Standar Pertanggung Jawaban Direksi dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik

F. Standar Pertanggung Jawaban Direksi dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik

Setelah pernyataan pendaftarannya dinyatakan telah efektif oleh Bapepam maka Emiten mempunyai kewajiban untuk menyampaikan seluruh informasi yang berkaitan dengan Emiten tersebut kepada publik dalam hal ini kepada Bapepam dan masyarakat. Informasi yang disampaikan tidak hanya meliputi kegiatan usaha dan keadaan keuangan Emiten tetapi juga terhadap segala peristiwa material yang dapat mempengaruhi kepentingan pihak di luar perseroan misalkan saja pihak pemodalinvestor dan kreditur. Salah satu informasi yang disampaikan adalah mengenai keadaan keuangan Emiten yang terwujud dalam bentuk laporan keuangan. Terhadap Bapepam dan masyarakat, Emiten wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala setian setengah tahun berjalan dan pada akhir tahun buku perseroan yang terwujud dalam Laporan Keuangan Tengah Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan. Terhadap laporan keuangan yang disampaikan direksi bertanggungjawab atas laporan keuangan. Pertanggungjawaban atas laporan keuangan ditegaskan dalam angka 2 Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 yang menyatakan bahwa “Manajemen Emiten atau Perusahaan Publik bertanggung jawab atas penyusunan d an penyajian laporan keuangan”. Pertanggungjawaban direksi atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan serta kebenaran dan kelengkapan informasi dalam laporan keuangan dipertegas dengan pembuatan Surat Pernyataan Direksi Universitas Sumatera Utara tentang tanggung jawab direksi atas laporan keuangan dimana Direksi Emiten menyatakan: 171 1. Bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan; 2. Laporan keuangan yang telah disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku umum; 3. a. Semua informasi dalam laporan keuangan perusahaan telah dimuat secara lengkap dan benar; b. Laporan keuangan perusahaan tidak mengandung informasi atau fakta materil yang tidak benar, dan tidak menghilangkan informasi atau fakta material; 4. Bertanggung jawab atas sistem pengendalian intern dalam perusahaan. Pernyataan-pernyataan tersebut berkaitan dengan laporan keuangan. Pernyataan-pernyataan tersebut mempertegas kembali bahwa direksi selain bertanggung jawab atas laporan keuangan baik dari segi penyusunan dan penyajian laporan keuangan maupun dari segi kebenaran dan kelengkapan informasi dalam laporan keuangan termasuk mengenai pengendalian intern perseroan. 172 termasuk juga pernyataan yang dibuat oleh Direksi Emiten atau Perusahaan Publik bahwa laporan keuangan telah disusun dan disajikan sesuai 171 Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 dengan Salinan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-40PM2003, tentang tentang Tanggung Jawa Direksi Atas Laporan Keuangan, Lampiran 1 172 Press Release Penerbitan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11, hlm. 1 Universitas Sumatera Utara dengan standar akuntansi keuangan 173 Dengan kata lain Surat Pernyataan Direksi merupakan bentuk penegasan secara tertulis Pasal 69 ayat 3 UUPT dan angka 8 Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7. 174 Dalam Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 ditetapkan batas waktu penyampaian laporan keuangan berkala baik itu Laporan Keuangan Tengah Tahunan maupun Laporan Keuangan Tahunan. Batas waktu penyampaian Laporan Keuangan Tahunan adalah akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. 175 Sedangkan laporan keuangan tengah tahunan batas waktu penyampaian laporan tengah tahunan adalah: 176 1. Selambat-lambatnya pada akhir bulan pertama setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan, jika tidak disertai laopran akuntan; 2. Selambat-lambatnya pada akhir bulan kedua setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan, jika disertai laporan akuntan dalam rangka penelahaan terbatas; dan 173 Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7, loc.cit, Ketentuan Umum angka 1 huruf b dan angka 4. 174 Pasal 60 ayat 3 UUPT menyatakan bahwa “”Dalam hal laporan keuangan yang disediakan tidak benar dan atau menyesatkan, anggota direksi dan anggota dewan komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang diru gikan”. Angka 8 Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 dinyatakan bahwa “Manajemen Emiten atau Perusahaan Publik bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan”. 175 Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 dengan Salinan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP36PM2003, tentang kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, Angka 1 huruf a 176 Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 dengan Salinan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP36PM2003, tentang kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, Angka 1 huruf a Universitas Sumatera Utara 3. Selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal keuangan tengah tahunan, jika disertai laporan keuangan akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Berdasarkan ketentuan di atas, ada batas waktu penyampaian laporan keuangan. Jika Emiten terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan berkala tersebut kepada Bapepam akan ada sanksi yang diterima Emiten. Sanksi yang diberikan kepada Emiten yang terlamnat menyampaikan laporan keuangan atau melanggar salah satu ketentuan dalam peraturan ini adalah: 177 a. peringatan tertulis b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu c. pembatasan kegiatan usaha d. pembekuan kegiatan usaha e. pencabutan izin usaha f. pembatalan persetujuan g. pembatalan pendaftaran Karena adanya sanksi yang diberikan kepada Bapepam terhadap Emiten yang terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan menyebabkan ada beberapa Emiten yang menyampaikan laporan keuangan tersebut tepat waktu supaya tidak kena denda tetapi isi dari laporan keuangan tersebut tidak terlalu diperhatikan, apakah sudah benar atau belum ataukah sesuai atau tidak dengan PSAK, nantinya juga akan direvisi oleh Bapepam. 177 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, tentang Pasar Modal, Pasal 102 ayat 2 Universitas Sumatera Utara Keadaan seperti ini tidak dikehendaki oleh Bapepam. Bapepam menginginkan informasi yang dalam laopran keuangan yang disampaikan adalah benar dan akurat dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum jadi bukan lap oran keangan yang ”asal jadi”. Bapepam menginginkan laporan keuangan yang disampaikan Emiten tepat pada waktunya dengan syarat bahwa laporan keuangan yang disampaikan tersebut tidak asal jadi baik dari segi ataupun penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut. Maka Bapepam menganggap perlu ada suatu aturan yang mengatur supaya Emiten dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan tidak ”asal jadi”. Peraturan Bapepam tersebut tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan dengan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 dengan salinan keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-40PM2003 yang ditetapkan di Jakarta tanggal 22 Desember 2003 dan mulai berlaku untuk laporan keuangan yang berakhir 31 Desember 2003. Peraturan ini bertujuan untuk memaksimalkan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan dan meningkatkan profesionalisme baik dalam mengelola maupun mempertanggungjawabkan pengelolaan yang telah dilakukan guna terwujudnya suatu tata kelola perusahaan yang baik good corporate governmance. Dalam Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan mewajibkan Direksi Emiten untuk membuat pernyataan dalam Surat Pernyataan Direksi yang menyatakan bahwa direksi bertanggung jawab atas laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam Universitas Sumatera Utara baik dari segi kebenaran dan kelengkapan informasi dalam laporan keuangan maupun dari segi penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Surat Pernyataan Direksi ini dilekatkan dengan laporan keuangan Emiten yang disampaikan kepada Bapepam. Apabila terhadap laporan keuangan yang disampaikan ada yang tidak benar dan ataumenyesatkan yang mengakibatkan kerugian bagi pihak di luar perseroan maka pihak yang dirugikan tersebutt tidak dapat mengajukan Surat Pernyataan Direksi tersebut sebagai dasar tuntutan yang utama kepada Emiten yang diwakili oleh direksi Emiten tetapi sebagai tambahan daftar tuntutan yang diajukan pihak yang dirugikan tersebut. Dasar tuntutan yang dapat diajukan oleh pihak yang dirugikan adalah laporan keuangan itu sendiri sebagai bukti bahwa direksi telah lalaisalah dalam memberikan informasi dalam laporan keuangan keuangan maupun dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Selain laporan yang diajukan sebagai dasar tuntutan pihak yang dirugikan tersebut, pasal-pasal yang berkaitan dengan masalah laporan keuangan juga dapat dijadikan dasar tuntutan terhadap Emiten yang diwakili oleh direksi misalkan Pasal 69 ayat 3 UUPT dan Pasal 97 ayat 2 jo ayat 3 UUPT. Dalam Pasal 69 ayat 3 UUPT dinyatakan bahwa ”Dalam hal laporan keuangan yang disediakan tidak benar dan atau menyesatkan, anggota direksi dan komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan”. Pasal 69 ayat 3 dapat dijadikan salah satu dasar tuntutan pihak yang dirugikan tersebut kepada direksi Emiten karena memberikan informasi dalam laporan keuangan yang tidak benar dan atau menyesatkan. Ataukah Direksi Emiten dapat dijerat kepada Pasal Universitas Sumatera Utara 97 ayat 2 jo ayat 3 UUPT. Pasal 97 ayat 2 jo ayat 3 menyatakan bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan perseroan dan tanggung jawab secara pribadi apabila lalaisalah dalam menjalankan tugasnya. Pasal 97 ayat 2 jo ayat 3 UUPT juga dapat dijadikan dasar tuntutan pihak yang dirugikan tersebut kepada Direksi Emiten. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban Direksi Emiten mengenai keadaan keuangan Emiten dalam arti penyusunan laporan keuangan bagian dari laporan tahunan menjadi salah satu bagian dari tugas kepengurusan direksi. Setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya untuk kepentingan perseroan dan bertanggung jawab secara pribadi apabila lalaisalah dalam menjalankan tugasnya. 178 Pada saat penyusunan laporan keuangan wajib dilakukan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Jika laporan keuangan yang informasinya tidak benar dan atau menyesatkannya yang mengakibatkan kerugian bagi pihak di luar perseroan ataukah ada perubahan dari isi laporan keuangan yang snagat substansial ataukah penyusunan tidak sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku umum maka Pasal 97 ayat 2 jo ayat 3 UUPT juga dapat dijadikan dasar tuntutan pihak yang dirugikan tersebut karena tidak itikad baik dan penuh tanggung jawab direksi dalam menjalankan tugas sebagai manajemen perseroan untuk kepentingan perseroan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Surat Pernyataan Direksi hanya sebagai 178 Pasal 97 ayat 2 jo ayat 3 UUPT Universitas Sumatera Utara tuntutan tambahan dari segala macam tuntutan yang disampaikan pihak yang dirugikan. Dengan dibuatnya Surat Pernyataan Direksi oleh Direksi Emiten diharapkan agar direksi lebih aware baik pada saat penyusunan dan penyajian laporan keuangan, memberikan informasi dalam laporan keuangan maupun pasa saat menyampaikan laporan keuangan kepada pihak di luar perseroan. Apabila ada informasi yang tidak benar dan atau menyesatkan yang menimbulakn kerugian kepada pihak di luar perseroan ataukah ada perubahan dari isi laporan keuangan yang sangat substansial ataukah penyusunannya tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum maka akan ada akibat hukum yang diterima oleh Emiten. Jadi aware mengacu pada kehatian-hatian direksi dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan maupun dalam memberikan informasi mengenai laporan keuangan karena adanya sanksi yang akan diterima Emiten yang diwakili direksi. Pada saat menyampaikan Surat Pernyataan Direksi, apabila ada informasi yang tidak benar dan atau menyesatkan yang menimbulkan kerugian kepada pihak di luar perseroan ataukah ada perubahan dari isi laporan keuangan yang sangat substansial ataukah penyusunannya tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum maka dengan Surat Pernyataan Direksi yang disampaikan bersama- sama dengan laporan keuangan direksi menyatakan bahwa direksi siap bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan. Karena yang membuat Surat Pernyataan Direksi dalam aturan ini adalah Direksi Emiten maka pertanggungjawaban direksi atas keempat pernyataan Universitas Sumatera Utara tersebut adalah tanggung renteng antar sesama anggota direksi. Ditunjuknya direktur utama dan direktur keuangan hanya mempermudah pelaksanaan aturan ini dalam menyampaikan laporan keuangan kepada Bapepam sedangkan tanggung jawabnya tetap renteng antar para anggota direksi. Dalam hal laporan keuangan telah diauditditelaah secara terbatas maka pertanggungjawaban direksi atas 4 empat pernyataan tersebut berlaku sampai tanggal pendapat akuntan 179 sedangkan terhadap laporan keuangan yang tidak diaudit maka pertanggungjawabannya hanya sampai dengan tanggal penyampaian surat pernyataan tersebut. 180 Surat pernyataan yang dibuat wajib dilekatkan pada laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam 181 sehingga pembuatan surat pernyataan dilakukan 2 dua kali yakni pada saat penyampaian laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahun. Apabila terjadi pelanggaran terhadap salah satu ketentuan dalam peraturan ini Bapepam akan mengenakan sanksi terhadap para pihak yang melakukan pelanggaran tersebut dengan tidak mengurangi ketentuan pidana dibidang Pasar Modal. 182 179 Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 dengan Salinan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-40PM2003, tentang tentang Tanggung Jawa Direksi Atas Laporan Keuangan, angka 6 180 Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 dengan Salinan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-40PM2003, tentang tentang Tanggung Jawa Direksi Atas Laporan Keuangan, angka 7 181 Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 dengan Salinan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-40PM2003, tentang tentang Tanggung Jawa Direksi Atas Laporan Keuangan, angka 5 182 Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 dengan Salinan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-40PM2003, tentang tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan, angka 8 Universitas Sumatera Utara

G. Penentuan Fakta Material dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik