Praktik Tindakan Ibu Dalam ANC

43 lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara definitif, sikap berarti suatu keadaan jiwa mental dan keadaan pakir neutral yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada perilaku Tinuk Istiarti, 2000. Operasional perilaku dalam bentuk sikap yang dikaitkan dengan pelayanan antenatal menurut Notoatmodjo 1993, perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan atau rangsangan dari luar diri si subyek. Dalam hubungannya dengan pelayanan antenatal sikap dapat melalui pertanyaan setuju atau tidak setuju terhadap semua pemeriksaan kehamilan, seberapa jauh keyakinan terhadap pemeriksaan kehamilan, frekuensi periksa, gizi ibu hamil, standart pelayanan 5T yang meliputi: pemberian tablet Fe, imunisasi TT, penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri Tinuk Istiarti, 2000.

2.6.7 Praktik Tindakan Ibu Dalam ANC

Praktik menurut Theory of Reasoned Action Smet, 1994, dipengaruhi oleh kehendak, sedangkan kehendak dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut Tinuk Istiarti, 2000. Praktik individu terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi individu tentang kegawatan obyek, kerentanan, faktor sosiopsikologi, faktor sosiodemografi, pengaruh media massa, anjuran orang lain serta perhitungan untung rugi dari praktiknya tersebut Kartono, 1990. Praktik ini dibentuk oleh 44 pengalaman interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikapnya terhadap suatu obyek. Penelitian dari De Weerdt 1989 mengatakan ada pengaruh yang kuat dari tingkat pengetahuan terhadap praktik Tinuk Istiarti, 2000. Pengaruh pengetahuan terhadap praktik dapat bersifat langsung maupun melalui perantara sikap. Sedangkan Notoatmodjo 1993 menyatakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktik overt behavior. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata praktik diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan Tinuk Istiarti, 2000. Fisben dan Ajzen Cik Ancok, 1989 menyatakan bahwa keikutsertaan seseorang di dalam suatu aktivitas tertentu sangat tergantung dengan pengetahuan, sikap, niat, dan perilakunya. Bila hubungan keempat konsep tersebut diterapkan pada perilaku keikutsertaan ibu hamil, maka proses seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan pelayanan antenatal adalah sebagai berikut. Pertama, orang harus tahu apa yang dinamakan pelayanan antenatal, dan kegunaannya bagi kesehatan ibu hamil. Selanjutnya harus ada pemikiran tentang segi positif dan negatif dari pelayanan antenatal. Hal tersebut akan menentukan “sikap” orang terhadap pelayanan antenatal Tinuk Istiarti, 2000. Operasional perilaku dalam bentuk praktik yang dikaitkan dengan pelayanan antenatal menurut Notoatmodjo 1993, perilaku dalam bentuk praktik yang sudah konkrit, berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Praktik tersebut terlihat dari pergi atau tidaknya ibu hamil untuk mendapatkan 45 pemeriksaan kehamilan, frekuensi periksa, gizi ibu hamil, standart pelayanan 5T yang meliputi: pemberian tablet Fe, imunisasi TT, penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri. Semua jenis pemeriksaan kehamilan tersebut sangat tergantung pada kualitas pelayanan yang ada di masyarakat Tinuk Istiarti, 2000. Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku. Menurut Lawrence Green, faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3 yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Di bawah ini merupakan bentuk praktik ibu dalam upaya mengantisipasi terjadinya bahaya dalam kehamilan dan saat persalinan.

2.6.7.1 Jenis Praktik Ibu dalam Deteksi Dini Komplikasi Persalinan

Menurut Soenardi 2006, upaya yang dapat dilakukan ibu dalam deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan : 1. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke posyandu, puskesmas, rumah sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan 2. Dengan mendapat imunisasi TT 2 kali 3. Bila ditemukan kelainan-kelainan risiko tinggi, pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif 4. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi empat sehat lima sempurna http:masdanang.co.cc?p=10. 46 Menurut Soenardi 2006, hal- hal yang dapat dilakukan seorang ibu untuk menghindari terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan : 1. Dengan mengenal tanda-tanda bahaya kehamilan secara dini 2. Segera ke posyandu, puskesmas atau rumah sakit terdekat bila ditemukan kehamilan tersebut http:masdanang.co.cc?p=10.

2.6.7.2 Kunjungan Pertama Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan janin atau lama waktu mengandung, baik dengan diagnosis maupun dengan perawatan berkala terhadap adanya komplikasi kehamilan misalnya, toksemia, hipertensi kandungan, diabetes, perdarahan selama hamil atau kelainan serviks atau dengan menghilangkan atau mengurangi faktor risiko lainnya. Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa faktor risiko yang dinilai mempunyai pengaruh seperti itu adalah intake kalori, perokok pasif, konsumsi alkohol, dan pencegahan penyakit malaria Tinuk Istiarti, 2000. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi outcome kehamilan adalah pekerjaan ibu dan infeksi saluran kencing. Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan antenatal merupakan saat yang sangat penting, karena efek berbagai macam komplikasi dan faktor risiko bisa diketahui seawal mungkin dan segera dikurangi atau dihilangkan Tinuk Istiarti, 2000. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457MenkesSKX2003 tentang standar pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan target tahun 2010 : 47 berupa cakupan kunjungan K1 dan K4. K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilannya. Cakupan K1 di bawah 70 dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.

2.6.7.3 Jumlah Kunjungan Pelayanan Antenatal

Jumlah kunjungan perawatan kehamilan mempunyai efek biologis yang secara teoritis sama dengan saat kunjungan pertama pelayanan antenatal. Penelitian Nell 1991 menunjukkan adanya hubungan antara jumlah kunjungan pelayanan antenatal dengan kejadian komplikasi persalinan Tinuk Istiarti, 2000. Keputusan menteri kesehatan RI Nomor 1457MenkesSKX2003 tentang standar pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan target tahun 2010 : berupa cakupan kunjungan K1 dan K4. K4: kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60 dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang kurang memadai. Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetrik Depkes RI: 2002 48

2.6.8 Paritas