Analisis Kasus Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

1. Menyatakan Terdakwa Muhammad Lutfi Efriadi terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tin dak pidana “Dengan Sengaja Membujuk Anak Untuk Melakukan Persetubuhan Dengannya ”; 2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2 tahun dan denda sebesar Rp. 60.000.000 enam puluh juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan kurungan selama 1 bulan; 3. Menetapkan masa tahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan tersebut; 4. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan; 5. Menetapkan barang bukti berupa: a. Satu potong celana ponggol lee berbunga; b. Satu potong kaos Twenty Two warna putih; c. Satu potong kaos dalam warna ungu; d. Satu potong celana dalam warna merah; Dirampas untuk dimusnahkan. 6. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp 1.000,- Seribu rupiah.

C. Analisis Kasus

1. Putusan Pengadilan Negeri Pontianak No: IPid.Sus.Anak2014PN.PTK Berdasarkan kasus tersebut, ada beberapa fakta hukum yang dapat menjadi pertimbangan untuk menganalisa kasus tersebut lebih lanjut yaitu: Universitas Sumatera Utara A. Terdakwa dari kasus ini adalah seorang anak yang berumur 16 tahun yang melakukan tindakan pencabulan kepada seorang perempuan berumur 4 tahun. B. Terhadap kasus ini hakim menjatuhkan putusan kepada terdakwa karna terbukti secara sah dan menyakinkan melanggar Pasal 82 UU RI No 23 Tahun 2002 dengan hukuman yaitu pengembalian kepada orangtua dan pidana pelatihan kerja selama tiga bulan di Unit Pelayanan Rehabilitasi Sosial UPRS Provinsi Kalimantan Barat. Menganalisis putusan hakim, haruslah memperhatikan aspek-aspek pertimbangan yuridis tindak pidana yang didakwakan karena hal ini merupakan konteks yang sangat penting. Hakekatnya pada pertimbangan yuridis adalah merupakan pembuktian unsur-unsur dari suatu tindak pidana apakah perbuatan terdakwa tersebut telah memenuhi dan sesuai dengan tindak pidana yang didakwakan oleh JaksaPenuntut Umum. Dapat dikatakan lebih jauh, bahwasanya pertimbangan-pertimbangan yuridis ini secara langsung akan berpengaruh besar terhadap amardiktum putusan Hakim. 49 Surat dakwaan merupakan dasar bagi Jaksa Penuntut Umum untuk menyusun sebuah surat tuntutan dan merupakan dasar pula bagi hakim untuk menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana tersebut. Oleh karena itu, dalam membuat surat dakwaan, Penuntut umum dituntut untuk mengaplikasikan ilmunya sebagai sarjana hukum dalam pembuatan surat dakwaan tersebut, bukan saja keahlian di bidang hukum pidana formil tapi juga mengenai hukum 49 Yenni Widyaastuti, Op.Cit, Hal. 52. Universitas Sumatera Utara pidana materil seperti unsur-unsur dari perbuatan yang akan didakwakan apakah telah terpenuhi atau tidak. Dalam membuat surat dakwaan ada beberapa syarat yang harus terpenuhi agar suatu dakwaan dianggap sah. Syarat tersebut terdapat dalam Pasal 142 ayat 2 KUHAP yang dirumuskan sebagai berikut : Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi: a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka; b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Dalam kasus yang diteliti ini, bahwa surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum telah sesuai dengan apa yang diatur di dalam Pasal 142 ayat 2 KUHAP. Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam kasus ini menguraikan secara jelas mengenai kronologis dari kejadian itu sendiri serta penyebutan waktu dan tempat kejadian perkara. Dalam kasus ini, Jaksa Penuntut Umum melalui Surat Dakwaannya merumuskan dakwaan tunggal yaitu melanggar Pasal 82 UU RI No 23 Tahun 2002 yang berbunyi: “dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul”. Universitas Sumatera Utara Dengan ancaman pidana penjara selama 2 dua tahun dan wajib pelatihan kerja selama 90 sembilan puluh hari. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dilihat dari fakta hukum dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana tersebut yang dilakukan dengan: a. Adanya keterangan saksi korban yaitu Fortuna Juwita Talenta 4 Tahun b. Adanya keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum yaitu: Valentinus Agip Ayah Saksi Korban, Adnanta Talenta Anak Valentinus Agip, Julita Dinata Ibu Saksi Korban, Paulus Undut. c. Adanya keterangan terdakwa dan terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi Dalam dakwaan jaksa penuntut umum terhadap fakta yang berkaitan dengan pemenuhan unsur dalam pasal yaitu: setiap orang, yang dengan sengaja, melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak, melakukan atau membiarkan perbuatan cabul. Dimana unsur “setiap orang” ini membuktikan bahwa terdakwa dapat dipidana dengan pasal ini karna makna dari setiap orang yaitu memberi arah kepada tentang subyek hukum yaitu orang atau manusia yang diajukan kepersidangan dengan segala identitasnya yang termuat dalam berkas perkara. Dimana didalam Dakwaan, Jaksa Penuntut Umum menguraikan secara jelas dan lengkap identitas dari terdakwa sehingga hal ini membuktikan bahwa makna dari setiap orang tertuju kepada terdakwa secara tepat. Universitas Sumatera Utara Tentang unsur “yang dengan sengaja” yaitu dibuktikan dengan fakta hukum dimana terdakwa pada hari kejadian perkara datang dengan sengaja kerumah saksi korban dan bertemu dengan saksi korban. Hal ini dikuatkan dengan keterangan dari Saksi Julita Dinata yang ditemui pertama kali oleh terdakwa saat datang kerumah Saksi Korban dan juga hal ini dibuktikan dengan keterangan dari terdakwa sendiri yaitu terdakwa mengakui bahwa ia memang ingin kerumah saksi korban untuk mencari sinyal Hp. Oleh karena itu unsur ini terbukti terpenuhi oleh fakta hukum diatas. Unsur “melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak” hal ini dilihat dari fakta yang dibuktikan dengan keterangan dari Saksi koban dan saksi Adnanta Talenta yang melihat sendiri kejadian perkara yaitu dimana terdakwa memberi permen kepada saksi korban serta melakukan pengancaman agar saksi korban tidak memberitahu kejadian perkara kepada orangtuanya. T entang unsur “melakukan atau membiarkan perbuatan cabul” hal ini dibuktikan dengan fakta yaitu terdakwa teringat film porno yang pernah terdakwa tonton sebelumnya lalu terdakwa terangsang melihat saksi Fortuna Juwita Talenta dan terdakwa langsung memegang kemaluan saksi Fortuna Juwita Talenta dan terdakwa memaksa memasukkan jari terdakwa kedalam kemaluan saksi Fortuna Juwita Talenta hingga saksi Fortuna Juwita Talenta kesakitan. Tentang perbuatan cabul yang dilakukan oleh terdakwa ini dikuatkan dengan fakta hukum berupa Surat Visum yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Bhayangkara TK.IV Polda Kalbar yang menyatakan bahwa terdapat luka lecet Universitas Sumatera Utara dan robekan pada kemaluan korban. Maka dengan demikian Dakwaan Jaksa Penuntut umum terhadap terdakwa telah tepat dan memenuhi seluruh unsur- unsurnya berdasarkan fakta-fakta yang ada dan terungkap selama persidangan. Beberapa hal yang menarik untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut didalam kasus ini yaitu hal mengenai bahwa tidak ada alasan untuk membebaskan, melepaskan atau mengecualikan dirinya yaitu terdakwa dari ancaman pidana sebagaimana yang diisyaratkan dalam Bab III Pasal 44-52 KUHP serta menurut ketentuan Pasal 1 ayat 2 UU RI No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak maka sesuai dengan fakta hukum yang dikemukakan oleh Hakim dipersidangan bahwa terdakwa termasuk sebagai anak yang berkonflik dengan hukum sehingga sudah dapat dimintakan pertanggungjawaban pidananya. Menurut UU RI No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak yang berkonflik dengan hukum dimuat dalam Pasal 1 ayat 2 dan ayat 3 yaitu: 2 Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. 3 Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut dengan anak adalah anak yang telah berumur 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Berdasarkan hal diatas, yang dalam hal ini patut diduga bahwa anak tersebut melakukan suatu tindak pidana yang menyebabkannya harus diajukan kesidang Universitas Sumatera Utara pengadilan. Sehingga sudah tepatlah Hakim Anak yang menyatakan bahwa anak tersebut digolongkan pada anak yang berkonflik dengan hukum. Anak yang melakukan tindak pidana pencabulan tersebut dapat dijatuhkan tindakan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 82 ayat 1 huruf a UU RI No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Penjatuhan tindakan yang dilakukan oleh Hakim kepada anak terdakwa telah sesuai dan tepat. Hal ini dikarenakan bahwa secara khusus mengenai sanksi terhadap Anak dapat ditentukan berdasarkan perbedaan umur Anak, yaitu bagi Anak yang masih berumur kurang dari 12 dua belas tahun hanya dikenai tindakan, sedangkan bagi Anak yang telah mencapai umur 12 dua belas tahun sampai dengan 18 delapan belas tahun dapat dijatuhi tindakan dan pidana. 50 Karna umur terdakwa pada saat perkara terjadi yaitu 16 Tahun, maka penjatuhan hukuman oleh hakim yaitu berupa tindakan pengembalian kepada orangtua karna tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penjatuhan putusan yang berkaitan dengan adanya surat perdamaian. Dimana perdamaian telah dilakukan antara keluarga terdakwa dengan keluarga korban. Yang dimana surat perdamaian diberikan oleh pihak keluarga terdakwa dihadapan persidangan. Perdamaian yang terjadi adalah melalui musyawarah adat antara kedua belah pihak. Perdamaian adat ini berupa penyerahan kelengkapan adat dari keluarga terdakwa yang telah disepakati dan sesuai dengan hukum adat yang berlaku di lingkungan tempat tinggal kedua belah pihak. Dan melalui perdamaian ini pun maka hubungan keluarga antara korban 50 Penjelasan Umum Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Universitas Sumatera Utara dan terdakwa pun telah kembali pulih dan normal sesuai keadaan semula. Sehingga tepat bagi Hakim dalam putusannya menggunakan pertimbangan berupa fakta hukum yaitu adanya sebuah surat perdamaian antara kedua belah pihak, karna dengan adanya perdamaian ini dapat dianggap bahwa tidak ada lagi terjadi konflik atau masalah antara keluarga korban dengan keluarga terdakwa. Dan juga perdamaian yang ini sebagai bagian dari pemulihan keadaan seperti semula menurut hukum adat yang berlaku didaerah tempat tinggal kedua belah pihak. Menjatuhkan tindakan kepada anak juga didasarkan pada fakta hukum yaitu pendapat dimana pidana penjara tidak tepat dijatuhkan kepada terdakwa. Hakim berpendapat didalam persidangan bahwa apabila pidana penjara dijatuhkan kepada terdakwa maka tidak akan membuat terdakwa dapat memperbaiki sikap dan perilakunya bahkan mungkin akhirnya tidak akan dapat mengendalikan luapan emosi dengan baik. Pendapat Hakim ini jelas tidak bertentangan dengan azas yang terdapat dalam UU RI No 11 Tahun 2012 yaitu mengedepankan rasa keadilan bagi anak. Hal ini juga selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Robert Kilroy-Silk, bahwa lamanya hukuman yang diberikan kepada narapidana tidak akan menjamin berkurangnya kejahatan berikutnya dan pada saat dia bebas belum tentu menjadi baik. 51 Penjara juga akan sangat tidak adil bagi si anak apabila dia diberikan hukuman tersebut dimasa dimana seharusnya dia dapat bersekolah dengan baik dan bergaul dengan rekan-rekan sebayanya secara normal. Sehingga berdasarkan hal 51 Marlina, Hukum Penitensier, Refika Aditama , Bandung, 2011, Hal. 17. Universitas Sumatera Utara tersebut rasa keadilan bagi anak sebagai terdakwa maka hakim menjatuhkan tindakan pengembalian kepada orangtua. Yang dimana tindakan pengembalian ini diharapkan agar dapat memulihkan keadaan kehidupan anak karna dapat dididik langsung oleh orangtua yang merupakan figur terdekat dan sangat dibutuhkan oleh psikologis anak. Peranan orangtua sangat diharapkan dapat memberikan pengajaran yang baik dan menuntun kembali anak ketahap perbaikan diri dan pengendalian nafsu. 2. Putusan Pengadilan Negeri Medan No: 2Pid.Sus-Anak2014PN.Mdn Berdasarkan kasus tersebut, ada beberapa fakta hukum yang dapat menjadi pertimbangan untuk menganalisa kasus tersebut lebih lanjut yaitu: A. Terdakwa dari kasus ini adalah seorang anak yang berumur 16 tahun yang melakukan tindakan persetubuhan kepada seorang perempuan berumur 15 tahun. B. Terhadap kasus ini hakim menjatuhkan putusan kepada terdakwa karna terbukti secara sah dan menyakinkan melanggar Pasal 81 UU RI No 23 Tahun 2002 dengan hukuman yaitu Pidana Penjara Denda selama 2 dua tahun dan denda sebesar Rp. 60.000.000 enam puluh juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dapat dibayarkan maka diganti dengan kurungan selama 1 satu bulan. Dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum adalah Dakwaan secara alternatif yaitu : Melanggar Pasal 81 ayat 2 UU RI No 23 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Anak atau Melanggar Pasal 82 UU RI No 23 Tahun Universitas Sumatera Utara 2009. Didalam kasus yang diteliti ini, terbukti terdapat kekeliruan dalam Dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Hal ini karena terdapat kesalahan dalam Undang-Undang yang didakwakan kepada terdakwa yaitu dimana seharusnya Undang-Undang yang Didakwakan adalah Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak bukan Undang-Undang No 23 Tahun 2009. Kesalahan Jaksa Penuntut Umum dalam menerapkan Undang-Undang dalam surat dakwaannya merupakan suatu kesalahan yang menyebabkan terjadinya kecacatan hukum materil. Tetapi dalam hal penyebutan identitas terdakwa, waktu dan tempat kejadian serta kronologis kejadian Jaksa Penuntut Umum telah memenuhi Unsur dari Pasal 142 ayat 2 KUHAP. Pertimbangan Hakim Anak Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara ini pada dasarnya berlandaskan pada fakta-fakta yang terungkap dimuka persidangan berupa : a. Keterangan saksi-saksi yaitu Lovia Harissa Ginting, dan Ferli Ginting. b. Alat bukti surat berupa visum et repertum dari RS Bhayangkara atas nama Lovia Harissa Ginting Nomor: R08VER OB VII 2014RS.Bhayangkara tertanggal 8 Juli 2014 yang ditandatangni oleh dr.Hulman S, SpOG. c. Keterangan terdakwa yaitu Muhammad Lutfi Efriadi. d. Petunjuk yang diperoleh dari keterangan saksi-saksi, alat bukti surat dan keterangan terdakwa yang berkaitan satu smaa lain yang menyangkut dengan perbuatan terdakwa. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan fakta-fakta dalam persidangan tersebut dilakukan pembuktian mengenai unsur-unsur dari pada yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum. Dan menurut pertimbangan Hakim maka Pasal yang paling tepat adalah Pasal 81 UU RI No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dari Dakwaan Pertama karna semua unsurnya telah terpenuhi. Adapun unsur-unsur yang dipenuhi pada perkara ini adalah sebagai berikut : 1. Setiap Orang 2. Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan Unsur setiap orang ditujukan kepada Terdakwa Muhammad Lutfi Efriadi yang identitasnya secara lengkap telah dicantumkan dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Selama persidangan berlangsung Terdakwa dapat menjawab , menanggapi pertanyaan dan pertanyaan silang yang diajukan kepadanya. Terdakwa juga mampu mengemukakan pandangan dan pendapatnya yang secara tidak langsung dapat menggambarkan kemampuannya untuk dapat membedakan antara perbuatan baik dan buruk, sehingga dapat disimpulkan bahwa Terdakwa berada dalam keadaan sehat normal tidak mengalami sakitgangguan psikis atau kejiwaan yang mana hal tersebut merupakan alasan pemaaf yang dapat menghapuskan kesalahan seorang yang telah melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum. Sehingga berdasarkan alasan tersebut maka unsur “setiap orang” dalam perkara ini yang tertuju pada terdakwa Muhammad Lutfi Efriadi adalah tepat dan terpenuhi. Universitas Sumatera Utara Tentang unsur “ dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkain kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan” terhadap unsur ini dikuatkan dengan keterangan saksi korban yaitu bahwa terdakwa mengajak korban untuk bersetubuh dengan janji bahwa terdakwa akan bertanggungjawab. Pembuktian terhadap kata “anak” dalam unsur ini diungkapkan melalui identitas korban yang dibacakan dihadapan persidangan yaitu masih berumur 15 tahun. Maka berdasarkan fakta tersebut unsur ini sangat tepat ditujukan kepada terdakwa karena telah terpenuhi secara lengkap. Hal selanjutnya yang dianalisis terkait dengan istilah yang digunakan oleh Hakim bagi terdakwa yaitu fakta penggunaan istilah “Anak Nakal”, hal ini dianggap sudah tidak tepat lagi untuk digunakan. Sebagaimana diketahui bahwa istilah Anak Nakal digunakan didalam UU RI No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, namun istilah ini sudah tidak dapat digunakan lagi karena telah dikeluarkannya UU RI No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Pengadilan Pidana Anak untuk menggantikan UU RI No 3 Tahun 1997 yaitu bagi anak- anak yang diduga melakukan tindak pidana maka digunakan istilah “Anak yang Berkonflik dengan Hukum”. Maka dari itu dalam pertimbangan Hakim ini dianggap terdapat kesalahan dalam menggunakan peraturan perundangan untuk penggunaan istilah terhadap terdakwa. Dan sudah seharusnya Hakim menggunakan istilah “Anak yang Berkonflik dengan Hukum” agar sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku saat ini. Hal terakhir yang perlu diperhatikan dan dikaji adalah terhadap Putusan Hakim dalam kasus ini. Putusan yng diberikan Hakim dalam kasus ini adalah Universitas Sumatera Utara Penjatuhan Pidana Penjara selama 2 dua Tahun dan denda sebesar Rp.60.000.000 enam puluh juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dapat dibayarkan maka diganti dengan kurungan selama 1 Satu bulan. Roeslan Saleh dalam Abul Khair dan Mohammad Eka Putra mengatakan bahwa pemidanan sebenarnya adalah suatu upaya akhir, pemidanan seharusnya hanya diadakan jika suatu norma begitu penting bagi kehidupan dan kemerdekaan anggota masyarakat 52 . Penjatuhan pidana penjara terhadap terdakwa dianggap tidak tepat dan tidak menimbulkan efek apapun baik kepada pelaku, korban maupun masyarakat. Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap anak perlu memperhatikan perkembangan jiwa anak, masa depan anak dan nilai-nilai yang terkandung dalam pengamalan Pancasila terutama butir 2, 4 dan 5 sila kedua; butir 2, 4, dan 6 sila keempat; dan butir 2 dan 9 sila kelima. 53 Hakim seharusnya dapat lebih cermat memberikan putusannya, yang diharapkan bahwa putusan dari Hakim harus dapat bernilai guna bagi seluruh pihak yang terkait bukan hanya salah satu pihak saja. Karna walaupun terdakwa dalam hal ini sebagai subyek yang membuat kerugian bagi pihak lain, namun tetap saja kepentingannya harus dilindungi. Begitu pula dengan Korban yang dalam hal ini adalah pihak yang dirugikan tentu saja harus dilindungi haknya. Sehingga Hakim dituntut harus dapat cermat dan benar-benar teliti dalam memberikan putusannya agar tidak mencederai kepentingan dari salah satu pihak. 52 Abul Khair dan Mohammad Eka Putra, “Pemidanaan” Medan: USU Press, 2011, Hal. 53. 53 Bunadi Hidayat, Op.Cit, Hal. 70. Universitas Sumatera Utara Terhadap denda yang diberikan kepada terdakwa juga terdapat kekeliruan. Dalam Pasal 71 ayat 3 UU RI No 11 Tahun 2012 jelas dimuat bahwa: “Bagi anak yang dalam hukum materil diancam dengan pidana kumulatif yaitu berupa penjara dan denda, maka denda diganti dengan pelatihan kerja”. Sehingga berdasarkan pasal ini jelas bahwa denda yang dijatuhkan bagi terdakwa oleh Hakim seharusnya diganti dengan pelatihan kerja. Penjatuhan denda ini kepada terdakwa oleh Hakim dianggap sebagai suatu kecatatan hukum. Seharusnya Hakim bisa dapat lebih teliti dalam menjatuhkan putusannya, agar tidak menyimpang dari perundang-undangan yang berlaku serta tidak mencederai hak dari seorang terdakwa. Karna Hakim selaku pemegang keadilan tertinggi tetap harus melindungi seluruh pihak yang terkait dengan suatu perkara, sehingga rasa keadilan bagi seluruh pihak dapat terpenuhi secara baik. Universitas Sumatera Utara BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA “PENGEDAR NARKOTIKA".

0 3 14

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Su

0 0 34

BAB II RESTORATIVE JUSTICE DAN DIVERSI - Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 1 19

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 0 34

BAB II PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA A. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pengguna Narkotika - Peranan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terha

0 0 51

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK DIBAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR)

0 23 95