Tabel 2.2 Jumlah Panglima Laot di Kecamatan Tapaktuan, 2006
NO KELURAHAN
JUMLAH PANGLIMA LAOT ORG
1 Gunung Kerambil
1 2
Air Berudang 3
Air Pinang 4
Lhok Rukam 5
Panjupian 1
6 Batu Itam
7 Lhok Keutapang
8 Lhok Bengkuang
9 Pasar Tapaktuan
TOTAL 2
Sumber Data : Dinas Kalautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Selatan, 2006
Di laut ada sebuah institusi lokal bernama Panglima Laot, yakni orang yang memimpin adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di bidang
penangkapan ikan di laut, termasuk mengatur tempatareal penangkapan ikan, dan penyelesaian sengketa. Institusi Panglima Laot merupakan bagian dari produk
hukum yang dikeluarkan kesultanan di Aceh masa lalu. Tentu, Panglima Laot dulu berbeda dengan saat ini, mengingat adanya perubahan sistem politik maupun
modernisasi perikanan Satria, 2005.
2.3 Kilas Balik Panglima Laot Pra Kemerdekaan
Panglima Laot adalah lembaga pemimpin adat nelayanpesisir, yang telah ada sejak zaman kerajaan samudera pasai abad XIV. Pada masa itu, Panglima
Laot adalah perpanjangan tangan sultan dalam rangka memungut cukai dari kapal- kapal dagang di pelabuhan, serta memobilisasi rakyat dalam peperangan. Namun,
seiring dengan perubahan zaman peran ini terus mengalami pergeseran. Pergeseran peran ini terutama terjadi pada zaman kolonial Belanda, seperti yang
dijelaskan oleh Snouck Hurgronje dalam bukunya Aceh di Mata Kolonial bahwa Panglima Laot tidak lagi merupakan perpanjangan tangan sultan, tetapi
Universitas Sumatera Utara
lebih merupakan pemimpin adat kaum nelayan. Panglima Laot mengatur segala kegiatan nelayan dan kehidupan sosial yang terkait di sebuah wilayah. Saat ini di
seluruh NAD tercatat ada 147 lhok, masing-masing lhok dipimpin oleh Panglima Laot Lhok. Seiring dengan kebutuhan dan makin luasnya jangkauan wilayah, para
panglima kemudian membentuk organisasi di tingkat kecamatan, kabupaten dan propinsi Lembaga Hukum Adat Laot, 2006.
Secara politik, dahulu Panglima Laot adalah kuasa raja, namun kini mereka menjadi representasi masyarakat sipil yang independen, karena mereka
dipilih di kalangan nakhoda dan pemuka masyarakat. Pada masa itu, Panglima Laot berfungsi untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya di tingkat desa, kini
cakupannya lebih luas, seiring dengan perubahan karakteristik perikanan dari subsisten tanpa motor ke komersial kapal motor Satria, 2005.
2.4 Panglima Laot pada Masa Reformasi
Pembangunan yang dilakukan pada masa orde baru yang mengabaikan hak ulayat masyarakat adat setempat, telah menimbulkan bencana terhadap
kelestarian sumber daya perairan di Indonesia. Sehingga sering menimbulkan konflik antarnelayan. Hal ini tidak hanya terjadi pada Lembaga Adat Laot yang
berhubungan dengan nelayan, tetapi juga pada pengelolaan sumber daya alam lainnya. Pada akhirnya, pemerintah dan pemerhati masalah sosial mengakui
bahwa adat istiadat yang selama ini dijaga oleh masyarakat, ternyata lebih handal dalam menjaga kelestarian sumber daya alam serta menjaga konflik
antarmasyarakat Dzumairi, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Kelembagaan pengelolaan bersama secara adaptif merupakan suatu badan organisasi pengelolaan yang sangat penting. Tanpa adanya kelembagaan tersebut,
upaya untuk melestarikan sumber daya ikan dan usaha penangkapan ikan di perairan yang bersangkutan mustahil akan berhasil dengan baik. Penegakan
hukum akan jauh lebih mudah dilaksanakan apabila pengelolaan sumber daya perikanan tersebut di lakukan bersama-sama dengan nelayan, masyarakat
setempat, serta pelaku perikanan lainnya Hardjamulia, 2001 . Pada masyarakat nelayanpesisir, pola adaptasinya berbeda dengan
masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan atau daratan. Bagi masyarakat yang bekerja di tengah-tengah lautan, lingkungan fisik laut sangatlah mengandung
banyak bahaya dan sarat dengan resiko. Karena pekerjaan nelayan adalah memburu ikan, maka hasilnya tidak dapat ditentukan kepastiannya, semuanya
hampir serba spekulatif. Masalah resiko dan ketidakpastian terjadi karena laut adalah wilayah yang dianggap bebas untuk di eksploitasi Acheson, 1981.
2.5 Landasan Teori