35
kualitas pelayanan ANC Modifikasi Syaifuddin Ali Akhmad: 2008, Tinuk
Istiarti: 2000, Sukidjo Notoadmodjo: 2003, Sunitri: Aliansi Pita Putih Indonesia.
2.6.1 Umur Ibu 2.6.1.1 Umur 20 Tahun
Kehamilan di bawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi. Angka kesakitan dan kematian ibu, demikian pula bayi, 2-4 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang telah cukup umur. Komplikasi utama kehamilan di bawah umur ini yakni terjadinya pre-eklamsi. Ibu
mengalami hipertensi disertai kaki bengkak dan ditemukan protein pada air seni. Lebih berbahaya lagi bila pre-eklamsi ini berlanjut menjadi eklamsi, pasien
kejang-kejang lalu tidak sadarkan diri. Bila hal ini dibiarkan , dapat membahayakan jiwa si ibu dan bayinya. Bayi kemungkinan meninggal di
kandungan atau pada saat persalinan Sitorus Ronald H., 1996. Kehamilan di bawah umur 20 tahun mempunyai dampak negatif terhadap
kesejahteraan wanita remaja, hal ini disebabkan belum siap mental untuk hamil. Kehamilan di bawah umur terkadang tidak diinginkan, mungkin karena hamil di
luar nikah atau pasangan suami-istri tersebut belum siap menerima kehadiran sang bayi. Perlu dihayati, bila secara psikologis calon ibu sudah menolak
kehamilannya, hal ini dapat menimbulkan komplikasi fisik saat ibu hamil ataupun pada saat melahirkan. Hamil di bawah umur juga besar kemungkinan
mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah dan tak jarang pula bayi begitu lahir langsung meninggal karena prematuritas belum cukup umur
Sitorus Ronald H., 1996.
36
2.6.1.2 Umur ≥ 35 Tahun
Meski kehamilan di bawah umur sangat berisiko, namun kehamilan pertama di atas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat
mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Beranjak
senjanya usia juga cenderung akan mengakibatkan kondisi penyakit yang ada, misalnya kencing manis, menjadi semakin serius. Kesulitan lain kehamilan di atas
usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti di atas yang memang sering membayang-bayangi wanita usia sekian, ditakutkan bayi lahir
dengan membawa kelainan. Misalnya down syndrome, kelainan bawaan yang ditandai dengan fisik bayi lemah, mulut kecil, lidah keluar, dan terhambatnya
perkembangan mental. Akan tetapi sebelumnya mereka yang hamil pada usia lebih dari normal ini harus dibedakan antara yang mudah hamil sesaat setelah
menikah dengan mereka yang baru bisa hamil setelah sekian lama berobat Sitorus Ronald H., 1996.
Mereka yang punya kelainan sehingga sulit hamil, seperti kelainan hormonal, perlu berhati-hati karena kemungkinan mengalami keguguran lebih
tinggi. Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta seringnya timbul
kelainan pada tulang panggul tengah. Sehingga pilihan terbaik otomatis adalah bedah caesar
. Masalah lain, selama masa nifas kemungkinan besar ibu tidak bisa memberi ASI, karena kebanyakan pada usia itu produksi ASI telah menurun
Sitorus Ronald H., 1996.
37
Kehamilan dan persalinan pada usia di atas 35 tahun mempunyai risiko yang lebih besar pada kesehatan ibu dan bayinya. Berdasarkan penelitian,
kehamilan pada usia ini mempunyai risiko lebih tinggi untuk mempunyai anak sindroma down
, yakni 1 : 23 30 kelahiran. Mereka juga mempunyai risiko bersalin anak dengan kromosom abnormal, yakni 1 : 15 20 kelahiran Syaifuddin
Ali Akhmad, 2008: 27. Ibu hamil setelah usia 40 tahun ini juga lebih mudah lelah. Mereka juga
mempunyai risiko keguguran lebih besar, bersalin dengan alat bantu, seperti dengan forcep atau operasi caesar. Kematian bersalin juga lebih tinggi daripada
wanita yang berusia muda Syaifuddin Ali Akhmad, 2008: 27.
2.6.2 Pendidikan Ibu Hamil