Menurut Lawrence Andrews, oklusi normal memiliki 6 kunci, antara lain: cusp mesiobukal M1 berkontak pada groove antara cusp mesial dan medial bukal M1
bawah, porsi gingiva dari sumbu tiap mahkota gigi lebih ke distal dari porsi oklusi sumbu tersebut, inklinasi mahkota gigi insisivus atas lebih ke labial sedangkan untuk
gigi sisanya lebih ke lingual, tidak ada rotasi, tidak ada jarak, dan dataran oklusal datar. Namun kenyataannya, tidak ada oklusi ideal yang dapat terjadi pada manusia.
Ini hanya merupakan konsep teoritis yang penting diketahui untuk menjadi acuan bagaimana oklusi paling baik itu seharusnya.
17,18
2.4 Maloklusi 2.4.1 Definisi Maloklusi
Maloklusi dapat didefinisikan sebagai deviasi oklusi yang keluar dari kaedah oklusi ideal yang menimbulkan ketidakpuasan baik secara estetik maupun fungsi.
Maloklusi dapat terjadi dalam berbagai bentuk sehingga dibutuhkan klasifikasi yang jelas agar mudah menetukan perawatan serta mengomunikasikannya kepada
pasien.
17-19
2.4.2 Etiologi Maloklusi
Maloklusi disebabkan oleh banyak faktor.Graber membagi faktor tersebut menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor umum.Faktor lokal yang berperan terhadap
terjadinya maloklusi adalah anomali dental.Anomali dental yang terjadi bisa berupa anomali dari segi jumlah, bentuk, dan ukuran gigi. Faktor lokal lainnya yang
berperan adalah labial frenulum yang abnormal, premature loss, persistesi, gigi permanen yang mengalami delayed eruption, eruptive path yang abnormal, ankilosis,
karies, dan restorasi dental yang tidak baik.
17
Faktor umum yang ikut berkontribusi terhadap timbulnya maloklusi antara lain hereditas, kongenital, lingkungan, penyakit metabolik, defisiensi nutrisi, postur
tubuh, trauma, dan kebiasaan buruk seperti menghisap ibu jari, tongue thrusting, menggigit kuku, bruxism, bernapas melalui mulut, dan sebagainya. Ada juga literatur
yang menambahkan etiologi dari faktor fisiologi seperti aktivitas otot, pembentukan
Universitas Sumatera Utara
dan kekuatan jaringan lunak, serta hormon pertumbuhan yang berlebihan dari faktor patologi.
17-19
2.4.3 Klasifikasi Maloklusi
Terdapat banyak klasifikasi maloklusi, mulai dari antar-gigi atau intra-arch, antar lengkung rahang, atau jenis klasifikasi yang ditinjau secara sagital, vertikal,
transversal, atau klasifikasi yang ditetapkan oleh para ahli ortodonti. Namun, pada subbab ini hanya akan dibahas klasifikasi maloklusi paling umum digunakan dalam
dunia ortodonti yaitu Sistem Klasifikasi Angle. Klasifikasi ini didasarkan pada hubungan antara molar pertama permanen atas dan bawah.
a. Klas I Angle Klas ini merupakan jenis oklusi normal jika ditinjau dari hubungan molarnya
saja. Klas I Angle ditandai dengan cusp mesiobukal dari molar pertama permanen atas yang jatuh pada groove molar pertama permanen mandibula. Akan tetapi, Klas
ini memiliki jenis maloklusi dimana terdapat ukuran, bentuk, dan susunan gigi yang tidak beraturan seperti crowding, spacing, rotasi, kehilangan gigi, dan sebagainya.
Pada klasifikasi ini ada yang disebut bimaksilari protrusi yaitu suatu keadaan dimana secara hubungan molar merupakan Klas I, tetapi lengkung rahang baik atas
mapupun bawah memiliki posisi yang agak ke depan jika di lihat dari bidang fasial. b. Klas II Angle
Karakteristik Klas II ini ditandai dengan cusp mesiobukal gigi molar pertama maksila yang jatuh di antara cusp mesiobukal molar pertama permanen bawah dan
aspek distal premolar kedua mandibula. Berdasarkan inklinasi labiolingual gigi insisivus maksila, Klas ini dibagi 2, yaitu:
1. Klas II-Divisi 1: Klas ini memiliki insisivus maksila yang labioversi 2. Klas II-Divisi 2: Klas ini memiliki insisivus maksila yang tampak normal
jika dilihat dari anteroposterior atau terkadang agak linguoversi dimana insisivus lateral maksila agak labioversi danatau mesioversi.
Pada Klas ini juga ada yang disebut Klas II subdivisi, dimana posisi relasi molar yang menyimpang hanya terjadi pada satu bagian rahang, sementara sisanya
memiliki relasi molar pertama permanen yang normal atau merupakan Klas I.
Universitas Sumatera Utara
c. Klas III Angle Klas III Angle ditandai dengan cusp mesiobukal gigi molar pertama
permanen maksila yang oklusinya jatuh pada interdental antara aspek distal gigi molar satu permanen mandibula dan aspek mesial gigi molar kedua permanen
mandibula. Pada Klas ini juga dikenal 2 jenis maloklusi lainnya yakni: 1. Pseudo Klas III Maloklusi: ini bukan maloklusi Klas III yang sebenarnya.
Hal ini disebabkan oleh mandibula tampak lebih maju ke anterior dibandingkan maksila.Hal ini bisa disebabkan salah satunya oleh kontak prematur ketika sentrik
oklusi. 2. Klas III Subdivisi: sama halnya seperti Klas II Subdivisi, pada Klas III
Angle hanya terdapat sebelah rahang yang hubungan molar pertama permanennya menyimpang sedangkan sebelahnya lagi memiliki relasi normal.
17-19
Gambar 2.3 Ilustrasi Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle.
20
Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi pertama yang paling komprehensif sehingga mudah diterima dan paling sering digunakan hingga sekarang.Seiring
bergulirnya waktu,
beberapa ilmuwan
kedokteran gigi
ada yang
memodifikasikannya. Berikut salah satu klasifikasi maloklusi sistem Angle yang dimodifikasi oleh Dewey:
Modifikasi Klas I Angle: Tipe 1: Klas I Angle dengan gigi anterior maksila yang crowded.
Tipe 2: Klas I Angle dengan gigi anterior maksila yang proklinasi. Tipe 3: Klas I Angle dengan gigitan silang anterior.
Tipe 4: Klas I Angle dengan gigitan silang posterior. Tipe 5: Klas I Angle dimana molarnya mengalami mesioversi akibat premature loss
gigi tetangga sebelah mesialnya.
Universitas Sumatera Utara
Modifikasi Klas III Angle: Tipe 1: Jika dilihat secara terpisah, tiap rahang tampak normal. Namun saat
dioklusikan gigi anterior berada pada posisi edge to edge. Tipe 2: Insisivus mandibula tampak crowded dan lebih ke lingual dibandingkan
insisivus maksila. Tipe 3: Mandibula tumbuh normal, akan tetapi pertumbuhan maksila terhambat
sehingga gigi anterior crowded dan mengalami gigitan silang.
17,19
2.4.4 Bentuk Maloklusi