INTENSI KNOWLEDGE SHARING LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

A. INTENSI KNOWLEDGE SHARING

1. Definisi Intensi

Intensi, menurut Ajzen dan Fishbein 1980 adalah komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Sedangkan Bandura 1986 menyatakan bahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan. Intensi dalam penelitian ini untuk mengetahui derajat tingkatnya dengan mengukur prediksi atau perilaku yang akan dilakukan oleh subjek penelitian. Intensi berperilaku yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan perilaku tertentu merupakan determinan awal dari perilaku sebenarnya. Dengan demikian maka asumsinya adalah bahwa perilaku seseorang dapat diprediksi dari intensinya. Berdasarkan teori tindakan beralasan oleh Ajzen dalam Azwar, 1998 menyatakan bahwa intensi merupakan fungsi dari determinan dasar yaitu sikap individu terhadap perilaku merupakan aspek personal dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang bersangkutan yang disebut dengan norma subjektif. Secara sederhana, teori ini menyatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Universitas Sumatera Utara Teori perilaku terencana oleh Ajzen dalam Azwar, 1998 menambahkan lagi determinan intensi yaitu aspek persepsi kontrol perilaku perceived behavior control. Dalam teori ini keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku. Ketiga komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi interaksi yang pada gilirannya akan menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak. Gambar 1. Teori Perilaku Terencana Ajzen dalam Azwar, 1998 Menurut Ajzen 2005 intensi merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Intensi merupakan jembatan antara sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku terhadap perilaku sebenarnya. Sebagai aturan umum, semakin keras intensi seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut. Persepsi kontrol perilaku Norma subjektif Sikap terhadap suatu perilaku Keyakinan akan sulit atau tidaknya kontrol perilaku Keyakinan normatif motivasi untuk melakukan Keyakinan akan perilaku evaluasi atau hasil Intensi pada suatu perilaku Universitas Sumatera Utara Menurut Ajzen 2005 faktor-faktor yang mempengaruhi intensi untuk melakukan suatu perilaku terdiri dari sikap, kepribadian, usia, jenis kelamin, pendidikan, emosi, inteligensi, pengalaman, ras dan etnis. Berdasarkan beberapa pengertian intensi dan proses pembentukannya, dapat disimpulkan bahwa intensi merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

2. Definisi Knowledge

Pengetahuan adalah data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten Nonaka dan Teece, 2001. Drucker dalam Tobing, 2007 mendefinisikan knowledge sebagai informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau intuisi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang lebih efektif dari tindakan sebelumnya. Menurut Turban, dkk dalam Munir, 2008 yang mengatakan bahwa knowledge adalah informasi yang telah dianalisis sehingga dapat dimengerti dan digunakan untuk memecahkan masalah serta mengambil keputusan. Sedangkan definisi paling sederhana mengenai knowledge adalah kapasitas untuk melakukan tindakan dengan efektif. Universitas Sumatera Utara Seukuran apapun suatu organisasi, pasti memiliki aset knowledge. Jika ditinjau lebih lanjut, terdapat dua tipe knowledge menurut Nonaka, dkk dalam Munir, 2008 sebagai berikut: 1. Tacit knowledge adalah knowledge yang sebagian besar berada dalam organisasi. Tacit knowledge adalah sesuatu yang kita ketahui dan alami, namun sulit untuk diungkapkan secara jelas dan lengkap. Tacit knowledge sangat sulit untuk dipindahkan kepada orang lain, karena knowledge tersebut tersimpan pada masing-masing pikiran otak para individu dalam organisasi sesuai dengan kompetensinya. 2. Explicit knowledge adalah pengetahuan dan pengalaman tentang ‘bagaimana untuk’, yang diuraikan secara lugas dan sistematis. Contoh konkretnya, yakni sebuah buku petunjuk pengoperasian sebuah mesin atau penjelasan yang diberikan oleh seorang instruktur dalam sebuah program pelatihan. Dengan demikian, organisasi perlu terampil dalam mengalihkan tacit knowledge ke explicit knowledge dan kembali ke tacit yang dapat mendorong inovasi dan pengembangan produk baru. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan knowledge adalah informasi yang telah dianalisis yang dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak, memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu. Universitas Sumatera Utara

3. Definisi Knowledge Sharing

Menurut Van den Hoof dan De Ridder 2004, knowledge sharing adalah proses timbal balik dimana individu saling bertukar pengetahuan tacit dan explicit knowledge dan secara bersama-sama menciptakan pengetahuan solusi baru. Salah satu tujuan definisi ini terdiri dari memberikan dan mengumpulkan knowledge, dimana memberikan knowledge dengan cara mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain apa yang dimiliki dari personal intellectual capital seseorang, dan mengumpulkan pengetahuan merujuk pada berkonsultasi dengan rekan kerja dengan membagi informasi atau intellectual capital yang mereka miliki. Menurut Pasaribu 2009, knowledge sharing dapat didefinisikan sebagai kebudayaan interaksi sosial, termasuk pertukaran knowledge antara karyawan, pengalaman, dan skill melalui keseluruhan departemen atau organisasi, hal ini menciptakan dasar umum bahwa kebutuhan untuk kerjasama. Connelly dan Kelloway dalam Baharim, 2008 mendefinisikan knowledge sharing sebagai perilaku yang melibatkan pertukaran informasi atau membantu rekan kerja yang lain. Knowledge sharing terdiri dari pemahaman yang disebarkan yang berhubungan dengan mengadakan akses pekerja dengan informasi yang relevan dan membangun dan menggunakan jaringan knowledge melalui organisasi Hogel, dkk, 2003. Sejumlah studi telah mendemonstrasikan bahwa knowledge sharing sangat penting karena hal ini memungkinkan organisasi untuk meningkatkan performa inovasi dan mengurangi usaha pembelajaran yang berlebihan Calantone, dkk, 2002. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa knowledge sharing adalah proses dimana para individu secara timbal balik saling bertukar pengetahuan atau informasi melalui interaksi sosial berdasarkan pengalaman dan skill yang mereka miliki untuk membagi dan menerima pengetahuan dalam keseluruhan organisasi untuk menciptakan pengetahuan baru.

4. Definisi Intensi Knowledge Sharing

Penelitian ini lebih bersifat meramalkan forecasting ke depan, yaitu dengan mengukur intensi karyawan untuk berbagi pengetahuan knowledge sharing. Berdasarkan pemahaman tentang makna intensi melalui perspektif Theory of Planned Behavior dan makna dari berbagi pengetahuan knowledge sharing dari literatur yang ada maka dapat dirumuskan definisi dari intensi berbagi pengetahuan itu sendiri. Sementara beberapa penelitian menggunakan istilah intensi berbagi pengetahuan sebagai kemauan willingness atau keinginan untuk berbagi pengetahuan Bock dan Kim, 2002 atau sekedar kemauan pekerja dalam menyumbangkan pengetahuan dengan rekan-rekan sekerjanya Baharim, 2008 maka penelitan ini mendefinisikan intensi berbagi pengetahuan berdasarkan konstrak Theory of Planned Behavior tentang intensi dan aspek-aspek knowledge sharing dari Van den Hooff De Ridder sehingga mempunyai pemahaman yang berarti dan mampu mempunyai penilaian yang jelas dalam pengukurannya. Intensi berbagi pengetahuan diartikan sebagai kesediaan atau kemauan individu untuk berbagi pengetahuan baik tacit maupun explisit dalam bentuk Universitas Sumatera Utara memberi donating pengetahuan maupun meminta collecting pengetahuan kepada orang lain. Aspek yang ditekankan dalam penelitian ini adalah aspek perilaku dari knowledge sharing. Dengan demikian, variabel intensi knowledge sharing ini diukur melalui skala intensi sebagaimana terkonsep dalam konstrak teori perilaku terencana Ajzen 2005 dengan mengacu pada aspek knowledge donating dan knowledge collecting dari perilaku berbagi pengetahuan knowledge sharing. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi knowledge sharing adalah kesediaan atau kemauan individu untuk mau berbagi pengetahuan baik pengetahuan tacit maupun explisit dalam bentuk memberi donating pengetahuan maupun meminta collecting pengetahuan kepada orang lain.

5. Aspek-Aspek Intensi Knowledge Sharing

Aspek-aspek intensi knowledge sharing dibagi menjadi lima menurut Ajzen 2005 dan Van den Hoof dan De Ridder 2004, yaitu sebagai berikut. Aspek-aspek intensi menurut teori perilaku terencana Ajzen 2005: 1. Sikap terhadap perilaku. Sikap adalah suatu keyakinan perilaku positif atau negatif individu untuk menunjukkan perilaku yang spesifik. Dalam konstrak teori perilaku terencana, sikap merupakan produk dari outcome evaluation dan behavioral beliefs. Outcome evaluation adalah evaluasi penilaian individu terhadap kriteria keuntungan atau kerugian yang didapatkan dari suatu perilaku. Sedangkan behavioral beliefs merupakan keyakinan individu terhadap hasil atau konsekuensi yang didapatkan ketika ia mewujudkan Universitas Sumatera Utara perilaku tersebut didasarkan pada kriteria yang telah dinilai dievaluasinya dalam outcome evaluation. 2. Norma subjektif adalah dorongan sosial yang menentukan seseorang melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Dalam konstrak teori perilaku terencana, Ajzen 2005 menyebutkan norma subjektif merupakan fungsi dari motivation to comply dan normatif beliefs. Motivation to comply adalah pandangan individu terhadap faktor-faktor lingkungan yang mampu memberi referensi untuk mewujudkan sebuah perilaku. Dalam mekanismenya, normative beliefs adalah orang-orang yang memiliki pengaruh terhadap subjek dalam konteks perilaku yang dihadapinya. Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif yang diharapkan oleh orang lain. Kemudian motivation to comply adalah sejauh mana kekuatan referensi tersebut mampu mempengaruhi subjek untuk mewujudkan perilakunya. 3. Perceived behavioral control ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Dalam konstrak teori perilaku terencana, kontrol perilaku yang dipersepsikan merupakan hasil fungsi dari control beliefs dan power of control beliefs. Control beliefs adalah kepercayaan individu terhadap faktor-faktor yang mampu memberi hambatan atau mempermudah dirinya dalam mewujudkan sebuah perilaku. Sedangkan power of control beliefs adalah derajat seberapa besar faktor-faktor kontrol Universitas Sumatera Utara tersebut mempengaruhi keputusan seseorang untuk mewujudkan perilaku atau tidak. Aspek-aspek knowledge sharing menurut Van den Hoof De Ridder 2004: 1. Memberikan pengetahuan knowledge donating adalah menyalurkan menyebarkan pengetahuan atau modal inteletual kepada orang lain yang melibatkan komunikasi antar individu. 2. Mengumpulkan pengetahuan knowledge collecting adalah mencari mengumpulkan pengetahuan atau modal intelektual dengan jalan berkonsultasi dengan orang lain.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Knowledge Sharing

Sejak knowledge sharing penting bagi organisasi, banyak peneliti telah menyelidiki faktor-faktor yang menentukan jumlah dan kualitas knowledge sharing dalam organisasi. Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi intensi knowledge sharing menurut Szulanski 1996. Faktor internal: 1. pengetahuan yang tidak terwujud tacit knowledge; 2. karakteristik pengirim seperti beban kerja seseorang dan kompetensi yang dimilikinya, seperti keahlian, pendidikan, dan pengalamannya; 3. karakteristik penerima seperti kapasitas absortive atau intelektual seseorang, yaitu kapasitias penerima informasi untuk menerima informasi yang disampaikan; Universitas Sumatera Utara 4. karakteristik hubungan interpersonal pemberi dan penerima informasi, seperti level trust dan kerjasama antar rekan kerja, dan 5. kepribadian seseorang. Faktor eksternal: 1. karakteristik konteks organisasi seperti komunikasi infrastruktur, budaya organisasi, insentif, iklim organisasi, dan gaya kepemimpinan. Menurut Pasaribu 2009, faktor-faktor yang mempengaruhi intensi knowledge sharing adalah: Faktor internal: 1. Karakteristik knowledge yang ditransfer yang mengandung dua komponen, yaitu tacit knowledge dan pengetahuan terwujud explicit knowledge. 2. Kolaborasi dalam proses transfer dengan dua komponen, trust dan kerja sama internal. Menurut Covey dalam Pasaribu, 2009 dengan kata lain, trust tersebut merupakan perekat perusahaan dan hubungan antarkaryawan. Maksudnya adalah setiap pihak percaya bahwa orang lain mampu dan berketerampilan dasar untuk menjalankan tugasnya, kemauan untuk melakukan hal yang baik atau bersikap positif bagi orang lain, dan berkeyakinan bahwa orang lain itu dimotivasi oleh prinsip keadilan terhadap sesama. Universitas Sumatera Utara Faktor eksternal: 1. Adaptasi dalam knowledge sharing terdiri dari dua komponen, replikasi dan rutinitas. Replikasi dari knowledge sharing merupakan strategi perusahaan bagi pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan dan knowledge sharing dapat juga digambarkan sebagai satu proses rutin melalui tingkat mana pada suatu organisasi, apakah pada individu, grup, departemen, dan seterusnya. Pada penelitian ini ingin melihat faktor internal yang mempengaruhi knowledge sharing, yaitu karakteristik hubungan antara pemberi dan penerima informasi interpersonal, seperti level trust.

B. TRUST