tangkai bunga terdapat umbel rangkaian bunga yang terdiri atas seludang dan bunga tunggal Pike, 1986. Bunga bawang merah
berwarna agak hijau bergaris keputih-putihan atau putih yang terdiri dari 5-6 benang sari dan sebuah putik. Bakal buah duduk di atas
membentuk bangunan segitiga hingga tampak jelas seperti kubah. Bakal buah terbentuk dari 3 daun buah karpel yang membentuk 3
buah ruang dengan setiap ruang mengandung 2 bakal biji. Biji bawang merah yang masih muda berwarna putih. Setelah tua, biji akan
berwarna hitam Estu dkk., 2007. Gambar tanaman bawang merah dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Bagian-bagian tanaman bawang merah Sumber: Sciencepics, 2015
3. Senyawa Kimia
Bawang merah memiliki karakteristik senyawa kimia khusus yang dapat merangsang keluarnya air mata jika bawang merah tersebut
disayat pada bagian kulitnya. Zat kimia yang dapat merangsang keluarnya air mata ini disebut lakrimator. Selain itu karakteristik
senyawa kimia lain dari bawang merah adalah dapat mengeluarkan bau khas yang disebabkan oleh komponen volatile minyak atsiri.
Minyak atsiri dihasilkan oleh proses biokimia flavor, dimana flavor memiliki prekursor atau bahan dasar yang bereaksi dengan enzim
spesifik dari bawang merah yang kemudian menghasilkan berbagai jenis zat kimia seperti lakrimator, minyak atsiri, asam piruvat, dan
amonia Lancaster dan Boland, 1990.
Bawang merah mengandung senyawa –senyawa yang dipercaya
berkhasiat sebagai antiinflamasi dan antioksidan seperti kuersetin yang bertindak sebagai agen untuk mencegah sel kanker. Selain
memiliki aktivitas sebagai antioksidan, quersetin juga dapat beraksi sebagai antikanker pada regulasi siklus sel, berinteraksi dengan
reseptor estrogen ER tipe II dan menghambat enzim tirosin kinase. Kandungan lain dari bawang merah diantaranya protein, mineral,
sulfur, antosianin, kaemferol, karbohidrat dan serat LIPI, 2010. Menurut
Soebagio dkk 2007 Ekstrak umbi bawang merah Allium
cepa L. mengandung senyawa flavonoid selain senyawa alkaloid,
polifenol, seskuiterpenoid, monoterpenoid, steroid dan triterpenoid
serta kuinon. Hal ini dibuktikan dari hasil skrining fitokimia.
Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder, kemungkinan keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses
fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid Markham, 1988.
Berdasarkan derajat oksidasi dan 18