e Prinsip tanggung jawab berdasarkan pembatasan tanggung jawab limitation
liability Prinsip ini sangat disukai oleh pelaku usaha untuk dicantumkan
sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standart yang dibuatnya. Dalam prinsip ini dianut system pembuktian terbalik, maka setiap terjadi sengketa
perdata antara konsumen dengan pelaku usaha, atau apabila terjadi pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan pelaku usaha, maka pelaku usaha
dianggap bertanggungjawab sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah.
Pada dasarnya dalam hukum perdata bentuk sanksi hukumnya dapat berupa kewajiban untuk memenuhi prestasi kewajiban serta hilangnya suatu keadaan
hukum, yang di ikuti dengan terciptanya suatu keadaan hukum baru. Pertanggung jawaban hukum dibidang perdata merupakan pertanggung jawaban hukum yang
didasari oleh adanya hubungan keperdataan antar subyek hukum.
1.3 Subyek Hukum Perdata
Dalam hukum perdata subyek hukum dibedakan menjadi dua yakni manusia persoon dan badan hukum rechtspersoon. Subekti berpendapat dalam hukum,
manusia persoon berarti pembawa hak atau subyek di dalam hukum. Berlakunya seseorang sebagai subyek hukum pembawa hak, mulai dari saat ia dilahirkan dan
berakhir pada saat ia meninggal. Di dalam hukum tidak semua orang diperbolehkan bertindak sendiri dalam melakukan hak-haknya, dalam undang
– undang telah dinyatakan
“tidak cakap” atau “kurang cakap” untuk melakukan sendiri perbuatan –
perbuatan hukum. Yang dimaksud kurang cakap adalah orang – orang yang belum
dewasa atau masih kurang umur dan orang – orang di bawah pengawasan curatele,
yang harus selalu diwakili oleh orang tuanya, walinya, atau kuratornya.
8
Disamping orang, badan – badan atau perkumpulan – perkumpulan juga
memiliki hak dan melakukan perbuatan hukum seperti seorang manusia. Badan –
badan atau perkumpulan – perkumpulan itu mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta
dalam lalu lintas hukum dengan perantara pengurusnya, dapat digugat, dan dapat juga menggugat di muka hakim.
9
Badan hukum merupakan terjemahan istilah hukum Belanda yaitu rechtspersoon. Di dalam badan hukum terdapat beberapa teori salah
satunya adalah teori organ. Menurut Otto von Gierke badan hukum itu seperti manusia, menjadi
penjelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum, yaitu eine leiblichgeistige Lebensein heit. Badan hukum itu menjadi verbandpersoblich keit, yaitu badan yang
membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau organ-organ badan tersebut misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya. Selanjutnya, putusan yang
dibuat oleh pengurus adalah kemauan badan hukum.
10
Dengan demikian menurut teori organ, badan hukum bukanlah suatu hal yang abstrak, tetapi benar-benar ada. Badan hukum bukanlah suatu kekayaan hak yang
tidak bersubjek, tetapi badan hukum itu suatu organisme yang riil, yang hidup dan bekerja seperti manusia biasa. Badan hukum sebagai wujud kesatuan tidak bertindak
8
Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, 1995, h 19-20. 19-20
9
Ibid, h 21.
10
Dyah Hapsari Prananingrum, Hukum Yayasan di Indonesia Filosofi dan Yuridis Badan Hukum Yayasan, Salatiga, Fakultas Hukum Universitas Satya Wacana, 2014, h 96
sendiri melainkan organnya bestuur, komisaris dan sebagainya. Tidak sebagai wakil, tetapi bertindak sendiri dengan organnya.
11
2. Pengertian Anak Didik