Pengertian tanggung jawab hukum Tanggung jawab menurut hukum perdata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

– Pengertian

1. Pengertian Tanggung Jawab

1.1 Pengertian tanggung jawab hukum

Tanggung jawab menurut Kamus Bahasa Besar Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, kalau terjadi apa – apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya. 1 Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan dengan selayaknya apa yang telah diwajibkan kepadanya. 2 Sedangkan menurut Merriam Webster Online Dictionary, Responsbility adalah : 3 1 The state of being the person who caused something to happen: 2 A duty or task that you are required or expected to do 3 Something that you should do because it is morally right, legally required, etc. 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua Cet.7, Balai Pustaka, 1996, h. 1006 2 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta Timur, 1986, h. 570 3 R.E.S Fobia, Beberapa Pemikiran Seputar IDI, Diskusi Kerja IDI Jawa Tengah, Semarang. 13 April 2016 Yang memiliki pengertian bahwa tanggung jawab adalah 1 keadaan membuat seseorang terjadi; 2 kewajiban atau tugas yang harus dilakukan; 3 sesuatu yang harus dilakukan secara hukum benar, secara hukum diperlukan.

1.2 Tanggung jawab menurut hukum perdata

Tanggung jawab menurut hukum perdata berupa tanggung jawab seseorang terhadap perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan melawan hukum memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan perbuatan pidana. Perbuatan melawan hukum tidak hanya mencakup perbuatan yang bertentangan dengan undang – undang pidana saja, akan tetapi jika perbuatan tersebut bertentangan dengan undang – undang lainnya dan bahkan dengan kententuan – ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan perundang – undangan dari perbuatan melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan. 4 Perbuatan melawan hukum onrechmatige daad dapat diartikan suatu perbuatan atau kealpaan, yang atau bertentangan dengan hak orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku atau bertentangan, baik dengan kesusilaan baik, pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda, sedang barang siapa karena salahnya sebagai akibat dari perbuatannya itu telah mendatangkan kerugian 4 Komariah, SH, Msi, Edisi Revisi Hukum Perdata, Universitas Negeri Malang, Malang, 2001, h12. pada orang lain, berkewajiban membayar ganti rugi kerugian. 5 Jika dirumuskan secara luas yang termasuk perbuatan melawan hukum adalah setiap tindakan : 1. Bertentangan dengan hak orang lain, atau 2. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri , atau 3. Bertentangan dengan kesusilaan baik, atau 4. Bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda. Tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum dapat disengaja dan tidak disengaja atau karena kelalaian. Seperti yang diatur dalam pasal 1366 KUHPerdata, bahwa “setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati- hatinya”. Tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum ini merupakan tanggung jawab secara langsung. Selain itu juga dikenal perbuatan melawan hukum secara tidak langsung menurut pasal 1367 KUHPerdata yakni : 1 Seseorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang – orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang – barang yang berada di bawah pengawasannya. 2 Orang tua dan wali bertanggungjawab tentang kerugian, yang disebabkan oleh anak – anak belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orang tua atau wali, 3 Majikan - majikan dan mereka yang mengangkat orang – orang lain untuk mewakili urusan – urusan mereka, adalah tanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan – pelayan atau 5 M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, cetakan kedua, Pradnya Paramita, Jakarta, 1982, h 26. bawahan bawahan mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang – orang ini dipakainya, 4 Guru – guru sekolah dan kepala – kepala tukang bertanggungjawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh murid – murid dan tukang – tukang mereka selama waktu orang – orang ini berada di bawah pengawasan mereka, 5 Tanggung jawab yang disebutkan di atas berakhir, jika orangtua – orang tua, wali – wali, guru sekolah dan kepala – kepala tukang itu membuktikan bahwa mereka tidak dapat mencegah perbuatan untuk aman mereka seharusnya bertanggungjawab. Ada dua istilah yang menunjuk pada teori pertanggung jawaban dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter resiko atau tanggung jawab, yang pasti yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara actual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang – undang dengan segera atau pada masa yang akan datang. Responsbility berarti hal yang dapat dipertanggung jawabkan atas kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggungjawab atas undang – undang yang dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada pertanggung jawaban hukum, sedangkan responsibility menunjuk pada pertanggung jawaban politik. 6 Secara umum, prinsip – prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut: 7 a Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan liability based on fault 6 Ridwan H.R, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2002, h 249-250 7 Kelik Wardiono, Hukum Perlindungan Konsumen, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2014, h 77-83 Prinsip berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPerdata, khususnya Pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggung jawaban secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Menurut Pasal 1365 KUHPerdata, yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok agar orang dapat dimintai pertanggung jawaban, yaitu: a. Adanya perbuatan melawan hukum b. Adanya unsur kesalahan c. Adanya kerugian yang diderita d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian Secara common sense, asas tanggung jawab ini dapat diterima karena adil bagi orang yang berbuat salah untuk mengganti kerugian bagi pihak korban. Dan tidak adil jika orang yang tidak bersalah harus mengganti kerugian yang diderita orang lain. Perlu diperjelas dalam prinsip ini, yang sebenarnya juga berlaku umum untuk prinsip – prinsip lainnya, adalah definisi tentang perilaku subyek perilaku kesalahan lihat Pasal 1367 KUHPerdata. Dalam doktrin hukum dikenal asas vicarious liability dan corporate liability. Vicarious liability atau disebut juga respondeat superior, let the master answer mempunyai pengertian majikan bertanggungjawab atas kerugian pihak lain yang ditimbulkan oleh orang - orang karyawan yang dibawah pengawasannya captain of the ship doctrine. Jika karyawan dipinjamkan ke pihak lain browed servant, maka tanggung jawabnya beralih pada si pemakai karyawan tadi fellow-servant doctrine. Corporate liability pada prinsipnya memiliki pengertian yang sama dengan vicarious liability. Menurut doktrin ini, lembaga yang menaungi suatu kelompok pekerja mempunyai tanggung jawab terhadap tenaga-tenaga yang dipekerjakannya. b Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga selalu bertanggungjawab presumption of liability Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggungjawab, sampai ia dapat membuktikan, ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada pada si tergugat. Dalam prinsip ini tampak beban pembuktian terbalik, dimana dasar pemikiran dari teori pembalikan beban pembuktian adalah seseorang dianggap bersalah, sampai yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya. Tergugat dianggap bertanggungjawab sampai ia membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Bersadarkan asas ini, beban pembuktian ada pada tergugat. Berkaitan dengan prinsip ini pelaku usaha dapat membebaskan diri dari tanggung jawab, kalau ia dapat membuktikan diri bahwa: a. Kerugian ditimbulkan oleh hal-hal diluar kekuasaannya b. Pelaku usaha sudah mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghindari timbulnya kerugian. c. Kerugian yang timbul bukan karena kesalahannya. d. Kesalahannya atau kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha c Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga selalu tidak bertanggungjawab presumption of nonliability Prinsip ini kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip praduka untuk tidak selalu bertanggungjawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dalam pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat dibenarkan. Misalnya dalam hukum pengangkutan. Apabila kehilangan atau kerusakan kabinbagasi tangan, yang biasa dibawa dan diawasi penumpang yang bertanggungjawab adalah penumpang. d Prinsip tanggung jawab berdasarkan tanggung jawab mutlak strict liability Prinsip tanggung jawab mutlak sering diidentikan dengan prinsip tanggung jawab absolut. Kendati demikan ada pula para ahli yang membedakannya. Ada pendapat yang mengatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai factor yang menentukan. Namun, ada pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya force majure. Sabaliknya, absolute liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualinya. Selain itu, ada pandangan yang agak mirip, yang mengaitkan perbedaan keduanya pada ada atau tidak adanya hubungan kausalitas antar subyek yang bertanggungjawab dan kesalahannya. Pada strict liability hubungan itu harus ada, sementara pada absolute liability, hubungan itu tidak selalu ada. Maksudnya, pada pertanggung jawaban itu bukan pelaku langsung kesalahan tersebut. e Prinsip tanggung jawab berdasarkan pembatasan tanggung jawab limitation liability Prinsip ini sangat disukai oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standart yang dibuatnya. Dalam prinsip ini dianut system pembuktian terbalik, maka setiap terjadi sengketa perdata antara konsumen dengan pelaku usaha, atau apabila terjadi pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan pelaku usaha, maka pelaku usaha dianggap bertanggungjawab sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Pada dasarnya dalam hukum perdata bentuk sanksi hukumnya dapat berupa kewajiban untuk memenuhi prestasi kewajiban serta hilangnya suatu keadaan hukum, yang di ikuti dengan terciptanya suatu keadaan hukum baru. Pertanggung jawaban hukum dibidang perdata merupakan pertanggung jawaban hukum yang didasari oleh adanya hubungan keperdataan antar subyek hukum.

1.3 Subyek Hukum Perdata

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab terhadap Anak Didik dalam Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012078 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab terhadap Anak Didik dalam Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012078 BAB IV

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab terhadap Anak Didik dalam Perspektif Hukum Perlindungan Anak

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012080 BAB I

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012080 BAB II

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan T1 312011020 BAB I

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan T1 312011020 BAB II

0 0 46

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Berpotensi Menjadi Korban Perdagangan Manusia (Human Trafficking) T1 BAB II

0 3 65

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Perempuan (Istri) Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga T1 BAB II

0 0 47