Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Salah satu jenis bisnis yang menjalankan usahanya dengan prinsip- prinsip dasar ekonomi Islam adalah bank syariah. Pelaksanaan CSR pada
perbankan syariah bukanlah sekedar memenuhi kewajiban yang diamanahkan undang-undang saja, program CSR tidak hanya menjadi keinginan untuk
mendapatkan legitimasi dalam beroperasi disuatu kawasan, ataupun menjadi topeng untuk mengejar keuntungan secara maksimal.
8
Secara umum fungsi bank syariah yaitu: 1 Manajer investasi; 2 Investor; 3 Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran; dan 4
pengemban fungsi sosial. Tiga fungsi pertama merupakan fungsi bisnis, sedangkan fungsi ke empat adalah fungsi sosial bank syariah.
9
Oleh karena itu dalam mengevaluasi kinerja bank syariah harus dilakukan secara
komprehensif, yakni kinerja bisnis dan kinerja sosialnya. Pelaksanaan fungsi sosial bank syariah dipertegas dalam Undang-
Undang nomor 21 tahun 2008 mengenai perbankan syariah, pada bab II pasal 4 ayat 2, dinyatakan bahwa:
“Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,
infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat”.
Bank syariah di Indonesia menunjukan perkembangan yang cukup pesat. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah sampai dengan saat ini,
Bank Umum Syariah BUS berjumlah 12, Unit Usaha Syariah UUS berjumlah 22, dan Bank Pembiayaan Syariah BPRS berjumlah 162. Volume
8
Muhammad Yasir Yusuf, “Model Pelaksanaan CSR Bank Syariah: Kajian Empiris Pembiayaan Mikro Baitul Mal Aceh”, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba, Vol IV, No.2, Desember 2010, h.199.
9
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, Jakarta: Salemba Empat, 2005, h.195-196.
1,42 1,48
1,67 1,79
2,14 2,00
0,85 1,13
2008 2009
2010 2011
2012 2013
2014 2015
usaha perbankan syariah dalam waktu satu tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, perkembangan dari tahun ke tahun dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Total Asset, Pembiayaan, DPK BUS dan UUS dalam Triliun Rupiah
Keterangan 2008
2009 2010
2011 2012
2013 2014
2015
Asset 49,56 66,10 97,52 145,47 195,02 242,28 272,34 269,47
Pembiayaan 38,20 46,89 68,18 102,66 147,50 184,12 199,33 201,53
DPK 36,85 52,27 76,04 115,41 147,51 183,53 217,86 218,98
Sampai bulan April 2015 Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015
Kinerja keuangan pun mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kinerja keuangan dapat dilihat melalui rasio Return on Asset
ROA. ROA BUS dan UUS terus mengalami peningkatan hingga tahun 2012, namun pada tahun 2013 ROA BUS dan UUS menurun, hal ini
disebabkan seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi
10
. Sampai dengan bulan Maret 2015 ROA meningkat kembali menjadi 1,13.
Gambar 1.1 Rasio ROA BUS dan UUS
Sampai bulan Maret 2015 Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015
10
Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Perkembangan Keuangan Syariah, 2013
Dengan perkembangannya yang terus meningkat disertai persaingan yang cukup ketat, mengharuskan bank syariah terus memperbaiki kinerjanya.
Tantangan utama bagi bank syariah saat ini adalah mewujudkan kepercayaan dari para stakeholders, karena kepercayaan stakeholders akan memberikan
dampak positif bagi perkembangan bank itu sendiri. Ekpektasi stakeholders terhadap bank syariah tentunya berbeda dengan bank konvensional. Hal ini
karena bank syariah dikembangkan sebagai lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha dengan prinsip syariah, yaitu tidak hanya
bertujuan komersil yang tergambar pada pencapaian keuntungan maksimal semata, tetapi juga mempertimbangkan perannya dalam memberikan
kesejahteraan secara luas bagi masyarakat.
11
Salah satu upaya bank syariah untuk meningkatkan kepercayaan stakeholders-nya adalah dengan menginformasikan aspek sosialnya melalui
laporan pertanggungjawaban sosial, karena stakeholder perbankan syariah sebagai bagian dari masyarakat memiliki hak informasi tentang seluruh
kegiatan operasional perbankan, termasuk aspek sosial.
12
Namun, menurut Maali 2006 beberapa perbankan syariah di dunia terdapat kebebasan dalam menyajikan informasi sosial dalam laporan tahunan
karena para regulator tidak mengatur dan mewajibkan secara tegas agar masing-masing perbankan syariah menyediakan informasi tanggung jawab
11
Azis Budi Setiawan,“Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia”, Seminar Ilmiah Kerjasama Magister Bisnis Keuangan Iskam Univ. Paramadina, Ikatan Ahli Ekonomi Islam
IAEI dan Masyarakat Ekonomi Syariah MES, Juli 2009, h.1.
12
Rifqi Muhammad, “Persepsi user dan Preparer Laporan Keuangan terhadap Pelaporan Sosial Perbankan Islam di Malaysia”.t.t, t.p, t.th, h.2.
sosial, sehingga terdapat tingkat variasi yang tinggi dalam pelaporan sosial antara satu bank syariah dengan lainnya.
13
Sejauh ini pegungkapan CSR pada perbankan syariah mengacu pada Global Reporting Initiative Index Indeks GRI. Jika melihat prinsip atau
pedoman GRI yang bersifat konvensional, maka kurang tepat bila digunakan sebagai tolok ukur pengungkapan CSR pada perbankan syariah.
14
Pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan pada sistem konvensional hanya berfokus pada aspek material dan moral. Untuk itu, perlu adanya
kerangka khusus untuk pelaporan pertanggungjawaban sosial yang sesuai dengan prinsip syariah, dengan menjadikan aspek spiritual sebagai fokus
utama dalam pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan karena para pembuat keputusan muslim memiliki ekspektasi agar perusahaan
mengungkapkan informasi secara sukarela guna membantu dalam pemenuhan kebutuhan spiritual mereka. Kerangka tersebut tidak hanya berguna bagi para
pembuat keputusan muslim, tetapi juga berguna membantu perusahaan Islam dalam pemenuhan kewajiban terhadap Allah SWT dan masyarakat. Kerangka
ini dikenal dengan sebutan Islamic Social Reporting ISR.
15
Indeks ISR berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan oleh AAOIFI Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions, yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti
13
Bassam Maali dkk. , “Social Reporting by Islamic Banks”, Abacus Vol.42 No.2 2006, h.281
14
Haris Fifa Putra, “Analisis Pelaksanaan dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR Pada Perbankan Syariah di Indonesia Berdasarkan Indeks Islamic Social Reporting
ISR”, Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, t.th, h.3.
15
Ros Haniffa, “Social Reporting Disclosure : An Islamic Perspective”, Indonesian Management Accounting Research, Vol 1, No.2, July 2002, pp.128-146, h. 141-142.
mengenai item-item CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam.
16
Fitria 2010 menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa bank syariah di Indonesia masih terbatas atau hanya dapat
memenuhi 50 dari skor maksimal jika semua item diungkapkan secara sempurna pada ISR indeks.
17
Fauziah 2013 menyatakan bahwa tingkat kinerja sosial yang diukur dengan ISR pada perbankan syariah di Malaysia
lebih tinggi dibandingkan perbankan syariah di Indonesia.
18
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan ISR telah dilakukan oleh beberapa peneliti dan memperoleh hasil yang
beragam. Faktor yang diduga mempengaruhi pengungkapan ISR yaitu ukuran bank. Othman 2009 menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif signifikan terhadap pengungkapan ISR, begitu juga dengan penelitian Lucyanda 2012, Putri 2014 dan Febriany 2014 yang menyatakan ukuran
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Namun, penelitian Widayuni 2014 menyatakan bahwa ukuran bank tidak
mempengaruhi pengungkapan ISR. Penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa tingkat
pengungkapan perusahaan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya profitabilitas. Othman 2009, Rizkianingsih 2012, Lucyanda
2012, dan Widayuni 2014 menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh
16
Soraya Fitria dan Dwi Hartanti, “Islam dan Tanggung Jawab Sosial”, h.4.
17
Ibid, h.15.
18
Khusnul Fauziah dan Prabowo Yudho J, “Analisis Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan Islamic Social Reporting Index”, h. 46.
positif signifikan terhadap pengungkapan ISR. Namun, Febriany 2014 menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap
pengungkapan ISR. Sementara Kurniawansyah 2013, Putri 2014, dan Iswandika 2014 menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh.
Faktor yang diduga mempengaruhi pengungkapan ISR lainnya yaitu likuiditas. Putri 2014 dan Kurniawansyah 2014 menyatakan bahwa
likuiditas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan ISR, sementara Iswandika 2014 menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh.
Faktor lain yang mempengaruhi pengungkapan ISR yaitu leverage. Rizkianingsih 2012 dan Widayuni 2014 menyatakan bahwa leverage
berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan ISR. Sedangkan Lucyanda 2012dan Iswandika 2014 menyatakan bahwa leverage tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengembangkan
penelitian sebelumnya dengan menggunakan ISR sebagai indeks
pengungkapan tanggung jawab sosial pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Oleh karena itu penulis mengambil judul
“PENGARUH UKURAN BANK, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN
LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN
ISLAMIC SOCIAL REPORTING Studi Empiris pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-
2014”.