Duty f Care KRITERIA UNTUK MENETUKAN DIREKSI TELAH MELAKUKAN

diperhatikan bahwa “the duty is breached whether or not they had fraudulent motives ”. 73 Sehubungan dengan hal tersebut di atas, salah satu contoh dari beberapa perbuatan yang tidak dilandasi dengan itikad baik, dikatakan bahwa tindakan anggota direksi yang mengakibatkan perseroan membeli barang atau properties dari pihak lain dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga wajarnya, sedangkan direksi memperoleh keuntungan pribadi dari transaksi itu. 74

B. Duty f Care

Tugas mempedulikan duty of care yang diharapkan dari direksi adalah duty of care sebagaimana dimaksud dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum onrechtmatige daad, dalam arti direksi diharapkan untuk berbuat secara hati-hati sehingga terhindar dari perbuatan kelalaian negligence yang merugikan pihak lain. 75 Menurut Pasal 97 ayat 1 UUPT, direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Sejalan dengan ketentuan Pasal 97 UUPT, oleh Pasal 97 ayat 2 UUPT ditentukan bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untu k kepentingan dan usaha perseroan. Dengan kata lain, ”tugas dan kewajiban 73 Ibid 74 Sutan Remy Sjahdeni, Op Cit., hlm. 423 – 424 75 Munir Fuady, II, Op Cit., hlm. 51 Universitas Sumatera Utara direksi yang ditentukan dalam Pasal 97 ayat 1 UUPT, yaitu melakukan kepengurusan perseroan, dan Pasal 97 ayat 2 yaitu mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan, harus dijalankan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab”. 76 Berdasarkan ketentuan Pasal 97 UUPT, terdapat 2 dua unsur pokok yang harus diperhatikan oleh direksi perseroan dalam menjalankan tugas kepengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1 UUPT, yaitu melakukan kepengurusan perseroan, dan Pasal 98 UUPT yaitu mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Unsur-unsur tersebut adalah kepentingan dan tujuanusaha perseroan dan itikad baik dan penuh tanggung jawab. ”Kedua unsur tersebut harus dipenuhi secara kumulatif dan bukan alternatif, artinya harus dipenuhi kedua- duanya”. 77 Apa yang dimaksud dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab tersebut, dalam UUPT baik dari pasal-pasalnya maupun penjelasannya tidak memberikan jabaran lebih jauh mengenai maksud atau kandungan dari konsep itikad baik dan penuh tanggung jawab itu. Namun di negara-negara yang menganut common law system acuan yang digunakan adalah standard of care atau standar kehati-hatian. ”Apabila direksi telah bersikap dan bertindak melanggar standard of care, maka direksi tersebut dianggap telah melanggar duty of care- nya”. 78 76 Sutan Remy Sjahdeni, 2002, Hukum Kepailitan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hlm. 425 77 Ibid 78 Ibid, hlm. 426 – 427 Universitas Sumatera Utara Direksi sebagai organ kepercayaan perseroan diharapkan dapat menjalankan perseroan hingga memberikan keuntungan bagi perseroan. Direksi diberikan flesibilitas dalam bertindak untuk melaksanakan fungsi kegiatan manajemen, dengan mengambil resiko dan peluang di masa depan. 79 Beberapa prinsip hukum yang terbit dari adanya duty of care dari direksi adalah sebagai berikut: a. Agar terpenuhinya unsur duty of care, maka terhadap direksi berlaku standar kepedulian standard of care sebagai berikut: a Selalu beritikad baik. Contoh dari perbuatan-perbuatan yang tidak dilandasi dengan itikad baik itu adalah: 1 Perseroan membeli barang atau properti dari pihak lain dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang wajar, atau 2 Perseroan menjual harta kekayaan perseroan kepada pihak lain dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga wajarnya. Sedangkan direksi memperoleh keuntungan pribadi dari transaksi itu, atau 3 Apabila direksi dari suatu lembaga kredit, seperti misalnya bank atau perusahaan pembiayaan multi finance company, telah memberikan kredit kepada pihak lain dengan tidak melakukan analisis yang baik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dimana sekalipun permohonan kredit itu sebenarnya tidak layak fesible, 79 Philip Lipton dan Abraham Herzberg, Op Cit., hlm. 314 Universitas Sumatera Utara tetapi direksi bank atau perusahaan pembiayaan tersebut memutuskan untuk memberikan kredit yang dimohon oleh nasabah dan ternyata kemudian kredit menjadi macet yang sangat merugikan bank atau lembaga pembiayaan itu. 4 Seorang anggota direksi atau para anggota direksi dapat pula memperoleh manfaat pribadi dari jabatannya apabila mereka memanfaatkan kesempatan transaksi yang seyogianya dipimpinnya, tetapi transaksi ini disalurkan kepada perseroan lain dimana anggota direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan. b Tugas-tugas dilakukan dengan kepeduliannya seperti yang dilakukan oleh orang biasa yang berhati-hati ordinary prudent person dalam posisi dan situasi yang sama, atau seperti yang dilakukan oleh orang tersebut untuk kepentingan bisnis pribadinya. c Tugas-tugas dilakukan dengan cara yang dipercayainya secara logis reasonably believe merupakan kepentingan yang terbaik best interest dari perseroan. b. Secara hukum, seorang direktur perseroan tidak akan bertanggung jawab semata-mata atas salah dalam mengambil keputusan mere errors of judgement. Bahkan, asalkan dia beritikad baik dan cukup berhati-hati, keputusan yang salah tidak dapat dibebankan kepada direksi, sungguhpun kesalahan tersebut akibat kurang pengalaman atau kurang komprehensif dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, suatu honest mistake yang dilakukan Universitas Sumatera Utara oleh direksi masih dapat ditoleransi oleh hukum. Bahkan, hakim tidak diperkenankan untuk melakukan penilaian bisnis yang berbentuk second guess terhadap keputusan direksi. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang terdapat dalam ”teori keputusan bisnis” business judgement rule. c. Secara hukum, seorang direktur tidak diharapkan tingkat keahlian degree of skill kecuali hanya setingkat yang dapat diharapkan secara wajar dari orang yang sama pengetahuan dan sama pengalaman dengannya, atau dalam bahasa hukum populer dengan istilah degree of skill that may reasonably be expected from a person of his knowledge and experience. d. Terhadap tugas-tugas direksi yang dapat didelegasikan kepada bawahannya, maka berlaku asumsi hukum bahwa pihak bawahan telah melakukan tugasnya secara jujur kecuali ada kecurigaan sebaliknya. e. Direksi akan bertanggung jawab secara hukum manakala dia gagal dalam mengarahkan failure of direct bawahannya dan jalannya perusahaan. f. Direksi akan bertanggung jawab secara hukum manakala dia mengetahui, membantu atau ikut melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum, sungguhpun hal tersebut semata-mata untuk kepentingan perseroan yang dipimpinnya. 80 Dalam teori ilmu hukum perseroan, prinsip kepedulian due care dari direksi terhadap perseroan memiliki 2 dua persyaratan sebagai berikut: 80 Munir Fuady, II, Op Cit., hlm. 50 – 51 Universitas Sumatera Utara a Syarat prosedural Syarat prosedural yang dipersyaratkan oleh hukum kepada direksi dari suatu perseroan adalah bahwa seorang direksi haruslah selalu menaruh perhatian dengan sunguh-sungguh kepada jalannya perseroan. Di samping itu, dia juga harus selalu mendapatkan informasi yang lengkap well informed terhadap perseroannya. b Syarat substantif Syarat substantif yang terbit dari prinsip kepedulian due care terhadap seorang direktur perusahaan adalah bahwa dalam mengambil keputusan perseroan, pihak direktur haruslah melakukannya berdasarkan pertimbangan rasional. Akan tetapi, standar rasional tersebut tidak berarti bahwa direksi harus mengambil keputusan yang benar-benar optimal. Yang dibutuhkan bahwa munculnya appearance dari keputusan tersebut terlihat sebagai respon yang wajar terhadap situasi yang ada, yang oleh hukum dilarang adalah manakala pihak direksi bertindak begitu sangat tidak bijaksana, sangat tidak rasional, dan di luar diskresi direksi yang dibenarkan oleh hukum. 81 Keahlian yang diharapkan dari direksi dapat dilihat dari pendapat Neville J. Dalam re Brazillian Rubber Plantation Estates Ltd. 911 1 Ch. 425 sebagai ”reasonable care to be measured by the care an ordinary man might be expected 81 Ibid, hlm. 49 – 50 Universitas Sumatera Utara to take in the circumstance on his own behalf ”. 82 Selanjutnya dikatakan juga bahwa: 83 “whether of not the directors exceed the powers entrusted to them or whether if they did not so exceed their power they were coqnizant of circumstances of such a character, so plain, so manifest, and so simple of appreciation, that no man with any ordinary degree of prudence, acting on their own behalf, would have entered into such a transaction as they entered into?”. Tidak semua orang diharapkan dan dihadapkan pada keadaan untuk memiliki suatu standar keahlian yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam beberapa hal, seorang diangkat sebagai anggota direksi karena keahliannya dalam bidang tertentu. Misalnya seorang akuntan diangkat sebagai anggota direksi karena keahlianya di bidang akutansi atau keuangan. Dalam hal ini, standar yang diharapkan dari anggota direksi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan anggota direksi lainnya, yang tidak memiliki kemampuan dan keahlian yang sama. Dalam hal demikian maka anggota direksi tersebut patut diharapkan dapat bertindak dan melakukan perbuatan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perseroan dari keahlian tersebut. 84 Dalam beberapa kejadian, seorang direksi dapat dianggap telah melanggar duty of care, jika dalam menghadapi suatu persoalan yang kompleks dan rumit, dia tidak mencari pendapat ahli untuk memberikan masukan dalam 82 SUtan Remy Sjahdeni, Op Cit., hlm. 332 83 Ibid 84 Ibid, hlm. 333 Universitas Sumatera Utara mengambil keputusan terhadap persoalan yang dihadapinya. 85 Hal ini adalah konsekuensi logis dari prinsip duty of care tersebut. Direksi dianggap telah memenuhi persyaratan kewajibannya menjalani prinsip duty of care apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1 membuat keputusan bisnis yang tidak ada unsur kepentingan pribadi, berdasarkan informasi yang mereka percaya didasari oleh keadaan yang tepat, dan 2 secara rasional mempercayai bahwa keputusan bisnis tersebut dibuat untuk kepentingan terbaik bagi perusahaan. 86 Salah satu tolok ukur memutuskan apakah suatu kerugian disebabkan oleh keputusan bisnis business judgement tidak tepat sehingga dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care adalah: 87 a. Memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi tersebut benar; b. Tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskan dengan itikad baik; c. Memiliki dasar rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi perusahaan. 85 Ibid, hlm. 334 86 Heidi Mandanis Schooner, “Fiduciary Duties” Demanding Cousin: Bank Director Liability for Unsafe or Unsound Banking Practices, “George Washington Law Review”, Januari 1995, hlm. 180 87 Detlev F. Vagts, Basic Corporation Law Materials-cases Text, New York: The Foundation Press, Inc. 1989, hlm. 212 Universitas Sumatera Utara Di negara Amerika Serikat yang menganut common of law system acuan yang dipakai adalah standar of care atau “standar kehati-hatian”. Apabila direksi telah bersikap dan bertindak melanggar standar of care, maka Direksi tersebut dianggap telah melanggar duty of carenya. Sebagai conto h dari ”standar kehati- hatian” itu antara lain sebagai berikut: 88 1 Anggota direksi tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan atas beban biaya perseroan, apabila tidak memberikan sama sekali, atau memberikan sangat kecil manfaat kepada perseroan dibandingkan dengan manfaat pribadi yang diperoleh dari anggota direksi yang bersangkutan. Namun demikian, hal ini dapat dikecualikan, apabila dilakukan atas beban biaya representasi jabatan dari anggota direksi yang bersangkutan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS . 2 Anggota direksi tidak boleh menjadi pesaing bagi perseroan yang dipimpinnya, misalnya dengan mengambil sendiri kesempatan bisnis yang seyogianya disalurkan dan dilakukan oleh perseroan yang dipimpinnya tetapi kesempatan bisnis disalurkan kepada perseroan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pribadi anggota direksi itu. 3 Anggota direksi harus menolak untuk mengambil keputusan mengenai sesuatu hal yang diketahuinya atau sepatutnya diketahui akan dapat mengakibatkan perseroan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai 88 Sutan Remi Syahdeni, Op Cit., hlm. 427 Universitas Sumatera Utara perseroan terancam dikenai sanksi oleh otoritas yang berwenang, misalnya dicabut izin usahanya, atau digugat oleh pihak lain. 4 Anggota direksi dengan sengaja atau karena kelalaliannya telah melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk mencegah timbulnya kerugian bagi perseroan. 5 Anggota direksi dengan sengaja atau karena kelalaiannya telah melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk meningkatkan keuntungan perseroan. Dalam sistem hukum civil law, tanggung jawab tidak terlalu didasarkan pada standard of care tertentu, tetapi semata-mata didasari atas hubungan pemberian kuasa, yakni seberapa jauh kekuasaan diberikan oleh anggaran dasarnya. Dapat dikatakan juga, jika dalam common of law system basis tanggung jawabnya merupakan ”kaedah hukum” sedangkan menurut sistem hukum civil law basisnya adalah ” perjanjian” di antara pihak. Hanya saja terdapat retriksi tertentu terhadap ”kebebasan” dalam melakukan perjanjian tersebut terhubungi dengan adanya ketentuan hukum perseroan dalam UUPT No. 40 Tahun 2007. 89 Di Amerika Serikat standar bagi direksi yaitu melakukan ”duty of care” terhadap perusahaan dapat dilihat klarifikasinya misalnya dalam RMBCA di mana tugas-tugas direksi harus dilakukan: 90 89 Munir Fuady I, Op Cit., hlm. 68 90 Lihat The Revised Model Business Corporation Act Section 8 3c Universitas Sumatera Utara 1. dengan itikad baik 2. dengan kehati-hatian dengan mana manusia biasa yang berhati-hati ordinary prudent person pada posisi yang sama akan melakukannya pada situasi yang sama. 3. dengan cara-cara yang diyakini merupakan kepentingan terbaik best interest bagi perusahaan. Hukum civil law yang pada prinsipnya tidak terlalu menonjolkan standar tertentu, tetapi lebih mendasari pada perjanjian pemberian kuasa di antara para pihak, yang tercermin dalam anggaran dasar perusahaan. Karena itu seorang direksi haruslah melakukan tugasnya sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasarnya. Apabila dia melakukan tindakan di luar dan atau tidak sesuai dengan batas kewenangan yang diberikan kepadanya oleh anggaran dasar, maka dia pribadi akan bertanggung jawab secara hukum bukan perusahaan sebagai pemberi kuasa. Karena sebagai penerima kuasa direksi tidak boleh bertindak melampaui batas kuasanya Pasal 1797 KUHPerdata. Direksi juga dalam hal ini tidak boleh melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum, terlepas apakah tersebut dengan tegas atau tidak dalam anggaran dasar perusahaan. Jelaslah dalam hukum civil law, jika direksi melanggar salah satu aturan hukum atau anggaran dasarnya, pada umumnya direksi langsung bertanggung jawab secara hukum, tanpa terlalu mempertimbangkan standar tentang kadar kesalahannya. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana telah dikemukakan di dalam Pasal 98 ayat 1 UUPT, direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Sejalan dengan ketentuan Pasal 98 ayat 1 UUPT ditentukan bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Berdasarkan ketentuan Pasal 98 ayat 1 UUPT, terdapat 2 dua unsur pokok yang harus diperhatikan oleh direksi perseroan dalam menjalankan tugas kepengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1 UUPT yaitu melakukan kepengurusan perseroan, dan Pasal 98 ayat 1 UUPT, yaitu mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Unsur-unsur tersebut adalah:  itikad baik good faith dan penuh tanggung jawab.  kepentingan dan tujuan atau usaha perseroan proper purpose. Kedua unsur tersebut harus dipenuhi oleh seorang direksi kumulatif dalam menjalankan tugas kepengurusan perseroan.

C. Ultra Vires