIR
BAWANG MERAH (
Allium cepa
L.)
Oleh
Karlisa Anggreani
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS
Pada Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2017
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Negeri 1
Merak Batin Kecamatan Natar pada tahun 2001. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Natar, dan pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Natar. Di tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Genetika dan Pteridologi Jurusan Biologi FMIPA UNILA. Selain itu, penulis juga aktif menjadi anggota bidang Ekspedisi di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA UNILA.
Penulis dilahirkan di Lahat, Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 5 Januari 1995, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak H. Amiruddin dan Ibu Hj. Siti Suhaili. Penulis mengawali jenjang
pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kartika II-32 Batalyon 143 Natar pada tahun 2000, Sekolah Dasar
(8)
Pada tahun 2016, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Sukajaya, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat selama 2 bulan. Selanjutnya pada tahun 2016 juga penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung selama 40 hari dan meyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul “ Uji Mikrobiologi Pada Sampel Kosmetik di Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandar Lampung ”.
(9)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, aku persembahkan karya ini dengan kesungguhan hati sebagai tanda
bakti dan cinta kasihku kepada:
Ibu dan Ayah tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang dan pengorbanannya dengan tulus ikhlas demi kebahagiaan dan
keberhasilanku.
Adikku dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan dukungannya dalam menyelesaikan pendidikanku.
Para Guru dan Dosen yang telah tulus ikhlas dalam mendidik dan memberikan ilmunya kepadaku.
Sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat, motivasi dan menemani selama menjalankan pendidikanku.
Orang-orang terdekatku yang selalu menjadi pendengar terbaikku disaat senang maupun sedih.
(10)
MOTTO
Kita hanya bisa melihat dengan baik saat menggunakan hati. Hal-hal penting dalam hidup seringkali tak terlihat oleh mata
kita.
(Antonie de Saint-Exupery)
Carilah ilmu dan harta agar kamu bisa memimpin. Ilmu akan memudahkan memimpin orang-orang di atas, sedangkan harta
memudahkanmu memimpin orang yang di bawah (masyarakat umum).
(Ali Bin Abi Thalib)
Belajar dari masa lalu, hidup untuk masa kini, dan berharap untuk masa yang akan datang.
(Albert Einstein)
Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi IBU.
Ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas. (Dian Sastro)
(11)
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan yaitu berupa nikmat iman dan nikmat kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Studi Stimulasi Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 30 dengan Ekstrak Air Bawang Merah (Allium cepa L.)’’ tepat pada waktunya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan banyak bantuan yang penulis dapatkan selama melaksanakan penelitian maupun dalam penulisan skripsi.Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Martha L. Lande, M.P., selaku Pembimbing l yang telah sabar memberi semangat, membantu serta memberi masukan selama penelitian dan dalam pembuatan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Tundjung T. Handayani, M.S., selaku Pembimbing 2 yang dengan sabar telah memberi arahan, perhatian, bimbingan dan berbagi ilmu selama melaksanakan penelitian hingga terselesainya skripsi ini.
(12)
arahan, perhatian, bimbingan dan berbagi ilmu selama melaksanakan penelitian hingga terselesainya skripsi ini.
4. Bapak Prof Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung.
5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. M. Kanedi, Msi., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan saran kepada penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Biologi. 7. Ibu Dra. Yulianty, M.Si., selaku kepala Laboratorium Botani, Bapak Hambali dan Bapak Tris selaku petugas Laboratorium Botani yang telah bersedia dan membantu dalam peminjaman alat maupun semua keperluan penelitian.
8. Seluruh dosen yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan bimbingan, ilmu, dan masukan yang sangat bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.
9. Seluruh karyawan dan staf Jurusan Biologi atas bantuan-bantuannya selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.
10. Kedua orang tua tercinta Bapak Amiruddin dan Ibu Siti Suhaili yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materil dan semangat dari pelaksanaan penelitian hingga terselesainya skripsi ini.
11. Mulyadi sebagai teman yang selalu setia memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
12. Gia Kerlin Angraini, Ade Silvinia, Rizka Devi Anggita, Oktarina Husaini, Dini Ambarwaty, Sabti Martini dan Herta Maniara sebagai teman-teman
(13)
seperjuangan dalam penelitian yang saling membantu, menemani, berbagi pengetahuan, berbagi dukungan dan semangat dalam melaksanakan penelitian. 13. Firda Mila Soleha, Sita Resmi dan Ellia Suryani sebagai teman seperjuangan di kampus yang selalu menjadi penghibur dan penyemangat disela-sela penelitian. 14. Teman-teman Biologi 2013 terimakasih atas semangat, perhatian, canda tawa dan kekeluargaan yang terjalin selama ini.
15. Kakak tingkat Jurusan Biologi khususnya angkatan 2012 dan 2013 yang telah memberikan banyak saran, pengetahuan dan motivasi selama penelitian maupun pembuatan skripsi.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah kalian berikan. Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa jurusan Bologi.
Bandar Lampung, 22 Februari 2017 Penulis
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
PERSEMBAHAN ... vi
MOTTO ... vii
SANWACANA ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 3
C. Manfaat Penelitian ... 4
D. Kerangka Pikir ... 4
E. Hipotesis ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Deskripsi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) ... 8
1. Klasifikasi ... 8
2. Morfologi ... 9
B. Deskripsi Tanaman Padi Sawah Varietas Inpari 30 ... 14
C. Deskripsi Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.) ... 15
1. Klasifikasi ... 15
2. Morfologi ... 16
3. Senyawa Kimia ... 17
(15)
III. METODE KERJA
A. Tempat dan Waktu ... 22
B. Alat dan Bahan ... 22
C. Rancangan Percobaan ... 23
D. Variabel dan Parameter ... 23
E. Pelaksanaan... 24
1.Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Umbi Bawang Merah ... 24
2.Pembuatan Ekstrak Air Bawang Merah untuk Perlakuan ... 24
3.Study Perkecambahan Kecambah ... 25
4.Study Pertumbuhan Benih ... 26
F. Pengamatan ... 27
G. Analisis Data ... 29
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 31
1. Daya Kecambah ... 31
2. Panjang Akar Kecambah ... 32
3. Panjang Daun Kecambah ... 34
4. Panjang Kecambah ... 35
5. Berat Segar Kecambah ... 37
6. Berat Kering Kecambah ... 39
7. Kadar Air Relatif ... 40
8. Kandungan Klorofil a ... 42
9. Kandungan Klorofil b ... 44
10.Kandungan Klorofil Total ... 46
B. Pembahasan ... 48
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
(16)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Deskripsi padi sawah varietas Inpari 30 ... 14
Tabel 2. Notasi perlakuan dan ulangan ... 23
Tabel 3. Pengenceran Ekstrak Air Bawang Merah Sesuai Konsentrasi ... 24
Tabel 4. Rata-rata panjang akar kecambah padi sawah varietas Inpari 30 . 32
Tabel 5. Rata-rata panjang daun kecambah padi sawah varietas Inpari 30 ... 34
Tabel 6. Rata-rata panjang kecambah padi sawah varietas Inpari 30 ... 36
Tabel 7. Rata-rata berat segar kecambah padi sawah varietas Inpari 30 .... 38
Tabel 8. Rata-rata berat kering kecambah padi sawah varietas Inpari 30 ... 40
Tabel 9. Rata-rata kadar air relatif kecambah padi sawah varietas Inpari 30 ... 41
Tabel 10. Rata-rata klorofil a kecambah padi sawah varietas Inpari 30 ... 43
Tabel 11. Rata-rata klorofil b kecambah padi sawah varietas Inpari 30 .... 45
Tabel 12. Rata-rata klorofil total kecambah padi sawah varietas Inpari 30 ... 47
Tabel 13. Efek ekstrak air umbi bawang merah terhadap penurunan variabel pertumbuhan kecambah padi sawah varietas Inpari 30 ... 49
Tabel 14. Efek ekstrak air umbi bawang merah terhadap peningkatan variabel pertumbuhan kecambah padi sawah varietas Inpari 30 ... 49
(17)
Tabel 16. Data panjang akar, Rata-rata, Standar deviasi, Ragam, Standar
error, Koefisien keragaman ... 63
Tabel 17. Absolute value of residual treatment panjang akar kecambah ... 63
Tabel 18. Analisis ragam tabel 17 ... 63
Tabel 19. Analisis ragam single faktor panjang akar kecambah ... 64
Tabel 20. Hasil uji BNT panjang akar ... 64
Tabel 21. Data panjang daun, Rata-rata, Standar deviasi, Ragam, Standar error, Koefisien keragaman ... 65
Tabel 22. Absolute value of residualtreatment panjang daun kecambah .. 65
Tabel 23. Analisis ragam tabel 22 ... 65
Tabel 24. Analisis ragam single faktor panjang daun kecambah ... 66
Tabel 25. Hasil uji BNT panjang daun ... 66
Tabel 26. Data panjang kecambah, Rata-rata, Standar deviasi, Ragam, Standar error, Koefisien keragaman ... 67
Tabel 27. Absolute value of residualtreatment panjang kecambah ... 67
Tabel 28. Analisis ragam tabel 27 ... 67
Tabel 29. Analisis ragam single faktor panjang kecambah ... 68
Tabel 30. Hasil uji BNT panjang kecambah ... 68
Tabel 31. Data berat segar, Rata-rata, Standar deviasi, Ragam, Standar error, Koefisien keragaman ... 69
Tabel 32. Absolute value of residualtreatment berat segar kecambah ... 69
Tabel 33. Analisis ragam tabel 32 ... 69
Tabel 34. Analisis ragam single faktor berat segar kecambah ... 70
Tabel 35. Hasil uji BNT berat segar kecambah ... 70
Tabel 36. Data berat kering, Rata-rata, Standar deviasi, Ragam, Standar error, Koefisien keragaman ... 71
(18)
Tabel 38. Analisis ragam tabel 37 ... 71
Tabel 39. Analisis ragam single faktor berat kering kecambah ... 72
Tabel 40. Data kadar air relatif, Rata-rata, Standar deviasi, Ragam, Standar error, Koefisien keragaman ... 73
Tabel 41. Absolute value of residualtreatment kadar air relatif kecambah ... 73
Tabel 42. Analisis ragam tabel 41 ... 73
Tabel 43. Analisis ragam single faktor kadar air relatif kecambah ... 74
Tabel 44. Hasil uji BNT kadar air relatif kecambah ... 74
Tabel 45. Data klorofil a, Rata-rata, Standar deviasi, Ragam, Standar error, Koefisien keragaman ... 75
Tabel 46. Absolute value of residualtreatment klorofil a kecambah ... 75
Tabel 47. Analisis ragam tabel 46 ... 75
Tabel 48. Analisis ragam single faktor klorofil a kecambah ... 76
Tabel 49. Hasil uji BNT klorofil a kecambah ... 76
Tabel 50. Data klorofil b, Rata-rata, Standar deviasi, Ragam, Standar error, Koefisien keragaman ... 77
Tabel 51. Absolute value of residualtreatment klorofil b kecambah ... 77
Tabel 52. Analisis ragam tabel 51 ... 77
Tabel 53. Analisis ragam single faktor klorofil b kecambah ... 78
Tabel 54. Hasil uji BNT klorofil b kecambah ... 78
Tabel 55. Data klorofil total, Rata-rata, Standar deviasi, Ragam, Standar error, Koefisien keragaman ... 79
Tabel 56. Absolute value of residualtreatment klorofil total kecambah ... 79
Tabel 57. Analisis ragam tabel 56 ... 79
Tabel 58. Analisis ragam single faktor klorofil total kecambah ... 80
Tabel 59. Hasil uji BNT klorofil total kecambah ... 80 xv
(19)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman-tanaman yang mengandung quercetin ... 5
Gambar 2. Akar Tanaman Padi ... 10
Gambar 3. Daun padi dan bagian-bagiannya ... 12
Gambar 4. Bunga tanaman padi ... 13
Gambar 5. Buah padi dan bagian-bagiannya ... 13
Gambar 6. Bagian-bagian tanaman bawang merah ... 17
Gambar 7. Struktur kimia golongan flavonoids ... 19
Gambar 8. Tata letak benih padi yang dikecambahkan dalam nampan ... 25
Gambar 9. Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan ... 27
Gambar 10. Grafik daya kecambah benih padi sawah varietas Inpari 30 setelah perlakuan ekstrak air umbi bawang merah ... 31
Gambar 11. Kurva regresi konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah dengan panjang akar kecambah padi sawah varietas Inpari 30 ... 33
Gambar 12. Kurva panjang rata-rata daun kecambah padi sawah varietas Inpari 30 pada konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah yang berbeda-beda ... 35
Gambar 13. Kurva panjang rata-rata kecambah padi sawah varietas Inpari 30 pada konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah yang berbeda-beda ... 37
Gambar 14. Kurva regresi konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah dengan berat segar kecambah padi sawah varietas Inpari 30 .. 39
(20)
Gambar 15. Kurva regresi konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah dengan kadar air relatif kecambah padi sawah varietas
Inpari 30 ... 42
Gambar 16. Kurva regresi konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah dengan klorofil a kecambah padi sawah varietas Inpari 30 ... 44
Gambar 17. Kurva rata-rata kandungan klorofil b kecambah padi sawah varietas Inpari 30 pada konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah yang berbeda-beda ... 46
Gambar 18. Kurva rata-rata kandungan klorofil total kecambah padi sawah varietas Inpari 30 pada konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah yang berbeda-beda ... 48
Gambar 19. Kurva regresi panjang akar dan kadar air relatif ... 50
Gambar 20. Kurva regresi kandungan klorofil total dan panjang kecambah ... 51
Gambar 21. Seleksi benih padi sawah varietas Inpari 30 ... 81
Gambar 22. Penimbangan umbi bawang merah untuk pembuatan ekstrak ... 81
Gambar 23. Proses pembuatan larutan ekstrak air umbi bawang merah ... 81
Gambar 24. Larutan stok ekstrak air umbi bawang merah ... 82
Gambar 25. Perendaman benih padi dalam ekstrak air bawang merah dengan konsentrasi berbeda ... 82
Gambar 26. Peletakkan benih padi sawah varietas Inpari 30 di nampan Plastik ... 82
Gambar 27. Hari ke-7 peletakkan benih padi di nampan plastik ... 83
Gambar 28. Kecambah benih padi sebelum penanaman di gelas plastik .. 83
Gambar 29. Peletakkan kecambah padi di gelas plastik ... 83
Gambar 30. Kecambah yang akan ditimbang berat segar dan dikeringkan dengan oven ... 84
Gambar 31. Pengujian kandungan klorofil ... 84 xvii
(21)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penghasil beras yang merupakan sumber karbohidrat bagi sebagian penduduk dunia. Hampir 95% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok, sehingga setiap tahunnya permintaan kebutuhan beras semakin meningkat seiiring dengan bertambahnya jumlah penduduk (Pratiwi , 2016). Menurut data Badan Pusat Statistik (2014), konsumsi beras di Indonesia tergolong tinggi yaitu sebesar 97,4 kg/kapita/tahun pada tahun 2013. Kebutuhan beras terus meningkat karena peningkatan jumlah konsumen tidak diimbangi dengan produksi yang cukup.
Jumlah penduduk yang semakin bertambah pesat tidak hanya meningkatkan kebutuhan beras namun juga mengakibatkan semakin berkurangnya lahan subur untuk pertanian karena alih fungsi lahan. Selain itu, perubahan iklim seperti peningkatan suhu dan curah hujan serta
berkurangnya karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008).
(22)
2
Proses perkecambahan biji merupakan awal dari pertumbuhan dan perkembangan padi. Embrio pada biji yang semula dorman akan
mengalami perubahan fisiologis dan kemudian berkembang menjadi calon individu baru (tumbuhan muda) dengan dimulainya proses
perkecambahan. Perkecambahan diawali dengan munculnya radikula (bakal akar). Biji dapat berkecambah apabila ditumbuhkan pada lingkungan yang menunjang biji tersebut untuk berkecambah, yaitu lingkungan yang cukup air (lembab) (Agustina, 2015). Ketersediaan air yang kurang dapat membatasi pertumbuhan tanaman sehingga pada saat proses perkecambahan dapat mengakibatkan kegagalan (Ludlow, 1993).
Meningkatnya kebutuhan beras haruslah ditangani dengan berbagai macam upaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan viabilitas benih agar masa pertumbuhan dan perkembangan padi dapat dipercepat sehingga dapat menyeimbangkan antara ketersediaan beras dan kebutuhannya. Meningkatkan viabilitas benih menurut Kusumo (1990) dapat dilakukan dengan cara menggunakan perlakuan perendaman zat pengatur tumbuh (ZPT) pada benih. Perendaman ini memungkinkan benih mengalami inbibisi sehingga kadar air benih setelah perendaman akan meningkat dan menstimulasi perkecambahan.
Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang Proses-proses pertumbuhan, differensiasi
(23)
dan perkembangan tanaman (Salisbury, 1995). Hasil penelitian Marfirani dkk (2014) diketahui bahwa perlakuan pemberian filtrat bawang merah dengan konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100% memengaruhi pertumbuhan stek melati yang meliputi persentase hidup stek, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, luas daun, jumlah akar dan panjang akar secara signifikan. Tumbuhan bawang merah dapat digunakan sebagai zat
pengatur tumbuh alami karena memiliki kandungan hormon pertumbuhan berupa hormon auksin dan gibberellin, sehingga dapat memacu
pertumbuhan benih.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berasal dari ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) terhadap benih padi sawah (Oryza sativa L.) varietas Inpari 30.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah ekstrak air bawang merah (Allium cepa L.) dapat mempengaruhi perkecambahan padi sawah varietas Inpari 30;
2. Mengetahui apakah ekstrak air bawang merah (Allium cepa L.) dapat mempengaruhi pertumbuhan kecambah padi sawah varietas Inpari 30, dan
3. Mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak air umbi bawang merah dapat menstimulasi pertumbuhan kecambah padi sawah varietas Inpari 30.
(24)
2
C. Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya cara meningkatkan viabilitas benih padi karena pemberian ekstrak air bawang merah, maka dapat dijadikan informasi dasar untuk studi selanjutnya terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kecambah padi. Dari segi pengembangan pertanian maka hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perencanaan dalam mengatasi
keseimbangan antara ketersediaan serta kebutuhan beras di Indonesia.
D. Kerangka Pikir
Padi merupakan tanaman yang paling penting di Indonesia karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi yang merupakan olahan dari beras dan tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Setiap tahun permintaan kebutuhan beras semakin meningkat seiiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Dalam mengatasi hal ini produksi padi harus terus ditingkatkan, sehingga sangat perlu ditemukan inovasi baru dalam meningkatkan
produksi padi. Berbagai penelitian untuk menstimulant pertumbuhan padi harus dilakukan, salah satunya seperti yang dilakukan peneliti yaitu meneliti ekstrak air bawang merah yang diduga dapat menjadi stimulant alami pertumbuhan tanaman padi.
Bawang merah mengandung flavonoid jenis quercetin. Quercetin
monoglucoside 1 dan quercetin diglucoside adalah flavonoid utama, 80% dari kandungan quercetin total. Rasio quercetin monoglucoside 1 dengan quercetin diglucoside adalah 1: 2.2 . Cincin B-monohidroksi flavonoid
(25)
diketahui berperan dalam degradasi asam indol asetat (IAA), sedangkan cincin B-dihidroksi flavonoid menghambat degradasi IAA. Saat ini diketahui bahwa peran flavonoid adalah sebagai regulator endogen transport polar auksin. Quercetin dan flavonoid lainnya merupakan
inhibitor transport polar auksin. Oleh sebab itu pemberian ekstrak bawang merah akan mempengaruhi pertumbuhan kecambah padi sawah varietas Inpari 30. Selain bawang merah, quercetin terdapat pula pada tanaman-tanaman lain. Rumus molekul quercetin dan tanaman-tanaman lain yang
mengandung quercetin dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanaman-tanaman yang mengandung quercetin
Untuk mengevaluasi efek ekstrak air bawang merah terhadap daya kecambah dan pertumbuhan kecambah padi sawah varietas Inpari 30, maka peneliti mengukur persentase benih yang berkecambah setelah perlakuan ekstrak bawang merah dan pertumbuhan kecambah selanjutnya
(26)
2
yang meliputi panjang akar, panjang daun, panjang total, berat segar, berat kering, kadar air relatif, kandungan klorofil a, b dan total, dan kemudian membandingkannya dengan yang tidak diberi perlakuan ekstrak air
bawang merah (kontrol). Disamping itu, peneliti juga menentukan korelasi antara konsentrasi ekstrak air bawang merah dengan semua variabel pertumbuhan.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ekstrak air bawang merah berpengaruh nyata terhadap sekurang-kurangnya satu variabel pertumbuhan kecambah padi sawah varietas Inpari 30 (panjang akar, panjang daun, panjang total, berat segar, berat kering, kadar air relatif, kandungan klorofil a, b dan total).
H0 : µ0 = µ1 H1 : µ0≠ µ1
µ0 = Nilai tengah panjang akar, panjang daun, panjang total, berat segar, berat kering, kadar air relatif, kandungan klorofil a, b dan total benih padi yang tidak diberi perlakuan ekstrak air bawang merah (kontrol)
µ1 = Nilai tengah panjang akar, panjang daun, panjang total, berat segar, berat kering, kadar air relatif, kandungan klorofil a, b dan total benih padi yang diberi perlakuan esktrak air bawang merah
(perlakuan).
Hipotesis diterima jika H0 ditolak dan H1 diterima.
(27)
2. Ada korelasi antara konsentrasi esktrak air bawang merah (variabel bebas) sekurang-kurangnya dengan satu variabel pertumbuhan kecambah padi (variabel tidak bebas).
(28)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) 1. Klasifikasi
Klasifikasi taksonomi tanaman bawang merah menurut Natural Resources and Conservation Service, USDA (2016) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae – Plants
Subkingdom : Tracheobionta – Vascular plants Superdivision : Spermatophyta – Seed plants Division : Magnoliophyta – Flowering plants Class : Liliopsida – Monocotyledons Subclass : Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae – Grass family Genus : Oryza L. – rice P Species : Oryza sativa L. – rice
(29)
2. Morfologi a. Akar
Akar merupakan bagian dari tanaman yang berfungsi dalam proses penyerapan air dan zat makanan dari dalam tanah untuk diangkut keseluruh bagian atas tanaman. Tanaman padi memiliki 3 jenis akar yaitu:
1. Radikula
Akar yang tumbuh ke arah bawah pada saat benih berkecambah (akar tunggang).
2. Akar serabut (akar adventif)
Akar ini akan tumbuh setelah 5-6 hari pertumbuhan akar tunggang.
3. Akar rambut
Merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut. Akar ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada diluar dan berfungsi untuk proses pengisapan air maupun zat-zat makanan.
4. Akar tajuk (crown roots)
Merupakan akar yang tumbuh dari ruas batang terendah. Akar jenis ini dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar di tanah, yaitu akar dangkal dan akar dalam. Akar dangkal akan mudah berkembang apabila kandungan udara di dalam tanah rendah (Aak, 1992).Gambar akar tanaman padi dapat dilihat pada Gambar 2.
(30)
Gambar 2. Akar Tanaman Padi (Sumber: Aak, 1995)
b. Batang
Batang pada tanaman padi mempunyai bentuk yang bulat,
berongga dan susunan yang beruas-ruas. Panjang setiap ruas tidak sama, ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang dan ruas yang kedua, ketiga hingga seterusnya adalah lebih panjang dari pada ruas yang didahuluinya. Setiap antar ruas pada batang padi dipisahan oleh buku (Fitri, 2009).
Jumlah buku sama dengan jumlah daun ditambah dua, yaitu satu buku untuk tumbuhnya koleoptil dan satu buku lagi menjadi dasar malai (Vergara, 1980). Suparyono dan Setyono (1996)
menjelaskan bahwa pada buku bagian bawah ruas terdapat daun pelepah. Buku bagian ujung daun pelepah memperlihatkan
percabangan dimana cabang yang terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki telinga daun pada sebelah kiri dan kanan, sedangkan yang terpendek menajdi lidah daun.
(31)
c. Daun
Pada bagian tanaman yang memiliki warna hijau karena adanya kandungan klorofil adalah daun. Dengan adanya klorofil maka daun dapat mengolah sinar matahari menjadi karbohidrat atau energi untuk tumbuh kembangnya organ-organ tanaman lainnya. Ciri khas dari daun padi adalah terdapat sisik dan telinga daun (Suhartatik, 2008)
Padi memiliki daun berbentuk lanset dengan urat tulang daun sejajar tertutupi oleh rambut yang halus dan pendek. Pada bagian teratas dari batang, terdapat daun bendera yang ukurannya lebih lebar dibandingkan dengan daun bagian bawah (Makarim dan Suhartatik, 2007). Waktu tumbuh satu daun pada fase awal tumbuh memerlukan waktu 4 hari atau lebih, sedangkan pada fase
selanjutnya diperlukan waktu sedikit lebih lama yaitu 8-9 hari. Jumlah daun pada tiap tanaman tergantung dengan jenis varietas padi, pada umumnya jumlah daun adalah 14-18 daun pada batang utama ( Vergara, 1980).
(32)
Gambar 3. Daun padi dan bagian-bagiannya (Sumber: Aak, 1995)
Keterangan: 1. Helai daun, 2. Sisik daun, 3. Leher daun, 4. Pelepah, 5. Telinga daun, 6. Dasar helai daun
d. Bunga
Bunga tanaman padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet. Bunga tanaman padi terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan cabang sekunder. Tiap unit bunga padi adalah floret yang terdiri atas satu bunga. Satu bunga terdiri atas satu organ betina dan 6 organ jantan (Makarim dkk., 2007).
Bunga padi memiliki dua kelamin dengan bakal buah di bagian atas. Bagian benang sari berjumlah 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kantong serbuk. Sedangkan putik memiliki dua tangkai putik dan dua kepala putik yang berbentuk malai berwarna putih atau ungu ( Sumartono dan Hardjono, 1980).
1 2 3 4 5
6
(33)
Gambar 4. Bunga tanaman padi (Makarim dkk., 2007)
e. Buah Padi (Gabah)
Buah padi atau yang dikenal sebagai gabah mer upakan ovary yang sudah masak dan bersatu dengan palea. Gabah merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian seperti embrio (lembaga), endosperm dan bekatul. Gabah yang sudah dibersihkan kulitnya disebut dengan beras. Beras
mempunyai zat makanan yang penting dan baik untuk tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, serat kasar dan vitamin (Aak, 1995). Gambar buah padi dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Buah padi dan bagian-bagiannya (Sumber: Aak, 1995). a
b
c
d
Benang sari Apikula
Ovary Rakhila
Putik
Pedicel (tangkai gabah) Ekor gabah
Lemma Nerver (urat sekam)
Lemma mandul Gluma rudimenter
(34)
B. Deskripsi Tanaman Padi Sawah Varietas Inpari 30
Badan Litbang Pertanian melakukan inovasi untuk menciptakan varietas padi dalam mengatasi perubahan iklim yang tidak menentu seperti banjir dan kekeringan yang dapat menyebabkan kegagalan panen (puso). Pada tahun 2012 dilepas varietas unggul baru (VUB) dengan nama Inpari 30 Ciherang Sub 1 dengan salah satu kelebihannya tahan terhadap rendaman, sehingga diharapkan dapat menunjang produksi yang tinggi dengan keadaan perubahan iklim yang ekstrim terutama resiko akibat banjir dan genangan. Deskripsi padi sawah varietas Inpari 30 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi padi sawah varietas Inpari 30
Deskripsi Varietas Inpari 30
Nomor seleksi IR09F436
Asal seleksi Ciherang/ IR64Sub1/Ciherang Golongan Cere
Umur tanaman 111 hari setelah semai Bentuk tanaman Tegak
Tinggi tanaman 101 cm Daun bendera Tegak
Bentuk gabah Panjang ramping Warna gabah Kuning bersih Kerontokan Sedang Tekstur nasi Pulen Kadar amilosa ± 22,40 % Bobot 1000 butir ± 27 gram Rata-rata hasil 7,2 ton/ha Potensi hasil 9,6 ton/ha Kerentanan terhadap
hama
Agak rentan terhadap Wereng Batang Cokelat biotipe 1 dan 2
Rentan terhadap Wereng Batang Cokelat biotipe 3 Ketahanan terhadap
penyakit
Agak rentan terhadap Hawar Daun Bakteri patotipe III
Rentan terhadap Hawar Daun Bakteri patotipe IV dan VIII
(35)
Anjuran tanam Cocok untuk ditanam disawah irigasi dataran rendah sampai ketinggian 400 m dpl didaerah luapan sungai, cekungan dan rawan banjir lainnya dengan rendaman keseluruhan fase vegetative selama 15 hari Pemulia Yudhistira Nugraha, Supartopo,
Nurul Hidayatun, Endang Septiningsih (IRRI), Alfaro Pamplona (IRRI), dan David J Mackill (IRRI)
Dilepas tahun 2012
SK Menteri Pertanian 2292.1/Kpts/SR.120/6/2012 Sumber: BBPTP, 2016
C. Deskripsi Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.) 1. Klasifikasi
Klasifikasi taksonomi tanaman bawang merah menurut Natural Resources and Conservation Service, USDA (2016) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae – Plants
Subkingdom : Tracheobionta – Vascular plants Superdivision : Spermatophyta – Seed plants Division : Magnoliophyta – Flowering plants Class : Liliopsida – Monocotyledons Subclass : Liliidae
Order : Liliales
Family : Liliaceae – Lily family Genus : Allium L. – onion P
(36)
2. Morfologi
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang telah lama diusahakan oleh petani secara intensif (Sumanaratne dan Palipane, 2004). Tinggi bawang merah dapat mencapai 15 – 50 cm dengan posisi tegak. Tanaman ini membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah (Wibowo, 2001).
Daun bawang merah berwarna hijau dan berbentuk bulat kecil memanjang seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daun. Bagian ujung daun meruncing sedangkan bagian bawahnya melebar dan membengkak (Estu dkk., 2007). Bawang merah memiliki dua kelopak daun yang berada di luar dan di dalam. Kelopak daun sebelah luar selalu melingkar menutupi kelopak daun bagian dalam. Beberapa helai kelopak daun terluar ( 2-3 helai ) berbentuk tipis dan mengering tetapi cukup liat. Pembengkakan kelopak daun pada bagian dasar akan terlihat mengembung, membentuk umbi yang merupakan umbi lapis. Bagian yang membengkak ini berisi cadangan makanan bagi tunas yang akan menjadi tanaman baru (Wibowo, 2001).
Bunga bawang merah termasuk bunga majemuk (inflorensia) yang terdiri atas tangkai bunga dan tandan bunga. Tangkai bunga berbentuk ramping, bulat dan berukuran panjang lebih dari 50 cm. Bagian atas
(37)
tangkai bunga terdapat umbel (rangkaian bunga) yang terdiri atas seludang dan bunga tunggal (Pike, 1986). Bunga bawang merah berwarna agak hijau bergaris keputih-putihan atau putih yang terdiri dari 5-6 benang sari dan sebuah putik. Bakal buah duduk di atas membentuk bangunan segitiga hingga tampak jelas seperti kubah. Bakal buah terbentuk dari 3 daun buah (karpel) yang membentuk 3 buah ruang dengan setiap ruang mengandung 2 bakal biji. Biji bawang merah yang masih muda berwarna putih. Setelah tua, biji akan
berwarna hitam (Estu dkk., 2007). Gambar tanaman bawang merah dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Bagian-bagian tanaman bawang merah (Sumber: Sciencepics, 2015)
3. Senyawa Kimia
Bawang merah memiliki karakteristik senyawa kimia khusus yang dapat merangsang keluarnya air mata jika bawang merah tersebut disayat pada bagian kulitnya. Zat kimia yang dapat merangsang keluarnya air mata ini disebut lakrimator. Selain itu karakteristik
(38)
senyawa kimia lain dari bawang merah adalah dapat mengeluarkan bau khas yang disebabkan oleh komponen volatile (minyak atsiri). Minyak atsiri dihasilkan oleh proses biokimia flavor, dimana flavor memiliki prekursor atau bahan dasar yang bereaksi dengan enzim spesifik dari bawang merah yang kemudian menghasilkan berbagai jenis zat kimia seperti lakrimator, minyak atsiri, asam piruvat, dan amonia (Lancaster dan Boland, 1990).
Bawang merah mengandung senyawa–senyawa yang dipercaya berkhasiat sebagai antiinflamasi dan antioksidan seperti kuersetin yang bertindak sebagai agen untuk mencegah sel kanker. Selain memiliki aktivitas sebagai antioksidan, quersetin juga dapat beraksi sebagai antikanker pada regulasi siklus sel, berinteraksi dengan reseptor estrogen (ER) tipe II dan menghambat enzim tirosin kinase. Kandungan lain dari bawang merah diantaranya protein, mineral, sulfur, antosianin, kaemferol, karbohidrat dan serat (LIPI, 2010). Menurut Soebagio dkk (2007) Ekstrak umbi bawang merah (Allium
cepa L.)mengandung senyawa flavonoid selain senyawa alkaloid,
polifenol,seskuiterpenoid, monoterpenoid, steroid dan triterpenoid serta kuinon. Hal ini dibuktikan dari hasil skriningfitokimia.
Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder, kemungkinan keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses
fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid (Markham, 1988). Berdasarkan derajat oksidasi dan
(39)
kejenuhan yang terdapat pada cincin C-heterosiklik, flavonoid dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yang dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Struktur kimia golongan flavonoids (Sumber: Grotewold, 2006).
Auxin berperan dalam berbagai respon fisiologi dan perkembangan, meliputi regulasi laju pemanjangan organ, fototropisme dan
grafitopisme. Hormon ini juga membantu respon stres tanaman melalui keterlibatannya dalam pembukaan stomata dan realokasi sumber daya pada kondisi pertumbuhan yang buruk. Auxin bergerak dari sel ke sel secara polar menunjukkan suatu polaritas basipetal pada batang dan polaritas yang lebih kompleks pada akar. Transport polar
flavan
flavanone flavone
flavonol dihydroflavonol flavan-3-ol
flavan-4-ol flavan-3,4-diol *streocenters
(40)
auxin dikontrol oleh beberapa jenis protein, diantaranya carrier auxin influx and efflux, yang memompa auxin ke dalam dan ke luar
tumbuhan. Pada tahun 1960 diketahui bahwa cincin B-monohidroksi flavonoid terlibat dalam degradasi asam indol asetat (IAA), sedangkan cincin B-dihidroksi flavonoid menghambat aktivitas degradasi IAA. Sekarang diketahui bahwa peran flavonoid adalah sebagai regulator endogen transport auxin (Andersen dan Markham, 2006).
4. Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi. Pada saat konsentrasi yang rendah ZPT dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Davies, 1995). Selain ZPT sintetsis, ada pula ZPT alami yang dapat diperoleh dari berbagai jenis tanaman. Darmawan dan Justika (2010) menyatakan bahwa ZPT utama yang terdapat secara alami pada tanaman adalah auksin, giberilin, sitokinin, asam absisat dan etilen.
Penggunaan ZPT alami lebih menguntungkan dibandingkan ZPT sintesis, karena harganya lebih murah, mudah diperoleh, dan
pelaksaannya lebih sederhana namun pengaruhnya tidak jauh berbeda dengan ZPT sintesis (Istyantini, 1996). Salah satu tumbuhan yang dianggap dapat digunakan sebagai zat pengatur tumbuh alami adalah bawang merah (Allium cepa L.). karena bawang merah memiliki kandungan hormon pertumbuhan berupa hormon auksin dan
(41)
gibberellin, sehingga dapat memacu pertumbuhan benih (Marfirani, 2014)
Auksin adalah jenis hormon penumbuh yang dibuat oleh tanaman dan berfungsi sebagai katalisator dalam metabolisme dan berperan sebagai penyebab perpanjangan sel (Alrasyid dan Widiarti, 1990). Widyastuti dan Tjokrokusumo (2007) juga menyatakan bahwa fungsi utama auksin adalah mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi, percabangan akar dan yang paling
karakteristrik adalah meningkatkan pembesaran sel. Marfirani (2014) menyatakan bahwa fungsi hormon giberelin adalah untuk
(42)
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada bulan November 2016.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa jenis alat. Alat-alat gelas yang digunakan yaitu beaker glass, tabung reaksi dan raknya, corong, Erlenmeyer, gelas ukur, cawan Petri dan pipet
volume. Alat analisis yang digunakan yaitu spektrofotometer UV dan timbangan digital. Alat penggerus yang digunakan yaitu mortar dan alu. Alat lainnya yang digunakan adalah oven, blender, pisau, gunting, sentrifuge, penggaris, kantung plastik, nampan plastik dan kamera.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah yang diperoleh dari Pasar Natar Lampung Selatan , bibit padi sawah varietas Inpari 30 diperoleh dari BPSBTPH Provinsi Lampung , etanol 95%, kapas, kertas saring Whatman no. 1, kain kassa dan aquadest.
(43)
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ekstrak air umbi bawang merah (Allium cepa L.) sebagai faktor utama yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi: 0% v/v
(kontrol), 25% v/v, 50% v/v, 75% v/v dan 100% v/v. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali sehingga jumlah satuan percobaan adalah 25. Notasi perlakuan dan ulangan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Notasi perlakuan dan ulangan
Ulangan
Konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah (% v/v)
0 25 50 75 100
1 K0U1 K1U1 K2U1 K3U1 K4U1
2 K0U2 K1U2 K2U2 K3U2 K4U2
3 K0U3 K1U3 K2U3 K3U3 K4U3
4 K0U4 K1U4 K2U4 K3U4 K4U4
5 K0U5 K1U5 K2U5 K3U5 K4U5
Keterangan:
K0– K1= konsentrasi ekstrak umbi bawang merah U0– U1= ulangan
D. Variabel dan Parameter
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah (Allium cepa L.), sedangkan variabel tidak bebas adalah persentase benih yang berkecambah, panjang tunas, berat segar kecambah, berat kering kecambah, kadar air relatif kecambah, rasio tunas akar, kandungan klorofil a, klorofil b dan klorofil total. Parameter dalam penelitian ini adalah nilai tengah (µ) semua variabel tidak bebas.
(44)
E. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu pembuatan larutan stok ekstrak air bawang merah, pembuatan ekstrak air umbi bawang merah untuk perlakuan, study perkecambahan benih dan study pertumbuhan kecambah.
1. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Umbi Bawang Merah Sebanyak 200 gram bawang merah dicuci hingga bersih lalu
dikeringkan. Setelah kering, bawang merah diblender sampai halus dan ditambahkan 500 ml aquadest. Selanjutnya, ekstrak dituang ke dalam Erlenmeyer dan dibiarkan selama 24 jam. Ekstrak disaring
menggunakan kain kassa dan kertas saring Whatman no. 1 sehingga diperoleh larutan stok ekstrak air umbi bawang merah dengan konsentrasi 100% v/v.
2. Pembuatan Ekstrak Air Bawang Merah untuk Perlakuan Agar memperoleh konsentrasi ekstrak air bawang merah yang dibutuhkan untuk perlakuan, dilakukan pengenceran seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengenceran ekstrak air bawang merah sesuai Konsentrasi
Konsentrasi (v/v)
Volume larutan stok (ml)
Volume aquadest (ml)
0 % 0 100
25 % 25 75
50 % 50 50
75 % 75 25
100 % 100 0
(45)
3. Study Perkecambahan Benih
Benih yang akan digunakan dalam penelitian diseleksi terlebih dahulu dengan cara merendam benih di dalam aquadest selama 10 menit. Benih padi yang mengapung dan sampah dibuang, sedangkan benih yang tenggelam diambil untuk dikecambahkan. Benih yang telah diseleksi selanjutnya direndam dalam 5 konsentrasi ekstrak air bawang merah yaitu 0% v/v (kontrol), 25% v/v, 50% v/v, 75% v/v dan 100% v/v selama 24 jam. Benih padi yang telah direndam selanjutnya diletakkan secara menyebar ke dalam 5 nampan plastik yang telah dilapisi kapas dan dibasahi dengan aquadest untuk dikecambahkan. Jumlah benih yang digunakan sebanyak 500 butir benih, masing-masing nampan berisi 100 butir benih. Tata letak nampan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Tata letak benih padi yang dikecambahkan dalam nampan Konsentrasi
0% v/v
Konsentrasi 25% v/v
Konsentrasi 50% v/v
Konsentrasi 75% v/v
Konsentrasi 100% v/v
(46)
Perhitungan jumlah benih padi yang berkecambah dilakukan setelah 7 hari penaburan benih. Menurut Sutopo (2002) persentase
perkecambahan dapat dihitung menggunakan satuan persen berdasarkan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah benih yang berkecambah N = Jumlah benih yang diuji
4. Study Pertumbuhan Kecambah
Berdasarkan jumlah satuan percobaan, maka jumlah gelas plastik yang digunakan sebagai wadah penanaman benih yang telah berkecambah adalah sebanyak 25 buah. Gelas plastik dicuci bersih dan dilap hingga kering. Masing-masing gelas plastik diberi nama sesuai dengan notasi perlakuan dan ulangan. Pada bagian dasar gelas plastik, dilapisi dengan kapas dan dibasahi dengan aquadest. Benih yang telah berkecambah dipindahkan ke dalam gelas plastik, masing-masing gelas diisi 2 kecambah. Setiap gelas diberi ekstrak air bawang merah sebanyak 10 ml. Pengamatan variabel kecambah dilakukan 7 hari setelah penanaman. Gelas plastik yang telah berisi kecambah diletakkan secara acak seperti pada Gambar 9.
Persentase perkecambahan = x 100%
(47)
Keterangan:
F. Pengamatan
1. Panjang kecambah (panjang akar, panjang daun dan panjang keseluruhan kecambah)
Pengukuran panjang kecambah dilakukan 7 hari setelah periode pertumbuhan yang meliputi panjang daun dan panjang akar serta
K2 U1 K1 U3 K0 U2 K4 U1 K3 U1 K1 U4 K2 U2 K3 U4 K0 U3 K4 U2 K4 U5 K3 U3 K2 U3 K1 U5 K0 U4 K3 U2 K4 U3 K0 U5 K2 U4 K1 U1 K0 U1 K2 U5 K4 U4 K1 U2 K3 U5
: Konsentrasi 0 % v/v (kontrol)
: Konsentrasi 25% v/v + 10 ml ekstrak bawang merah : Konsentrasi 50% v/v + 10 ml ekstrak bawang merah
: Konsentrasi 75% v/v + 10 ml ekstrak bawang merah : Konsentrasi 100% v/v + 10 ml ekstrak bawang merah
(48)
daun dan panjang akar. Pengukuran panjang ini dilakukan dengan mengunakan penggaris (dinyatakan dalam cm).
2. Berat segar kecambah
Kecambah padi ditimbang berat segarnya menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan miligram (mg).
3. Berat kering kecambah
Kecambah padi yang telah diukur berat segarnya dikeringkan menggunakan oven selama 2 jam dengan suhu 105-120o C untuk menghilangkan kadar air dalam kecambah. Selanjutnya ditimbang kembali menggunakan timbangan digital sebagai berat kering dan dinyatakan dalam satuan miligram (mg).
4. Kadar air relatif
Kadar air relatif kecambah menurut Yamasaki dan Dillenburg (1999) dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Keterangan:
M1 = berat segar kecambah M2 = berat kering kecambah
5. Kandungan Klorofil
Menurut Miazek (2002) penentuan kandungan klorofil dilakukan dengan cara menggerus hingga halus 0,01 gram daun kecambah padi sawah menggunakan mortar dan ditambahkan 10 ml etanol 95%.
(49)
Ekstrak disaring ke dalam Erlenmeyer, sisa gerusan yang masih melekat dikertas saring digerus kembali, kemudian disaring kembali ke dalam Erlenmeyer. Volume akhir disesuaikan menjadi 100% dengan menambahkan etanol 95%. Ekstrak siap ditentukan kandungan klorofil a, klorofil b dan klorofil totalnya.
Penentuan kandungan klorofil selanjutnya dilakukan dengan cara diukur absorbansi ekstrak klorofil masing-masing pada panjang gelombang 649 dan 665 nm. Kandungan klorofil dinyatakan dengan mg klorofil/gram yang diekstraksi dan dihitung menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
Chla = Klorofil a Chlb = Klorofil b Chltotal = Klorofil total
A665 = Absorbansi dengan panjang gelombang 665 nm A649 = Absorbansi dengan panjang gelombang 649 nm
V = Volume etanol
W = Berat daun
G. Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh waktu pengukuran dan perlakuan ekstrak air bawang merah, maka homogenitas ragam diuji dengan menggunakan uji
Chla = 13.36 A665– 5.19 A649
Chlb = 27.43 A649– 8.12 A665
Chltotal = 22.24 A649– 5.24 A665
(50)
Levene, kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam. Analisis ragam dilakukan pada taraf nyata 5% serta diuji lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% pula. Hubungan antara variabel bebas dan tidak bebas ditentukan berdasarkan regresi.
(51)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ekstrak air umbi bawang merah tidak mempengaruhi daya kecambah
padi sawah varietas Inpari 30.
2. Konsentrasi 75% v/v ekstrak air umbi bawang merah menghambat pertumbuhan panjang akar, berat segar dan kadar air relatif kecambah. Panjang akar dan kadar air relatif berkorelasi linier positif.
3. Konsentrasi 25% v/v menstimulasi panjang daun, panjang kecambah, kandungan klorofil b dan kandungan klorofil total. Panjang kecambah dan kandungan klorofil total berkorelasi kuadratik.
4. Berdasarkan kesimpulan 2 dan 3, konsentrasi rendah ekstrak air umbi bawang merah dapat digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan benih, namun pada konsentrasi tinggi tidak dapat digunakan untuk menstimulasi.
(52)
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah dibawah konsentrasi 25% v/v pada varietas padi yang lain.
(53)
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1992. Budi Daya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta. Aak. 1995. Morfologi Padi. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Agustina, R. 2015. Adaptasi Kecambah Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang dan Ciliwung Terhadap Defisit Air yang Diinduksi dengan Polietilen Glikol 6000. [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Alrasyid, H., Widiarti, A. 1990. Pengaruh Penggunaan Hormon IBA Terhadap
Persentase hidup Stek Khaya anthoteca. Buletin Penelitian Hutan Pusat Penelitian danPengembangan Kehutanan Bogor. Bogor. No 523:hal. 122-124.
Andersen, O. M., K. R, Markham. 2006. Flavonoids : Chemistry, Biochemistry, and Applications. CRC Press. Francis. Hal: 422.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPTP). 2016. Inpari 30 Ciherang Sub 1: Varietas Unggul Padi Tahan Rendaman. Balitbangtan-Kementerian Pertanian Subang. Diperoleh di
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/berita
utama/content/265-inpari-30-ciherang-sub-1-varietas-unggul-padi-tahan rendaman. Diakses pada tanggal 27 September 2016 pukul 07.58 wib. Darmawan, J., S.B, Justika. 2010. Dasar – Dasar Fisiologi Tanaman. SITC.
Jakarta.
Darojat, M. K., Resmisari, R., Siti M.Si, Ach., Nasichuddin, M.A. 2014. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.). [Skripsi]. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Malang.
(54)
Effendi, Y. 2008. Kajian Resistensi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Terhadap Cekaman Kekeringan. [Tesis Magister]. Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta.
Estu, R., Berlian, VA. N. 2007. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta. Faulkner, I. J., P. H. Rubery. 1992. Flavonoids And Flavonoid Sulphates As
Probes Of Auxin Transport Regulation In Cucurbita Pepo Hypocotyl Segments And Vesicles. J Food Sci. Vol 186 (4), 618–625.
Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Beberapa Padi Ladang (Oryza sativa L.). [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Galdon, B. R., R. E. M. Rodriguez., D. C. Romero. 2008. Flavonoids in onion cultivars (Allium cepa L.).J Food Sci. 73(8) : C599-605.
Grotewold, E. 2006. The Science of Flavonoids. The Ohio State University Columbus, Ohio. USA. Hal: 2.
Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali. Jakarta.
Istyantini, M.T.E. 1996. Pengaruh Konsentrasi dan Macam Zat Pengatur Tumbuh Alami Terhadap Perakaran Stek Pucuk Berbagai Varietas Krisan
(Chrysanthenum sp). [Skripsi]. Universitas Jember. Jember. Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Cv. Jasaguna. Bogor. Lancaster, J.E., M. J, Boland. 1990. Flavor Biochemistry dalam Brewster, J.L.
Onions and Aliied Crops. CRC Press.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2010. Hasil Identifikasi Bawang
Merah. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Ludlow, M.M . 1993. Physiological Mechanism of Drought Resistance. T. J. Mabry, H. T., Nguyen, R. A., Dixon, M. S., Bonnes (Eds). Biotechnology for Aridland Plants. IC2 Institute: Austin.
Makarim, A.K., E. Suhartatik. 2007. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Makarim, A.K., E. Suhartatik., A. Kartohardjono. 2007. Silikon: Hara Penting Pada Sistem Produksi Padi. Iptek Tanaman Pangan. 2 (2): 195-204 hlm.
Marfirani, M., S. Y. Rahayu., E. Ratnasari. 2014. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Filtrat Umbi Bawang Merah dan Rootone-F terhadap
Pertumbuhan Stek Melati “Rato Ebu”. Jurnal Lentera Bio. Vol 3 (1) : 73 76
(55)
Markham, K.R.. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. [Editor] Padmawinata, K. ITB. Bandung.
Miazek, Mgr inz. K. 2002. Chlorophyll Extraction From Harvested Plant Material. Supervisor: Prof. Dr. hab inz Stanislaw Ledakowics.
Natural Resources and Conservation Service, USDA. 2016. Taxonomi Klasifikasi Tanaman Bawang Merah. Diperoleh dari
plants.usda.gov/core/profile?symbol =ALCE.
Diakses pada tanggal 26 September 2016 pukul 19.25 wib.
Natural Resources and Conservation Service, USDA. 2016. Taxonomi Klasifikasi Tanaman Bawang Merah. Diperoleh dari
plants.usda.gov/core/profile?symbol =ORSA.
Diakses pada tanggal 26 September 2016 pukul 19.20 wib. Pike, L.M. 1986. Onion Breeding. In M. J. Basset : “Breeding Vegetable
Crops”. AVI PUBL., Inc. Westtport, Connecticut.
Pratiwi, W. E. 2016. Pengaruh Pemberian Boron Terhadap Pertumbuhan Tiga
Varietas Tanaman Padi (Oryza Sativa L.). [Skripsi]. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Salisbury, F. B., C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Press. Bandung.
Sciencepics. 2015. Tanaman Allium cepa. Diperoleh dari
m.shutterstock.com/images/235315795. Diakses pada tanggal 30 September 2016 pukul 20.45 wib.
Siregar, A. P., E. Zuhry., Sampoerno.2015. Pertumbuhan Bibit Gaharu (Aquilaria malaccencis) Dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Asal Bawang Merah. Jurnal Jom Faperta. Vol 2 (1).
Soebagio, B., T. Rusdiana., Khairudin. 2007. Pembuatan Gel dengan Aqupec HV 505 dari Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium cepa, L.) sebagai
Antioksidan. Fakultas Farmasi. Universitas Padjadjaran. Bandung. Suhartatik. 2008. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Diperoleh dari
http://www.google.com/url.litbang.deptan.go.id%spesial%padi2009. Diakses pada tanggal 24 September 2016 pukul 19.45 wib.
Sumartono, B. S., Hardjono. 1980. Bercocok Tanam Padi. CV. Yasaguna. Jakarta. 56 p.
Sumanaratne, J. P., W.M.U. Palipane., L. G. S. Kumary. 2004. Feasibility of Small Onion (Alliun cepa L. Aggregatum Group) Cultivation from True Seeds. Annals of the Sri Lanka.
(56)
Suparyono., A. Setyono. 1996. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 29, 32, dan 40.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih edisi revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Malang.
Vergara, B. S. 1980. Rice Plant Growth and Development. In B.S Luh (Ed) Rice: Production and Utilization. AVI Publishing Company, Wesport,
Connection. P. 77-86.
Wibowo, S. 2001. Budidaya Bawang ( Bawang Putih, Merah dan Bombay). Penebar Swadaya. Jakarta.
Widyastuti, N., D. Tjokrokusumo. 2007. Peranan Beberapa Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) Tanaman Pada Kulturin Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Jakarta. Vol 3 (5): 55-63.
Yamasaki, S., L. R. Dillenburg. 1999. Measurement Of Leaf Relative Water Content. In Araucaria Angustifolia. Revista Brasileira de Fisiologia. Vegetal. 11 (2), 69-75.
Yuliana, N., D. Ermavitalini., D. Agisimanto. 2013. Efektifitas Metapolin (Mt) dan NAA Terhadap Pertumbuhan In Vitro Strawberi (Fragaria ananassa Var. Dorit) Pada Media MS Cair dan Ketahanannya di Media
Aklimatisasi. Jurnal Sains dan seni pomits. Vol 2.
(1)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ekstrak air umbi bawang merah tidak mempengaruhi daya kecambah
padi sawah varietas Inpari 30.
2. Konsentrasi 75% v/v ekstrak air umbi bawang merah menghambat pertumbuhan panjang akar, berat segar dan kadar air relatif kecambah. Panjang akar dan kadar air relatif berkorelasi linier positif.
3. Konsentrasi 25% v/v menstimulasi panjang daun, panjang kecambah, kandungan klorofil b dan kandungan klorofil total. Panjang kecambah dan kandungan klorofil total berkorelasi kuadratik.
4. Berdasarkan kesimpulan 2 dan 3, konsentrasi rendah ekstrak air umbi bawang merah dapat digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan benih, namun pada konsentrasi tinggi tidak dapat digunakan untuk menstimulasi.
(2)
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah dibawah konsentrasi 25% v/v pada varietas padi yang lain.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1992. Budi Daya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta. Aak. 1995. Morfologi Padi. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Agustina, R. 2015. Adaptasi Kecambah Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang dan Ciliwung Terhadap Defisit Air yang Diinduksi dengan Polietilen Glikol 6000. [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Alrasyid, H., Widiarti, A. 1990. Pengaruh Penggunaan Hormon IBA Terhadap
Persentase hidup Stek Khaya anthoteca. Buletin Penelitian Hutan Pusat Penelitian danPengembangan Kehutanan Bogor. Bogor. No 523:hal. 122-124.
Andersen, O. M., K. R, Markham. 2006. Flavonoids : Chemistry, Biochemistry, and Applications. CRC Press. Francis. Hal: 422.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPTP). 2016. Inpari 30 Ciherang Sub 1: Varietas Unggul Padi Tahan Rendaman. Balitbangtan-Kementerian Pertanian Subang. Diperoleh di
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/berita
utama/content/265-inpari-30-ciherang-sub-1-varietas-unggul-padi-tahan rendaman. Diakses pada tanggal 27 September 2016 pukul 07.58 wib. Darmawan, J., S.B, Justika. 2010. Dasar – Dasar Fisiologi Tanaman. SITC.
Jakarta.
Darojat, M. K., Resmisari, R., Siti M.Si, Ach., Nasichuddin, M.A. 2014. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.). [Skripsi]. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Malang.
(4)
Effendi, Y. 2008. Kajian Resistensi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Terhadap Cekaman Kekeringan. [Tesis Magister]. Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta.
Estu, R., Berlian, VA. N. 2007. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta. Faulkner, I. J., P. H. Rubery. 1992. Flavonoids And Flavonoid Sulphates As
Probes Of Auxin Transport Regulation In Cucurbita Pepo Hypocotyl Segments And Vesicles. J Food Sci. Vol 186 (4), 618–625.
Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Beberapa Padi Ladang (Oryza sativa L.). [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Galdon, B. R., R. E. M. Rodriguez., D. C. Romero. 2008. Flavonoids in onion cultivars (Allium cepa L.). J Food Sci. 73(8) : C599-605.
Grotewold, E. 2006. The Science of Flavonoids. The Ohio State University Columbus, Ohio. USA. Hal: 2.
Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali. Jakarta.
Istyantini, M.T.E. 1996. Pengaruh Konsentrasi dan Macam Zat Pengatur Tumbuh Alami Terhadap Perakaran Stek Pucuk Berbagai Varietas Krisan
(Chrysanthenum sp). [Skripsi]. Universitas Jember. Jember. Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Cv. Jasaguna. Bogor. Lancaster, J.E., M. J, Boland. 1990. Flavor Biochemistry dalam Brewster, J.L.
Onions and Aliied Crops. CRC Press.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2010. Hasil Identifikasi Bawang Merah. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Ludlow, M.M . 1993. Physiological Mechanism of Drought Resistance. T. J. Mabry, H. T., Nguyen, R. A., Dixon, M. S., Bonnes (Eds). Biotechnology for Aridland Plants. IC2 Institute: Austin.
Makarim, A.K., E. Suhartatik. 2007. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Makarim, A.K., E. Suhartatik., A. Kartohardjono. 2007. Silikon: Hara Penting Pada Sistem Produksi Padi. Iptek Tanaman Pangan. 2 (2): 195-204 hlm.
Marfirani, M., S. Y. Rahayu., E. Ratnasari. 2014. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Filtrat Umbi Bawang Merah dan Rootone-F terhadap
Pertumbuhan Stek Melati “Rato Ebu”. Jurnal Lentera Bio. Vol 3 (1) : 73 76
(5)
Markham, K.R.. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. [Editor] Padmawinata, K. ITB. Bandung.
Miazek, Mgr inz. K. 2002. Chlorophyll Extraction From Harvested Plant Material. Supervisor: Prof. Dr. hab inz Stanislaw Ledakowics.
Natural Resources and Conservation Service, USDA. 2016. Taxonomi Klasifikasi Tanaman Bawang Merah. Diperoleh dari
plants.usda.gov/core/profile?symbol =ALCE.
Diakses pada tanggal 26 September 2016 pukul 19.25 wib.
Natural Resources and Conservation Service, USDA. 2016. Taxonomi Klasifikasi Tanaman Bawang Merah. Diperoleh dari
plants.usda.gov/core/profile?symbol =ORSA.
Diakses pada tanggal 26 September 2016 pukul 19.20 wib. Pike, L.M. 1986. Onion Breeding. In M. J. Basset : “Breeding Vegetable
Crops”. AVI PUBL., Inc. Westtport, Connecticut.
Pratiwi, W. E. 2016. Pengaruh Pemberian Boron Terhadap Pertumbuhan Tiga Varietas Tanaman Padi (Oryza Sativa L.). [Skripsi]. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Salisbury, F. B., C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Press. Bandung.
Sciencepics. 2015. Tanaman Allium cepa. Diperoleh dari
m.shutterstock.com/images/235315795. Diakses pada tanggal 30 September 2016 pukul 20.45 wib.
Siregar, A. P., E. Zuhry., Sampoerno.2015. Pertumbuhan Bibit Gaharu (Aquilaria malaccencis) Dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Asal Bawang Merah. Jurnal Jom Faperta. Vol 2 (1).
Soebagio, B., T. Rusdiana., Khairudin. 2007. Pembuatan Gel dengan Aqupec HV 505 dari Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium cepa, L.) sebagai
Antioksidan. Fakultas Farmasi. Universitas Padjadjaran. Bandung. Suhartatik. 2008. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Diperoleh dari
http://www.google.com/url.litbang.deptan.go.id%spesial%padi2009. Diakses pada tanggal 24 September 2016 pukul 19.45 wib.
Sumartono, B. S., Hardjono. 1980. Bercocok Tanam Padi. CV. Yasaguna. Jakarta. 56 p.
Sumanaratne, J. P., W.M.U. Palipane., L. G. S. Kumary. 2004. Feasibility of Small Onion (Alliun cepa L. Aggregatum Group) Cultivation from True Seeds. Annals of the Sri Lanka.
(6)
Suparyono., A. Setyono. 1996. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 29, 32, dan 40.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih edisi revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Malang.
Vergara, B. S. 1980. Rice Plant Growth and Development. In B.S Luh (Ed) Rice: Production and Utilization. AVI Publishing Company, Wesport,
Connection. P. 77-86.
Wibowo, S. 2001. Budidaya Bawang ( Bawang Putih, Merah dan Bombay). Penebar Swadaya. Jakarta.
Widyastuti, N., D. Tjokrokusumo. 2007. Peranan Beberapa Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) Tanaman Pada Kulturin Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Jakarta. Vol 3 (5): 55-63.
Yamasaki, S., L. R. Dillenburg. 1999. Measurement Of Leaf Relative Water Content. In Araucaria Angustifolia. Revista Brasileira de Fisiologia. Vegetal. 11 (2), 69-75.
Yuliana, N., D. Ermavitalini., D. Agisimanto. 2013. Efektifitas Metapolin (Mt) dan NAA Terhadap Pertumbuhan In Vitro Strawberi (Fragaria ananassa Var. Dorit) Pada Media MS Cair dan Ketahanannya di Media
Aklimatisasi. Jurnal Sains dan seni pomits. Vol 2.