24
f. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga,
pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.
g. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.
Untuk mengetahui besarnya NPF suatu bank, BI menginstruksikan perhitungan NPF dalam laporan keuangan perbankan nasional sesuai surat edaran No.
623DPNP tanggal 31 Mei 2004, tentang perhitungan Rasio Keuangan Bank yang dirumuskan sebagai berikut:
Non Performing Financing NPF =
Rasio tersebut ditujukan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas
pembiayaan bank syari‟ah semakin buruk. Nilai rasio ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF bank syari‟ah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
seperti yang tertera dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Kriteria Kesehatan
Non Performing Financing NPF Bank Syariah No.
Nilai NPF Predikat
25
1 NPF = 2
Sehat 2
2 NPF 5
Sehat 3
5 NPF 8
Cukup sehat 4
8 NPF 12
Kurang Sehat 5
NPF 12
Tidak Sehat Sumber: SE BI No 924Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007
2. Hubungan Non Performance Financing NPF Dengan Pembiayaan
Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari resiko pembiayaan bermasalah Non Performance Financing. Semakin tinggi Non Performance
Financing maka semakin tinggi pula resiko yang dihadapi bank tersebut. Rasio Non Performance Financing NPF pada bank yang tinggi dapat mengakibatkan fungsi
intermediasi bank tidak bekerja secara optimal karena mengurangi atau menurunkan perputaran dana bank, sehingga memperkecil kesempatan bank memperoleh
pendapatan. Apabila dana yang tersedia di bank berkurang maka juga berdampak pada pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat yang otomatis akan berkurang.
3. Hubungan Non Performance Financing NPF Dengan Return On Assets
ROA
Rasio yang sering digunakan dalam meneliti kualitas aset hubungannya terhadap profitabilitas bank adalah dengan menggunakan Non Performance
Financing NPF, NPF merupakan tingkat resiko yang dihadapi bank. NPF merupakan jumlah yang bermasalah dan kemungkinan tidak dapat ditagih. Semakin
26
besar nilai NPF maka semakin buruk kinerja bank tersebut yang memperburuk juga profitnya.
16
Dari hal tersebut dapat dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungan dengan tingkat resiko bank yang bermuara pada
profitabilitas bank ROA. Rasio kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu resiko usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya
atau yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur.
17
D. Pembiayaan
1. Pengertian
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam
bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana
dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan
16
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000, h. 137.
17
Malayu Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, h. 217
27
berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.
18
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust , „saya percaya‟ atau
„saya menaruh kepercayaan‟. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan trust, berarti lembaga pembiayaan selaku sahibul malmenaruh kepercayaan kepada
seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang
jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua pihak.
19
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil. Di dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai
dengan hukum Islam.
20
Dengan demikian, dalam praktiknya, adalah: 1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan
mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;
18
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011, h. 105.
19
Rivai dan Veithzal, Islamic Financial Management, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, h. 3.
20
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011, h. 106.