3. Menetapkan barang bukti berupa:
a. 1 satu helai lembar akta kelahiran atas nama Fortuna Juwita
Talenta yang dikeluarkan oleh Dinak Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kubu raya tangga, 30 Desember 2010;
b. 1 satu helai baju kaos kutang berwarna kuning;
c. 1 satu helai celana dalam warna putih ada noda darah;
Dikembalikan kepada Saksi Fortuna Juwita Talenta melalui Saksi Agip orangtua.
d. 1 satu lembar akta kelahiran atas nama Ghumantar yang
dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kubu Raya tanggal 8 november 2011;
4. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp. 5.000 lima
ribu rupiah;
B. Posisi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2Pid.Sus-
Anak2014PN.Mdn
1. Kronologis Kasus
Terdakwa dalam kasus ini bernama Muhammad Lutfi Efriadi berumur 16 Tahun , lahir di Medan pada 8 Mei 1998, berdomisili di jalan Pondok Bekala
Dusun Simalingkar A Kecamatan Pancur Batu, pekerjaan Pelajar dan beragama Islam. Kejadian ini bermula ketika sekitar bulan Februari 2014 terdakwa kenal
dengan saksi korban Lovia Harissa berumur 15 tahun dan menjalin hubungan pacaran, dalam menjalin hubungan pacaran tersebut terdakwa dan saksi korban
Universitas Sumatera Utara
ada jalan-jalan. Bahwa pada hari Jumat tanggal 4 juli 2014 sekitar pukul 22.00 Wib terdakwa menjemput saksi Yolanda dan saksi korban dari rumah saksi
Yolanda yakini dijalan Vanili Perumanas Simalingkar dengan mengendarai sepeda motor Honda Supra dan berboncengan bertiga menuju kejalan
Simalingkar B Medan Tuntungan tepatnya di Kebun Percobaan Unversitas Nomensen, di pos tersebut terdakwa, saksi Yolanda dan saksi korban duduk-
duduk sambil bercerita lalu sekita pukul 02.00 wib, saksi Yolanda dijemput oleh sepupunya dengan alasan mau mengantar kunci, selanjutnya sekitar pukul 03.00
wib bertempat didalam kamar dekat pos satpam Kebun Percobaan Unversitas Nomensen terdakwa mensetubuhi saksi korban dimana mula-mula terdakwa
memeluk tubuh saksi korban dan menciumi dimana saksi korban juga membalas memeluk dan menciumi terdakwa, sehingga terdakwa naik nafsu, terdakwa
mengajak saksi korban untuk melakukan hubungan bersetubuh kemudian terdakwa membuka celana dan celana dalam yang terdakwa kenakan dan
dengan masih dalam keadaan menggunakan baju, terdakwa menyuruh saksi korban untuk membuka celana dan celana dalamnya kemudian terdakwa naik
keatas perut saksi korban dan memasukkan kemaluan terdakwa yang sudah tegang kedalam kemaluan saksi korban sambil menggenjotkan dengan cara naik
turun diatas perut saksi korban, setelah mencapai kepuasan, terdakwa membuang spermanya diluar kemaluan saksi korban, kemudian selang dua jam
terdakwa dan saksi korban kembali melakukan persetubuhan tersebut dengan cara yang sama. Bahwa sebelumnya pertama kali terdakwa melakukan
Universitas Sumatera Utara
persetubuhan dengan saksi korban yakni sekitar satu bulan yang lalu yaitu sekitar bulan juni 2014 pada malam hari disebuah gubuk jalan Simalingkar B.
2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Penuntut Umum menyusun Dakwaan secara alternatif yakni: Dakwaan pertama diancam dengan Pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Repubilk
Indonesia No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yaitu: 1 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas
tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp
60.000.000,00 enam puluh juta rupiah.
2 Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Dakwaan kedua diancam dengan Pasal 82 Undang-Undang Repubilk Indonesia
No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yaitu: “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus
juta rupiah dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 enam puluh juta
rupiah”. 3.
Fakta Hukum Mengadili suatu perkara adalah tugas Majelis Hakim dimana langkah
pertama yang harus diketahui dengan jelas oleh hakim adalah tentang faktaperistiwa yang ada dalam perkara tersebut. Dari peristiwa yang diajukan
oleh pihak berperkara tersebut dapat ditemukan fakta konkrit atau peristiwa yang sebenarnya melalui alat-alat bukti yang diajukan oleh pihak berperkara di
Universitas Sumatera Utara
persidangan. Jika fakta konkrit telah ditemukan oleh hakim, maka tindakan selanjutnya adalah mengkualifisir fakta-fakta konkrit, artinya memilah dan
memilih fakta mana yang relevan dengan tuntutan petitum, kemudian baru upaya menemukan hukumnya dari sumber-sumber hukum terdiri dari Undang-
Undang, Yurisprudensi,
Doktrintulisan ilmiah
pakar hukum
dan kebiasaanhukum yang hidup di masyarakat. Bila hakim tidak dapat menemukan
hukum dari sumber-sumber hukum di atas, maka hakim harus mencarinya dengan menggunakan metode interpretasi dan konstruksi.
48
Fakta-Fakta tersebut dapat diambil dari Keterangan saksi, Keterangan Ahli, Keterangan Terdakwa,
Alat Bukti, Surat dan Petunjuk. Dalam kasus ini fakta hukum yang terungkap dipersidangan adalah sebagai berikut:
A. Keterangan Saksi
1 Saksi Lovia Harissa Ginting, bahwa korban Lovia Harissa Ginting
mengaku sedang berumur 15 tahun. Bahwa sekitar 5 bulan yang lalu pada bulan februari terdakwa berkenalan dengan saksi korban dan kemudian
sering jalan bersama-sama. Pada jumat tanggal 4 juli 2014 sekitar pukul 22.00 wib terdakwa menjemput saksi Yolanda dan saksi korban di Jalan
Vanili Perumnas Simalingkar B Medan Tuntungan Tepatnya di Kebun Percobaan Universitas Nomensen dengan mengendarai sepeda motor.
Sekitar jam 02.00 wib saksi Yolanda dijemput sepupunya dengan alas an mau mengantar kunci sedang terdakwa dan saksi korban tetap berada
ditempat tersebut. Selanjutnya sekitar pukul 03.00 wib bertempat di Pos
48
Sayuruddin Daulay,Op.Cit. Hal. 2-3.
Universitas Sumatera Utara
Satpam Kebun Percobaan Universitas Nomensen terdakwa menyetubuhi korban dimana mula-mula terdakwa memeluk tubuh saksi korban dan
menciumi dimana saksi korban membalas memeluk dan menciumi terdakwa sehingga terdakwa terbawa nafsu. Kemudian terdakwa mengajak
saksi korban bersetubuh dengan janji-janji bahwa terdakwa akan bertanggungjawab. Pada mulanya terdakwa membuka celana dan celana
dalam yang dikenakannya sendiri setelah itu terdakwa kemudian meminta saksi korban untuk melepas baju dan celana dalamnya setelah itu naik
diatas perut saksi korban dan kemudian memasukkan kemaluannya kekemaluan saksi korban dan setelah mencapai kepuasan maka terdakwa
kemudian membuang spermanya diluar kemaluan saksi korban. Perbuatan terdakwa diatas dalam waktu 2 jam kemudian diulangi lagi oleh terdakwa.
2 Saksi Ferli Ginting, saksi kenal dengan saksi korban yang merupakan
anak kandungnya. Saksi telah melaporkan kepada pihak berwajib di Polsekta Deli Tua karena saksi mengetahui kalau terdakwa telah
menyetubuhi anak saksi, padahal anak saksi masih anak-anak dan masih sekolah, sehingga saksi merasa terdakwa telah merusak masa depan anak
saksi. B.
Keterangan Terdakwa Terdakwa membenarkan dakwaan dari penuntut umum. Antara
terdakwa dengan saksi korban telah melakukan hubungan layaknya suami istri pada hari jumat tanggal 4 juli 2014 sekitar jam 22.00 wib bertempat di
Pos Satpam Jalan Simalingkar. Terdakwa dan korban melakukan perbuatan
Universitas Sumatera Utara
tersebut sebanyak dua kali. Terdakwa mengetahui kalau saksi korban saat itu masih anak-anak berumur sekitar 15 tahun dan masih sekolah. Sebelum
terdakwa melakukan perbuatan tersebut terdakwa terlebih dahulu menjanjikan kepada saksi korban akan bertanggungjawab.
C. Alat Bukti
1 Satu potong celana ponggol lee berbunga;
2 Satu potong baju kaos twenty two warna putih;
3 Satu potong kaos dalam warna ungu;
4 Satu potong celana dalam warna merah;
Berdasarkan hal diatas, Hakim Anak memberikan kesimpulan dalam hal yang berkaitan dengan fakta hukum yang telah terungkap dalam persidangan
yaitu: a.
Hakim Anak Pengadilan Negeri Medan memberikan fakta hukum yaitu membuktikan dakwaan yang unsur-unsurnya paling mendekati fakta
persidangan yaitu Dakwaan Pertama melanggar Pasal 81 ayat 2 Undang- Undang Repubilk Indonesia No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak; b.
Selanjutnya berdasarkan Visum Et Refertum atas nama Lovia Harissa Ginting, yang diperiksa pada tanggal 8 juli 2014 telah diketahui hasil
bahwa Genitalia Lovia Harissa Ginting : Selaput Darah koyak tidak sampai dasar pada jam satu, dua lima tujuh, sebelas dan duabelas,
kesimpulan selaput darah sudah tidak utuh lagi;
Universitas Sumatera Utara
c. Dipandang dari sudut batasan umur Lovia Harissa Ginting juga diketahui
bahwa dirinya lahir pada tanggal 29 november 1999, sehingga pada tanggal 4 juli 2014 saat terjadi persetubuhan dengan terdakwa di atas,
umur saksi korban pada saat itu baru berumur hampir 15 tahun; d.
Pengadilan dengan memperhatikan fakta persidangan menyimpulkan bahwa telah terjadi pembujukan oleh diri terdakwa, sehingga persetubuhan
yang dilarang oleh undang-undang yang sebenarnya dapat dihindari justru terjadi, karena saksi korban sebagai anak-anak yang tidak dan belum dpaat
berpikir dan belum menyadari akan akibat yang bakal dihadapi, menjadikan semuanya begitu mudah terjadi;
e. Selanjutnya persetubuhan diatas, kemaluan terdakwa benar telah masuk ke
kemaluan saksi korban dan mengeluarkan sperma, serta umutr saksi korban saat itu masih 15 tahun dan tergolong masih anak-anak dan sesuai
Visum Et Refertum diketahui bahwa selaput darah saksi korban tidak lagi utuh maka dengan demikian unsure kedua dari Pasal 81 telah terpenuhi;
f. Karena semua unsur dalam dakwaan kesatu jaksa penuntut umum telah
terpenuhi dan selama persidangan pada diri terdakwa tidak ditemukan adanya alasan pembenar maupun alasan pemaaf yang dapat menghapuskan
kesalahan atau sifat melawan hukumnya dari perbuatan terdakwa, maka terdakwa harus dinyatakan secara sah dan menyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam dakwaan kesatu;
Universitas Sumatera Utara
4. Pertimbangan Hakim
Hakim Anak Pengadilan Negeri Medan menimbang Dakwaan Alternatif dari Jaksa Penuntut Umum yaitu:
Dakwaan Pertama : Melanggar Pasal 81 ayat 2 UU RI No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, atau Dakwaan Kedua : Melanggar Pasal 82 UU RI
No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Selanjutnya di Pengadilan langsung dibuktikan dakwaan yang unsur-
unsurnya paling mendekati fakta persidangan yaitu Dakwaan pertama Pasal 81 ayat 2 UU RI No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dimana unsur-
unsurnya adalah : a.
Setiap Orang b.
Dengan Sengaja Melakukan Tipu Muslihat, Serangkaian Kebohongan atau Membujuk Anak Melakukan Persetubuhan
Unsur yaitu “setiap orang” menurut pengadilan tidak lain adalah sama dengan unsur barang siapa yang menunjuk pada setiap orang baik laki-laki
maupun perempuan sebagai subyek hukum yang sehat akal pikirannya serta dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum.
Namun demikian oleh karena subjek perkara anak batasan umur sesuai Pasal 1 angka 1 UU RI No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dibatasi
telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin, maka oleh karena seusai surat-surat bukti terlampir terdakwa
Muhammad Lutfi Efriadi diketahui lahir pada tanggal 8 mei 1998, untuk itu karena umur terdakwa pada saat kejadian masih 16 tahun, dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
dengan umur tersebut terdakwa sudah termasuk dalam kr iteria “unsur setiap
orang” pada perkara ini. Begitupun dalam perkara ini di persidangan terdakwa mengaku bernama
Muhammad Lutfi Efriadi, yang mana identitasnya telah diperiksa dan telah sesuai dengan surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum serta terdakwa sehat akal
pikirannya sehingga terdakwa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum, dengan demikian unsur setiap orang pada unsur ini pun telah
terpenuhi. U
nsur “Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melaku
kan persetubuhan” merupakan unsur alternatif sehingga salah satu sub unsur saja yang terpenuhi maka unsur ini terbukti;
Selanjutnya yang disebut dengan persetubuhan adalah ebrtemunya alat kelamin pria dan wanita sehingga mengeluarkan sperma. Bahwa berdasarkan
persesuaian keterangan terdakwa dan saksi-saksi ditambah dengan Visum Et Refertum telah diperoleh fakta hukum bahwa benar terdakwa telah bersetubuh
dengan saksi korban yaitu Lovia Harissa, sebanyak dua kali. Persetubuhan antara terdakwa dengan saksi korban Lovia Harissa telah
melakukan hubungan layaknya suami istri, pada hari Jumat 4 Juli 2014, sekitar pukul 22.00 wib. Bertempat di dekat pos satpam jalan Simalingkar.
Setelah terdakwa sendiri juga membuka pakaiannya, lalu terdakwa kemudian memasukkan kemaluannya yang sudah tegang ke kemaluan saksi
korban sehingga masuk dan kemudian terdakwa menggoyang-goyangkan
Universitas Sumatera Utara
pantatnya naik turun sehingga berlangsung selama beberapa menit dan mengeluarkan sperma.
Selanjutnya berdasarkan Visum Et Refertum atas nama Lovia Harissa Ginting, yang diperiksa tanggal 8 juli 2014 telah diketahui hasil bahwa Genitalia
Lovia Harissa Ginting : Selaput Darah Koyak tidak sampak dasar pas jam satu, dua, lima tujuh, sebelas dan dubelas, kesimpulan: selaput dara tidak utuh lagi.
Demikian pula dipandang dari sudut batasan umur Lovia Harissa Ginting juga diketahui bahwa dirinya lahir pada tanggal 29 november 1999 sehingga
pada tanggal 4 juli 2014 saat terjadi persetubuhan dengan terdakwa di atas umur saksi korban pada saat itu baru berumur hampir 15 tahun.
Berdasarkan rangkaian fakta diatas, maka pengadilan dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi pembujukan oleh diri terdakwa, sehingga persetubuhan yang
dilarang undang-undang yang sebenarnya dapat dihindari justru terjadi, karena saksi korban sebagai anak-anak yang tidak dan belum dapat berpikir dan belum
menyadari akan akibat yang bakal dihadapinya, menjadikan semuanya begitu mudah terjadi.
Selanjutnya dalam persetubuhan diatas, kemaluan terdakwa benar telah masuk ke kemaluan saksi korban dan mengeluarkan sperma serta umur saksi
korban saat itu masih 15 tahun dan tergolong masih anak-anak dan sesuai Visum Et Refertum diketahui bahwa selpaut darah saksi korban sudah tidak
utuh lagi maka dengan demikian unsur “Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan
persetubuhan” telah terbukti.
Universitas Sumatera Utara
Karena semua unsur dari Dakwaan Pertama Jaksa Penuntut Umum telah terpenuhi dan selama persidangan pada diri terdakwa tidak ditemukan adanya
alasan pembenar maupun pemaaf yang dapat menghapuskan kesalahan atau sifat melawan hukumnya dari perbuatan terdakwa, maka terdakwa harus dinyatakan
terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam Dakwaan Kesatu tersebut yang kualifikasinya akan
disebutkan dalam amar putusan. Karena berdasarkan bukti-bukti terlampir terdakwa yang lahir pada
tanggal 8 mei 1998, pada saat melakukan tindak pidana saat itu umurnya baru berusia 16 tahun, maka sesuai ketentuan Pasal 2 UU RI No 3 Tahun 1997
Tentang Pengadilan Anak, maka dengan telah terbuktinya perbuatan pidana yang didakwakan kepada terdakwa maka terdakwa digolongkan sebagai anak
nakal. Selanjutnya berdasarkan Pasal 22 UU RI No 3 Tahun 1997 Tentang
Pengadilan Anak maka terhadap terdakwa yang telah terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana sebagai anak nakal hanya dapat dijatuhi
pidana atau tindakan sebagaimana ditentukan didalam undang-undang tersebut. 5.
Putusan Hakim Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan melalui Putusan No. 2Pid.Sus-
Anak2014PN.Mdn tanggal 1 September 2014, menjatuhkan putusan dengan Pasal 81ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Menyatakan Terdakwa Muhammad Lutfi Efriadi terbukti secara sah dan
menyakinkan bersalah melakukan tin dak pidana “Dengan Sengaja
Membujuk Anak Untuk Melakukan Persetubuhan Dengannya ”;
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut oleh karena itu dengan
pidana penjara selama 2 tahun dan denda sebesar Rp. 60.000.000 enam puluh juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar
maka diganti dengan kurungan selama 1 bulan; 3.
Menetapkan masa tahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan tersebut;
4. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Menetapkan barang bukti berupa:
a. Satu potong celana ponggol lee berbunga;
b. Satu potong kaos Twenty Two warna putih;
c. Satu potong kaos dalam warna ungu;
d. Satu potong celana dalam warna merah;
Dirampas untuk dimusnahkan. 6.
Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp 1.000,- Seribu rupiah.
C. Analisis Kasus