Jenis Data Metode Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Penelitian

40

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif data berbentuk angka berupa laporan keuangan. Menurut cara memperolehnya jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, data sekunder yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahannya, data diperoleh secara tidak langsung melalui media internet Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Sedangkan menurut waktu pengumpulannya, penelitian ini menggunakan data Time Series dan Cross Section yang dikumpulkan pada satu periode tertentu pada perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan selama peiode 6 tahun series yaitu tahun 2009-2014.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber data dokumenter seperti laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2009-2014 yang telah di audit dan kemudian menjadi sampel penelitian yang dipublikasikan oleh BEI melalui situs www.idx.co.id.

3.8 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif menurut Siregar 2012 : 221 merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sampel. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan pengujian 41 hipotesis deskriptif. Hasil analisisnya adalah apakah hipotesis penelitian dapat digeneralisasikan atau tidak. Jika hipotesis Ha diterima, berarti hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Analisis deskriptif ini menggunakan satu variabel atau lebih tapi bersifat mandiri, oleh karena itu analisis ini berbentuk perbandingan atau hubungan. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program software SPSS Statistics 19. 3.9 Metode Analisis Data 3.9.1 Analisis Regresi Berganda Menurut Wijaya 2012 : 98 analisis regresi bertujuan menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas independent terhadap variabel terikat dependent. Dalam Ghozali 2012 : 96 analisis regresi selain mengukur “kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen”. Sedangkan menurut Sunjoyo 2013 : 153 regresi linier berganda digunakan untuk “menguji pengaruh lebih dari satu independent variable terhadap dependent variable ”. Model persamaan regresi berganda yang dirumuskan adalah sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + e dimana: Y = ROI a = konstanta atau intercept merupakan nilai Y bila X = 0 b = koefisien regresi atau slope 42 X 1 = CR X 2 = RTO X 3 = ITO X 4 = WCTO X 5 = DER e = error residual tingkat kesalahan

3.9.2 Uji Asumsi Klasik Uji Data

Dalam Sunjoyo 2013 : 54 uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square OLS. Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinieritas tidak dapat dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional . 3.9.2.1 Uji Normalitas Menurut Ghozali 2012 : 160 uji normalitas bertujuan menguji ‘apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu: a. Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data obeservasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan 43 melihat histrogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan datasesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. b. Uji Statistik Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, pada hal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Nilai z statistik untuk dapat dihitung dengan rumus: ��������� = �������� �6� Sedangkan nilai z kurtosis dapat dihitung dengan rumus: ��������� = �������� �24� 3.9.2.2 Uji Multikolonieritas Menurut Ghozali 2012 : 105 uji multikolonieritas bertujuan “untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas independen”. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel- variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang 44 nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: a. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan memperngaruhi variabel dependen. b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel indepanden. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0.90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolonieritas. Multikolonierias dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua tau lebih variabel independen. c. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari 1 nilai tolerance dan lawannya 2 variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen terikat dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF=1Tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolorienitas yang masih ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0.10 sama 45 dengan tingkat kolonieritas 0.95. Walaupun multikolonieritas dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel independen mana sajakah yang saling berkorelasi.

3.9.2.3 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali 2012 : 110 uji autokorelasi bertujuan menguji “apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya”. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena obeservasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu time series karena “gangguan” pada sesorang individukelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individukelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data cross section silang waktu, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individukelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Ada cara yang dapat digunakan untuk medeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson DW test. Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah: Ho : tidak ada autokorelasi r=0 46 Ha : ada autokorelasi r ≠0 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi: Hipoteis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dI Tidak ada autokorelasi positif No desicison dI ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dI d 4 Tidak ada korelasi negatif No desicison 4 – du ≤ d ≤ 4 – dI Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du d 4 - du 3.9.2.4 Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali 2012 : 139 uji heteroskedastisitas bertujuan menguji “apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crosssection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran kecil, sedang dan besar. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas: a. Melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESIID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di-studentized. b. Uji Glejser Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel 47 independen. Jika variabel independe signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

3.9.3 Pengujian Hipotesis

Uji statistik dalam analisis deskriptif adalah bertujuan untuk menguji hipotesis pernyataan sementara dari penelitian yang bersifat deskriptif. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari rasio kas Cash Ratio, perputaran piutang Receivable Turn Over, perputaran persediaan Inventory Turn Over, perputaran modal kerja Working Capital Turn Over, dan Debt to Equity Ratio DER sebagai variabel independen terhadap Profitabiltas ROI sebagai variabel dependen, baik secara parsial maupun secara simultan. Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis daerah dimana Ho ditolak. Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

3.9.3.1 Koefisien Determinasi

Dalam Ghozali 2012 : 97 koefisien determinasi R² pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel 48 dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel yang independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang cross section relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu time series biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R² pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model. Dalam kenyataan nilai adjusted R² dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gurajati dalam Ghozali, 2003 jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted R² dianggap bernilai nol. Secara matematis jika R²=1, maka Adjusted R²=R²=1 sedangkan jika nilai R²=0, maka R²=1-kn-k. Jika k1, maka adjusted R² akan bernilai negatif. 49

3.9.2.2 Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F

Menurut Ghozali 2012 : 98 uji statistik F pada dasarnya menunjukkan “apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependenterikat”. Hipotesis nol Ho yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau: Ho : b1 = b2 = .......... = bk = 0 Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya Ha tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau: Ha : b1 ≠ b2 ≠ .......... ≠ bk ≠ 0 Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Quick look: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima Ha. 50

3.9.2.3 Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik t

Dalam Ghozali 2012 : 98 uji statsitik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol Ho yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter bi sama dengan nol, atau: Ho : bi = 0 Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya Ha parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau: Ha : bi ≠ 0 Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut: 1. Quick look: bila jumlah degree of freedom df adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan 5, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 dalam nilai absolut. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatau variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 2. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Data penelitian berasal dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis stastistik dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data menggunakan microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan bantuan program software SPSS Statistics 19. Jumlah Populasi dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 perusahaan yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Periode dalam penelitian ini adalah 6 tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014. Berikut ini merupakan daftar perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian: Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang terdaftar di BEI No Kode Perusahaan Nama Perusahaan Kriteria Sampel 1 2 3 1. DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ √ Sampel 1 2. INAF PT Indofarma Persero TBK √ √ √ Sampel 2 3. KAEF PT Kimia Farma Persero Tbk √ √ √ Sampel 3 4. KLBF PT Kalbe Farma Tbk √ √ √ Sampel 4 5. MERK PT Merck Tbk √ √ √ Sampel 5 6. PYFA PT Pyridam Farma Tbk √ √ √ Sampel 6 52 No Kode Perusahaan Nama Perusahaan Kriteria Sampel 1 2 3 7. SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 7 8. SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk √ √ X _ 9. SQBB PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 8 10. TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk √ √ √ Sampel 9 Sumber: www.idx.co.id diakses 18 April 2014 oleh penulis Populasi penelitian dimulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 6 tahun berturut-turut sehingga data penelitian secara keseluruhan yaitu: 6 tahun X 9 sampel adalah sebanyak 54 sampel observasi pengamatan. Berikut adalah tabel data mengenai variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini: Tabel 4.2 Daftar Variabel Penelitian Hasil CR, RTO, ITO, WCTO, DER, ROI Tahun 2009-2014 Tah un KodePerusahaan CR RTO ITO WCTO DER ROI 2009 DVLA 0,93 3,04 2,81 2,38 0,41 0,09 INAF 0,29 6,52 5,78 2,92 1,44 0,02 KAEF 0,32 9,37 4,72 4,76 0,57 0,04 KLBF 0,99 7,55 2,93 17,80 0,39 0,16 MERK 1,16 4,31 3,93 18,80 0,23 0,34 PYFA 0,14 7,40 1,98 2,47 0,37 0,04 SCPI 0,01 5,23 1,67 60,05 9,49 0,05 SQBB 2,55 4,38 4,54 4,72 0,21 0,41 TSPC 1,74 9,68 4,82 12,87 0,34 0,11 2010 DVLA 1,44 3,11 3,51 2,54 0,33 0,13 INAF 0,32 8,23 4,58 2,72 1,36 0,03 KAEF 0,56 8,90 5,89 5,32 0,49 0,08 KLBF 1,66 8,10 3,26 19,96 0,23 0,19 MERK 2,05 9,02 2,82 19,91 0,20 0,27 PYFA 0,25 6,84 2,39 2,63 0,30 0,04 SCPI 0,01 4,31 1,49 49,66 18,28 0,03 SQBB 3,45 5,40 5,85 3,50 0,19 0,29 TSPC 1,78 9,58 5,44 14,69 0,36 0,14 53 Tah un KodePerusahaan CR RTO ITO WCTO DER ROI 2011 DVLA 1,78 3,06 2,95 2,66 0,28 0,13 INAF 0,29 7,85 4,17 3,13 0,83 0,03 KAEF 0,43 9,06 5,36 5,81 0,43 0,10 KLBF 1,41 7,13 3,14 22,95 0,28 0,18 MERK 3,88 8,62 3,53 22,99 0,18 0,40 PYFA 0,19 6,28 1,68 2,72 0,43 0,04 SCPI 0,41 3,25 1,77 51,37 13,47 0,08 SQBB 3,34 4,67 4,65 3,92 0,20 0,33 TSPC 1,59 9,65 4,93 16,54 0,40 0,14 2012 DVLA 1,53 2,79 3,28 3,04 0,28 0,14 INAF 0,53 4,84 4,88 3,00 0,83 0,04 KAEF 0,59 8,14 4,82 6,13 0,45 0,10 KLBF 0,98 7,55 3,36 28,68 0,29 0,19 MERK 1,20 13,82 2,13 23,27 0,37 0,19 PYFA 0,19 5,78 2,44 3,18 0,55 0,04 SCPI 0,18 4,06 1,67 55,33 24,48 0,03 SQBB 2,71 4,09 4,37 4,44 0,22 0,34 TSPC 1,51 8,89 5,42 18,97 0,39 0,14 2013 DVLA 1,47 2,92 2,13 3,08 0,30 0,11 INAF 0,18 4,89 4,23 3,47 1,19 0,04 KAEF 0,53 7,96 4,77 7,14 0,53 0,09 KLBF 0,54 7,46 2,73 36,82 0,35 0,17 MERK 1,25 5,91 1,44 20,16 0,36 0,25 PYFA 0,16 6,36 1,73 3,46 0,86 0,04 SCPI 0,09 2,89 0,53 71,77 70,83 0,02 SQBB 2,83 4,56 4,00 4,89 0,21 0,35 TSPC 1,33 8,48 4,13 11,01 0,40 0,12 2014 DVLA 1,80 3,14 2,28 3,08 0,28 0,07 INAF 0,23 7,03 4,94 3,59 1,11 0,03 KAEF 0,67 8,78 4,56 7,42 0,65 0,08 KLBF 0,79 7,40 2,88 39,96 0,28 0,17 MERK 1,98 6,02 2,20 21,60 0,29 0,25 PYFA 0,06 5,61 2,51 4,00 0,79 0,02 SCPI 0,08 2,48 2,66 170,27 31,04 0,05 SQBB 2,30 4,25 4,66 5,70 0,25 0,36 TSPC 1,18 8,95 4,33 11,99 0,36 0,11 Sumber: Diolah Penulis, 2015 54 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 12 49

Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sub Sektor Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2013.

0 0 22

Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1 5 32

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014).

0 0 4

Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2014

0 0 11

Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2014

0 0 2

Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2014

0 0 11

Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2014

0 0 22

Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2014

0 0 3

Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2014

0 0 10