8.
9. Kemampuan Memasuki Pasar Modal. Perusahaan yang sehat dan posisi likuiditas,
rentabilitas, serta solvabilitasnya baik, akan mampu mencari dana untuk tujuan ekspansi melalui pasar modal sehingga akan semakin besar dividen yang dibayarkan.
Perilaku Kelompok Pengendali Perusahaan. Kekuawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok dominan dalam mengendalikan perusahaan, cenderung mendorong perusahaan
untuk memperbesar laba yang ditahan. Laba ditahan tersebut digunakan untuk keperluan ekspansinya, yang berarti akan memperkecil pembayaran dividen.
10. Posisi Pemegang Saham sebagai Wajib Pajak. Pada umumnya, mereka yang memegang sebagian besar saham tergolong kelompok berpendapatan tinggi dan pembayar pajak yang
tinggi. Karena kendali perusahaan dipegang oleh kelompok ini, maka perusahaan cenderung untuk membayar dividen yang rendah dengan tujuan untuk menghindarkan
kelompok tersebut dari pajak penghasilan tinggi. 11. Pajak atas Keuntungan yang Salah Diakumulasikan. Untuk mencegah perusahaan
menahan keuntungan hanya untuk menghindari tarif pajak pribadi yang tinggi, dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan terhadap keuntungan yang diakumulasikan
secara tidak benar. 12. Tingkat Inflasi. Kecenderungan kenaikan harga tennasuk harga aktiva tetap menyebabkan
akumulasi penyusutan tidak lagi mencukupi untuk mengganti aktiva tetap yang aus karena proses produksi. Karena itu, perusahaan akan
memperbesar porsi laba ditahan yang berarti
porsi untuk dividen berkurang.
2.5 Kebijakan Dividen Dalam Praktik
Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini disebabkan oleh asumsi bahwa investor
Universitas Sumatera Utara
melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan lebih senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan dividen, dan investor cenderung lebih menyukai dividen
yang tidak berfluktuasi dividen yang stabil. Menjaga kestabilan dividen, tidak berarti
menjaga dividend payout ratio tetap stabil, karena jumlah nominal dividen juga tergantung pada penghasilan bersih perusahaan. Jika laba bersih perusahaan berfluktuasi dari waktu ke waktu,
maka pembayaran dividen juga akan berfluktuasi. Pada umumnya perusahaan akan menaikan dividen hingga suatu tingkat dimana mereka yakin dapat mempertahankannya dimasa yang akan
datang. Artinya dalam kondisi yang terburuk sekalipun, perusahaan masih tetap mempertahankan dividennya.
Selain cara tersebut di atas, dalam praktiknya ada juga perusahaan menggunakan model residual dividend dalam kebijakan pembagian dividennya. Dalam model ini, kebijakan
pembagian dividen ditentukan dengan 4 empat pertimbangan, Atmaja, 1999: 290 yaitu: 1. Mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan.
2. Mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi.
3. Memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri tersebut semaksimal mungkin.
4. Membayar dividen hanya jika ada sisa laba. Model residual dividend ini berkembang karena perusahaan lebih senang menggunakan
laba ditahan daripada menerbitkan saham baru untuk memenuhi kebutuhan modal sendiri. Hal ini disebabkan karena menerbitkan saham baru menimbulkan biaya emisi saham, dan investor
beranggapan bahwa perusahaan yang menerbitkan saham baru dianggap perusahaan yang kesulitan keuangan, sehingga menyebabkan penurunan harga saham.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Tinjauan Penelitian Sebelumnya