Efektivitas Penggunaan Screen Pada Monitor Komputer Untuk Mengurangi Kelelahan Mata Pekerja Call Centre Di PT. Indosat NSR Tahun 2008

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN

SCREEN

PADA MONITOR

KOMPUTER UNTUK MENGURANGI KELELAHAN MATA

PEKERJA

CALL CENTRE

DI PT INDOSAT NSR

TAHUN 2008

TESIS

Oleh

IIS FAIZAH HANUM

067010009/KK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

Judul Tesis : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SCREEN PADA MONITOR KOMPUTER UNTUK MENGURANGI KELELAHAN MATA PEKERJA CALL CENTRE DI PT INDOSAT NSR TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Iis Faizah Hanum Nomor Pokok : 067010009

Program Magister : Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, MKes) (dr. Beby Parwis Sp.M)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(3)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SCREEN PADA MONITOR KOMPUTER UNTUK MENGURANGI KELELAHAN MATA PEKERJA CALL CENTRE

DI PT INDOSAT NSR TAHUN 2008

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (MKes)

Dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

IIS FAIZAH HANUM 067010009/KK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 15 Agustus 2008

=============================================================

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, MKes Anggota : 1. dr. Beby Parwis Sp.M

2. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK 3. Ir. Kalsum, MKes


(5)

PERNYATAAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SCREEN PADA MONITOR KOMPUTER UNTUK MENGURANGI KELELAHAN MATA PEKERJA CALL CENTRE

DI PT INDOSAT NSR TAHUN 2008

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 15 Agustus 2008


(6)

ABSTRAK

Bagian Call Centre PT Indosat NSR menuntut pekerjanya untuk bekerja selama 9 jam per hari dengan istirahat selama 1 jam (15 menit dan 45 menit). Waktu kerja yang lama di depan komputer menyebabkan pekerja Call Centre sangat berisiko terkena sindrom kelelahan mata. Berbagai usaha untuk mengurangi kelelahan mata pada pekerja Call Centre telah dilakukan, namun penggunaan screen filter masih belum dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas penggunaan screen untuk mengurangi kelelahan mata pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama dan terus-menerus.

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen, one group before and after design, dengan intervensi penggunaan screen pada monitor komputer. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja Call Centre PT Indosat NSR yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran langsung menggunakan metode Photostress Recovery Test, dan waktu pemulihan mata atau Recovery Time (RT) merupakan indikator kelelahan mata. Data dianalisis dengan menggunakan uji t berpasangan, korelasi dan regresi pada tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan screen pada monitor komputer dapat menurunkan kelelahan mata sebesar 54,62% pada mata kanan dan 46,23% pada mata kiri. Uji statistik menghasilkan perbedaan yang signifikan antara kelelahan mata sebelum pekerja bekerja dengan screen dibandingkan dengan setelah pekerja bekerja menggunakan screen. Diharapkan kepada perusahaan agar lebih memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan bekerja dengan komputer, dalam hal ini kesehatan mata dengan menyediakan dan menggunakan screen pada monitor komputer khususnya jika bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus.


(7)

ABSTRACT

Call Centre Section in PT Indosat NSR requires its employees to work for 9 hours per day with the break time of 1 hour (i.e. 15 minutes and 45 minutes). A continuous long time of working in front of computers causes the staffs in Call Centre Section have a high risk of getting eye fatigue syndrome. A lot of efforts to reduce eye fatigue on the member staffs of Call Centre Section have been carried out, but there has been no attempt to use screen filters to minimize it. This research is aimed to examine the effectiveness of using screen to lower eye fatigue on the computer operators who are working in front of computers continuously for a long period of time.

The type of this research is quasi-experiment, i.e. one group before and after design, with the intervention of attaching screen on the computer monitors. The population of this research is all staff members in Call Centre Section in PT Indosat NSR, who meet inclusion criteria. The data were collected by direct measurement using Photo-stress Recovery Test method, and Recovery Times were used as eye fatigue indicator. Data obtained were analyzed using Paired Sample t-Test, Correlation, and Regression Analysis with 95% level of confidence.

The results of research show that the use of screens on the computer monitors was able to reduce eye fatigue up to 54.62% for the right eyes and 46.23% for the left eyes. Statistical test proves that there is a significant difference in eye fatigue between those who are working on the computer monitors with screens and those who are working on the computer monitors without screens. Hence, it is recommended to the companies to consider the health and safety aspects of the employees who are working with computers, in this case is the aspects of eye health and safety by providing and using screens on the computer monitors, particularly if they are working in front of computers constantly for relatively long time.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT semata yang telah memberikan begitu banyak kenikmatan, rahmat, dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Erna Mutiara, MKes dan dr. Beby Parwis Sp.M selaku dosen pembimbing, atas semua dukungan dan bimbingannya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat sekaligus dosen pembanding, serta Ir. Kalsum MKes atas semua saran dan masukannya untuk penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Ibu Emi Wakhyuni SE selaku Koordinator Call Centre PT Indosat NSR dan seluruh pekerja Call Centre yang telah bersedia memfasilitasi dan membantu penulis sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Terima kasih dan cinta yang sedalam-dalamnya penulis haturkan untuk suami penulis Khairul Rahmi B. Eng(Hons)


(9)

MSc(Eng), putra-putri tercinta, dan kedua Orang Tua penulis, yang selalu mendo’akan, membantu, memberi semangat, bersabar, dan telah begitu banyak berkorban untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Terima kasih tidak terhingga juga penulis ucapkan kepada teman-teman di Puskesmas Pembantu Tanjung Sari, teman-teman angkatan 2006 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membantu seluruh proses penulisan tesis.

Akhir kata, penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.

Medan, Agustus 2008.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Iis Faizah Hanum, yang lahir di Jakarta pada tanggal 6 Juli tahun 1966, beragama Islam, dan bertempat tinggal di Jalan Pasar I Gang Palapa No. 6 B Tanjung Sari Medan

Penulis melaksanakan pendidikan dasar di SDN Asam Lama Pagi Jakarta sejak tahun 1972, dan menamatkannya pada tahun 1977. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di SMPN 40 Jakarta dan menamatkannya pada tahun 1981. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di SMAN 4 Jakarta, dan tamat pada tahun 1984. Pada tahun 1984 penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Jakarta, dan menamatkannya pada tahun 1989. Kemudian pada tahun 2006 penulis melanjutkan studinya ke pendidikan pascasarjana di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja, dan lulus pada tahun 2008.

Sejak tahun 1992, penulis bekerja sebagai dokter gigi puskesmas. Tahun 1992 - 2000 penulis bekerja di Puskesmas Paya Lombang, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang. Tahun 2000 sampai sekarang penulis bekerja di Puskesmas Pembantu Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Medan.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ………... iii

RIWAYAT HIDUP ……….. v

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ………... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 4

1.3 Tujuan Penelitian ……….... 5

1.4 Hipotesis Penelitian ……….... 5

1.5 Manfaat Penelitian ……….. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Kelelahan ……….... 7

2.2 Mata ……….... 8

2.3 Komputer ... 14

2.4 Screen ... 17

2.5 Landasan Teori ... 18

2.6 Kerangka Konsep ... 20

BAB 3 METODE PENELITIAN... 21

3.1 Jenis Penelitian ………... 21

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ………... 23

3.6 Pelaksanaan Penelitian ……….... 24

3.7 Metode Pengukuran ……….... 25


(12)

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 27

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 27

4.2 Analisis Univariat ... 28

4.3 Analisis Bivariat ... 32

BAB 5 PEMBAHASAN ... 42

5.1 Keterbatasan Penelitian ... 42

5.2 Pembahasan ... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 52

6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ………... 54


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Call Centre

PT Indosat NSR ... 29 4.2 Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata Responden di Call Centre

PT Indosat NSR ... 31 4.3 Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata (RT) Responden di Call Centre

PT Indosat NSR terhadap Nilai RTN ... 32 4.4 Ditribusi Rata-Rata Recovery Time (RT) Mata Kanan dan Mata

Kiri Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 33 4.5 Analisis Korelasi RT Mata Kanan dan RT Mata Kiri Sebelum

dan Sesudah Intervensi ... 34 4.6 Analisis Korelasi RT dan VFI Sebelum Intervensi ... 35 4.7 Analisis Korelasi dan Regresi VFI dengan Umur dan Masa Kerja... 36 4.8 Distribusi Rata-Rata VFI Menurut Jenis Kelamin ... 37 4.9 Analisis Korelasi dan Regresi RT Mata Kanan dengan Umur dan

Masa Kerja ... 38 4.10 Analisis Korelasi dan Regresi RT Mata Kiri dengan Umur dan

Masa Kerja ... 39 4.11 Distribusi Rata-Rata RT Mata Kanan Menurut Jenis Kelamin ... 40 4.12 Distribusi Rata-Rata RT Mata Kiri Menurut Jenis Kelamin ... 41


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Anatomi Mata ... 10 2.2 Landasan Teori ... 19 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 20 3.1 Skema Penelitian Efektivitas Penggunaan Screen Untuk Mengurangi


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Jadwal Penelitian ... 58

2. Surat Pernyataan ... 59

3. Kuesioner ... 60


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan umum pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada pembentukan tenaga profesional yang mandiri, beretos kerja tinggi, dan merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada peningkatan, pembentukan, dan pengembangan pekerja yang berkualitas, produktif, efisien, dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan, memperluas lapangan pekerjaan, serta kesempatan usaha (Nuwa Wea, 2003).

Diantara berbagai permasalahan yang menonjol dalam kehidupan modern saat ini dan belum dikendalikan dengan baik adalah masalah kelelahan kerja. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda–beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka dkk, 2004).

Era perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer. Umumnya 80% pekerjaan kantor diselesaikan dengan memanfaatkan komputer. Peran komputer yang sangat luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer menyebabkan para pekerja menghabiskan waktunya di depan komputer sedikitnya 3 jam sehari. The


(17)

University of North Carolina at Asheville mengelompokan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja sebagai berikut :

1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu kerja 4 jam sehari secara terus–menerus.

2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama waktu kerja antara 2–4 jam sehari secara terus–menerus.

3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama waktu kerja kurang dari 2 jam sehari secara terus–menerus.

Meskipun sudah banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pemakaian komputer, namun belum banyak yang menyadari bahwa pemakaian komputer juga dapat menimbulkan masalah tersendiri, terutama bila bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus–menerus.

Menurut Sheedy (2004), sering dan lamanya seseorang bekerja dengan komputer, dapat mengakibatkan keluhan serius pada mata. Keluhan yang sering diungkapkan oleh pekerja komputer adalah :

a. kelelahan mata yang merupakan gejala awal b. mata terasa kering

c. mata terasa terbakar d. pandangan menjadi kabur e. penglihatan ganda

f. sakit kepala


(18)

Rangkaian keluhan yang diawali dengan adanya keluhan kelelahan mata tersebut sering disebut dengan Computer Vision Syndrome ( CVS ).

CVS dapat diakibatkan karena berkurangnya aliran air mata ke mata atau disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau dari monitor. Saat kita menatap komputer, maka kedipan mata berkurang sebesar 2/3 kali dibandingkan kondisi normal, yang mengakibatkan mata menjadi kering, teriritasi, tegang, dan lelah. Pencahayaan dari komputer yang tidak tepat juga akan mengakibatkan ketegangan dan kelelahan pada mata.

Survei yang dilakukan oleh American Optometric Association (AOA) tahun 2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika sangat serius dengan permasalahan mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. AOA dan Federal Occupational Safety and Health Administration meyakini bahwa Computer Vision Syndrome, di masa datang akan menjadi permasalahan yang mengkhawatirkan. Keluhan CVS ternyata jauh lebih banyak dibandingkan dengan keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Sheedy, 2004).

Bagian Call Centre PT Indosat North Sumatera Region (NSR), memiliki pekerja sebanyak 59 orang. Keseluruhan pekerja dibagi atas 4 shift yang masing– masing bekerja dengan menggunakan komputer secara terus–menerus selama 9 jam per hari, dengan istirahat selama 1 jam (15 menit dan 45 menit). Dari keseluruhan waktu shift kerja, waktu antara pukul 13.00 – pukul 22.00 adalah waktu dengan tingkat kesibukan tertinggi. Usia pekerja berkisar antara 20-28 tahun. Pendidikan


(19)

pekerja bervariasi antara DIII sampai S1. Jumlah pekerja laki-laki sebanyak 32 orang, sedangkan jumlah pekerja perempuan sebanyak 27 orang.

Dari observasi awal yang dilakukan, secara umum desain stasiun kerja pada bagian Call Centre sudah cukup baik. Perancangan stasiun kerja dibuat dengan menggunakan jasa konsultan. Dinding stasiun kerja dibalut dengan wall paper bergambar pepohonan hijau dan bunga–bunga, cat dinding berwana krem yang teduh, hiasan berupa akuarium berisi ikan yang menarik, dan ruang sejuk ber AC, membentuk suasana kerja yang nyaman. Namun waktu berinteraksi dengan komputer yang cukup lama, sangat potensial menyebabkan terjadinya keluhan pada mata yang berakibat pada penurunan produktivitas kerja. Seluruh pekerja Call Centre di PT Indosat NSR masih menggunakan monitor jenis CRT yang memiliki efek radiasi dan silau yang cukup tinggi. Keluhan mata pedih dan lelah diungkapkan oleh beberapa pekerja. Penanggulangan efek silau dari cahaya monitor yang ternyata dapat mengakibatkan berbagai gejala CVS, seperti menggunakan screen (layar anti silau), masih belum dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Pekerja yang bekerja terus menerus di depan komputer, sangat berisiko terkena sindrom kelelahan mata yang dikenal dengan Computer Vision Syndrome. Berbagai usaha untuk mengurangi dampak CVS pada pekerja Call Centre PT Indosat NSR telah dilakukan seperti pengaturan pencahayaan ruangan, akan tetapi keluhan kelelahan mata tetap terjadi. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mereduksi


(20)

risiko CVS, seperti pengaturan stasiun kerja, namun penelitian tentang penggunaan filter anti silau (screen) yang diduga dapat mereduksi efek silau monitor hingga 95%, masih belum dilakukan. Berangkat dari permasalahan di atas, peneliti ingin mengetahui efektivitas penggunaan screen untuk mengurangi risiko CVS.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui prevalensi kelelahan mata pada pekerja yang berhubungan langsung dengan komputer dalam jangka waktu lama secara terus–menerus. 2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan screen dalam mengurangi

kelelahan mata.

1.4 Hipotesis Penelitian

Penggunaan screen pada monitor komputer dapat mengurangi kelelahan mata pekerja Call Centre PT Indosat NSR.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui manfaat screen dalam meningkatkan produktivitas kerja, yang ditandai dengan berkurangnya keluhan kelelahan mata.


(21)

2. Rekomendasi bagi pemerintah, perusahaan, maupun pengguna komputer secara pribadi untuk lebih memperhatikan hal–hal yang dapat mencegah kelainan lebih lanjut pada organ penglihatan.

3. Bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar dalam menganalisis solusi terbaik mengatasi kelelahan mata pada komputer.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelelahan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat terdapat terdapat sistem aktifasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda–beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka dkk, 2004).

Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot, sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab–sebab mental, status kesehatan dan gizi (Grandjean,1993, dalam Tarwaka dkk, 2004).

Kontraksi kuat otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Kelelahan ini diakibatkan oleh ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut-serabut otot untuk melanjutkan suplai output kerja yang sama, karena kekurangan ATP (Guyton, 1992).


(23)

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja (Tarwaka dkk, 2004). Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata–rata panjang waktu yang diambil untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas (Nurmianto, 2004).

Menurut Tarwaka dkk (2004), terdapat dua teori kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot. Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan saraf melalui saraf sensorik yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat otak dalam mengendalikan gerakan, sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot, sehingga gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Semakin lambat gerakan seseorang menunjukkan semakin lelah kondisi ototnya

2.2 Mata

2.2.1 Anatomi Mata

Sebagai indera penglihatan, mata mempunyai fungsi penting dalam mengidentifikasi segala bentuk rangsang visual yang kemudian diteruskan ke otak


(24)

untuk diterjemahkan dalam bentuk respon. Dalam hal ini, mata berfungsi sebagai pengirim pesan.

Menurut Ilyas (2003), mata terdiri atas 6 bagian, yaitu :

1. Kelopak mata (Palpebra) yang berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata juga berperan dalam mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk lapisan air mata di depan kornea.

2. Sistem sekresi air mata (Sistem Lacrimal) untuk menjaga agar kornea tetap bersih, lembab, dan bebas kuman.

3. Conjungtiva, yaitu membran yang menutupi sclera dan kelopak mata bagian belakang

4. Bola mata yang terdiri atas 3 lapis jaringan yaitu :

a. Sclera yang merupakan jaringan terluar yang melindungi bola mata. Bagian terluar sclera disebut kornea yang bersifat transparan untuk memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.

b. Uvea yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris terdapat pupil yang berfungsi untuk mengatur jumlah sinar yang masuk ke dalam bola mata.

c. Retina yang berfungsi mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik yang akan diteruskan ke otak.

5. Rongga orbita yaitu rongga tempat bola mata.


(25)

Gambaran anatomi mata dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Anatomi Mata

Secara ilmiah, mata memiliki tiga fungsi utama yaitu : 1. Menerima cahaya/sensasi cahaya

2. Membedakan bentuk/sensasi bentuk 3. Menerima warna/sensasi warna


(26)

2.2.2 Kelelahan Mata

Kelelahan mata dapat terjadi jika mata fokus kepada objek berjarak dekat, dalam waktu lama. Hal ini disebabkan karena otot–otot mata harus bekerja lebih keras untuk melihat objek berjarak sangat dekat, terutama jika disertai dengan pencahayaan yang menyilaukan.

Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau Astenophia yaitu kelelahan okular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada mata dan sakit kepala sehubungan dengan penggunaan mata secara intensif. Keletihan visual menggambarkan seluruh gejala–gejala yang terjadi sesudah stress berlebihan terhadap setiap fungsi mata, diantaranya adalah tegang otot siliaris yang berakomodasi saat memandang objek yang sangat kecil dalam jarak yang sangat dekat.

Terdapat tiga jenis Astenophia yaitu Astenophia Acomodatif, Astenophia Musculer, dan Astenophia Neurastenik. Astenophia pada operator komputer merupakan Astenophia Acomodatif yang disebabkan oleh kelelahan otot siliaris.

Pada keadaan normal, cahaya yang datang dari jarak tidak terhingga akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan. Hal ini diakibatkan oleh adanya daya akomodasi mata yang bila benda didekatkan, maka bayangan benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Mata akan berakomodasi untuk melihat jelas benda pada jarak yang berbeda-beda sehingga bayangan benda akan tetap terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliaris (Ilyas, 2003).


(27)

Saat seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan mata harus berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata menyebabkan daya akomodasi menurun. Terdapat beberapa gejala kelelahan mata yaitu :

a. Gejala okular; merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman, panas, sakit, cepat lelah, merah, dan berair (Asyari, 2002)

b. Gejala visual; terjadi karena mata mengalami gangguan untuk memfokuskan bayangan pada retina. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya. Kelelahan ini akan menyebabkan penglihatan ganda atau kabur. Penglihatan yang kabur biasanya berkaitan dengan akomodasi, karena otot siliaris gagal untuk memfokuskan atau mengalami kejang dan kelelahan (Asyari,2002). Ketajaman penglihatan juga dapat menurun sewaktu-waktu, terutama pada saat keadaan daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelelahan (Mangunkusumo, 2002)

c. Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah rasa sakit kepala, sakit punggung, pinggang, dan vertigo (Mangunkusumo, 2002).

Menurut Mangunkusumo (2002), kelelahan mata juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan atas faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor-faktor tersebut yaitu :


(28)

1. Faktor okular, yaitu kelainan mata berupa Ametropia dan Heteroforia. Ametropia adalah kelainan refraksi pada mata kiri dan kanan tetapi tidak dikoreksi. Heteroforia merupakan kelainan dimana sumbu penglihatan dua mata tidak sejajar sehingga kontraksi otot mata untuk mempertahankan koordinasi bayangan yang diterima dua mata menjadi satu bayangan, lebih sulit. Apabila hal ini berlangsung lama, akan terjadi kelelahan mata.

2. Faktor konstitusi, adalah faktor yang disebabkan oleh keadaan umum seperti tidak sehat atau kurang tidur.

b. Faktor Ekstrinsik; yang terdiri atas :

1. Kuantitas iluminasi; cahaya yang berlebihan dapat menimbulkan silau, pandangan terganggu , dan menurunnya sensitivitas retina.

2. Kualitas iluminasi; meliputi kontras, sifat cahaya (flicker), dan warna. Kontras berlebihan atau kurang, cahaya berkedip atau menimbulkan flicker, dan warna-warna terang, akan menyebabkan mata menjadi cepat lelah

3. Ukuran objek yang dilihat; objek berukuran kecil memerlukan penglihatan dekat, sehingga membutuhkan kemampuan akomodasi yang lebih besar. Jika hal ini terjadi terus-menerus, mata menjadi cepat lelah.

4. Waktu kerja; waktu kerja yang lama untuk melihat secara terus-menerus pada suatu objek, dapat menimbulkan kelelahan mata.


(29)

Diagnosis terjadinya kelelahan mata dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan objektif. Dari anamnesa diketahui adanya keluhan seperti penglihatan kabur, penglihatan ganda, mata terasa perih, panas dan berair. Pada pemeriksaaan objektif ditemukan adanya penurunan kemampuan akomodasi berupa peningkatan atau pemanjangan punctum proksimum yang berarti menurunnya amplitudo akomodasi.

2.3 Komputer

2.3.1 Monitor Komputer

Komputer terdiri dari Central Processing Unit (CPU) dan Visual Display Terminal (VDT). VDT merupakan bagian yang paling berpengaruh terhadap kesehatan mata pekerja pengguna komputer. VDT adalah alat untuk presentasi visual dan informasi yang disimpan secara elektronik.

Cara kerja VDT umumnya berdasarkan penggunaan sebuah Cathode Ray Tube (CRT) dan layar yang berfungsi seperti televisi. Terdapat VDT jenis lain yang menggunakan plasma dan Electroluminace (ELD) atau Liquid Crystal Display (LCD) yang kini mulai banyak dipergunakan.

VDT dengan CRT terdiri atas katoda yang berfungsi sebagai sumber elektron untuk mengatur intensitas sinar elektron, dan satu seri anoda yang terdiri atas dua atau tiga anoda, yang berfungsi untuk mempercepat, memfokuskan dan mengatur sinar elektron.


(30)

Cara kerja CRT yaitu elektron yang bermuatan negatif ditembakkan oleh katoda dari arah belakang tabung dan akan diakselerasi ke permukaan gelas tabung yang dilapisi fosfor oleh tegangan tinggi yang bermuatan positif (anoda). Berkas elektron ini difokuskan sehingga berbentuk bulat dan menyapu permukaan tabung secara horisontal dan vertikal dengan menggunakan coil. Iluminasi yang dipancarkan oleh VDT besarnya 791,28 lumen/m 2 sampai 4,396 lumen/m2 (Fauzia, 2004).

2.3.2 Pengaruh Komputer terhadap Kesehatan Mata

Menurut Jeffrey Anshell, Optometris di California, karakteristik layar/monitor komputer (VDT) dan kebutuhan bekerja dengan menggunakan komputer, dapat memicu timbulnya masalah mata dan penglihatan. Apabila kedua mata fokus pada satu titik dalam jangka waktu lama, lensa mata akan mengalami Stuck at that focal point , yang akan menyebabkan timbulnya keluhan kelelahan mata (Goldsborough, 2007).

Miller (2004) mengatakan bahwa keluhan mata akibat bekerja dengan menggunakan komputer dalam jangka waktu lama, yang dikenal dengan Computer Vision Syndrome (CVS) memiliki gejala-gejala meliputi :

1. mata lelah 2. sakit kepala 3. pandangan kabur 4. mata kering 5. mata terasa gatal


(31)

6. mata terasa terbakar

7. mata menjadi sensitif terhadap cahaya 8. pandangan ganda

9. sakit pada leher dan punggung.

Gejala–gejala di atas terkadang juga disertai dengan keluhan pusing, mual dan muntah.

Berbagai gejala yang timbul pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama selain diakibatkan oleh cahaya yang masuk ke bola mata, juga dikarenakan mata seorang pekerja komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan normal. Berkurangnya kedipan, menyebabkan mata menjadi kering dan terasa terbakar (Sitzman, 2005).

CVS dapat muncul segera setelah pemakaian komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam, namun ada yang baru muncul setelah beberapa hari kemudian.

VDT sebagai sumber cahaya menyebabkan rangsangan terhadap mata. Cahaya akan diterima oleh sel-sel photoreceptor retina dan selanjutnya akan dikonversikan menjadi energi bio-elektrik melalui siklus biokimiawi. Pada penelitian terdahulu telah dibuktikan bahwa perangsangan yang terus-menerus pada mata menimbulkan pemanjangan waktu pemulihan, dibuktikan dengan uji Photostress (Suardana, 2002).


(32)

2.3.3 Pengukuran Kelelahan Mata

Pengukuran kelelahan mata dilakukan dengan menggunakan Photostress Recovery Test. Photostress Test adalah suatu test yang mengevaluasi fungsi adaptasi retina sesudah suatu perubahan mendadak. Dasar pemeriksaan ini adalah bahwa reaksi fotokimia pada retina terhadap rangsangan cahaya tergantung pada metabolisme aktif sel retina dan hubungan sel photoreceptor dan retinal pigmen epithelium. Faktor utama yang menentukan keadaan adaptasi terang dan gelap di retina adalah peristiwa pemucatan dan resintesa pigmen penglihatan. Efek cahaya pada retina adalah memucatkan pigmen penglihatan (Marsida, 1999).

Pemeriksaan dilakukan dengan penyinaran menggunakan senter atau penlight berkekuatan 3 volt dengan jarak 2 cm dari mata. Stimulasi ini akan memucatkan 24% - 86% pigmen penglihatan (Marsida,1999).

2.4 Screen

Silau akibat cahaya yang dipancarkan dari komputer ataupun merupakan pantulan dari pencahayaan sekitar tempat kerja, seringkali tidak disadari oleh pekerja komputer dapat berkibat tidak baik terhadap kesehatan mata. Silau menyebabkan otot-otot mata untuk terus-menerus fokus terhadap tampilan yang ada di monitor komputer. Untuk menghindari silau, selain dengan pengaturan pencahayaan ruangan, dapat digunakan anti glare screen .


(33)

Anti glare screen atau screen anti silau, merupakan suatu alat yang dipasang pada monitor untuk mengurangi cahaya yang masuk ke dalam bola mata. Anti glare screen dapat mengurangi gejala–gejala yang timbul pada Computer Vision Syndrome.

Saat ini terdapat berbagai jenis anti glare screen yang beredar dipasaran, baik yang dapat digunakan untuk monitor CRT maupun LCD (Liquid Crystal Display). Bahan dasar anti glare screen dapat berupa kaca atau plastik.

2.5 Landasan Teori

Kelelahan mata dapat terjadi jika mata fokus kepada objek berjarak dekat dalam waktu lama, karena otot–otot mata harus bekerja lebih keras untuk melihat objek berjarak sangat dekat, terutama jika disertai dengan pencahayaan yang menyilaukan. Jika seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarma pada jarak dekat secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, mata harus berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata menyebabkan daya akomodasi menurun.

Menurut Mangunkusumo (2002), kelelahan mata dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu kelainan mata dan keadaan umum seseorang seperti tidak sehat atau kurang tidur, dan faktor ekstrinsik yang meliputi kuantitas iluminasi, kualitas iluminasi, ukuran objek, dan waktu kerja.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengurangi kelelahan mata pada pekerja yang bekerja dengan komputer secara terus-menerus dalam waktu lama. Hasnan (2002), meneliti efek senam mata untuk mengurangi kelelahan mata. Rustiati


(34)

(1999) melakukan intervensi pemberian waktu istirahat pendek dalam mengatasi kelelahan mata. Fauzia (2004) melakukan pengaturan lay out kerja sebagai upaya untuk mengurangi kelelahan mata. Penelitian tentang efek penggunaan screen untuk mengurangi kelelahan mata belum pernah dilakukan. Kuantitas iluminasi berlebihan dapat mengakibatkan silau dan menurunkan sensitivitas retina. Penggunaan screen diharapkan dapat mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata, sehingga mengurangi kelelahan mata. Skema landasan teori dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:

Faktor Ekstrinsik:

- kuantitas iluminasi - kualitas iluminasi - ukuran objek - waktu kerja

Faktor Intrinsik : - kelainan mata - kesehatan - kurang tidur

Penurunan Kelelahan Mata

- Senam Mata - Waktu Istirahat - Lay out kerja -Screen Kelelahan

Mata


(35)

2.6 Kerangka Konsep

Pada landasan teori telah diketahui adanya beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan untuk mengurangi kelelahan mata, namun penelitian tentang efek penggunaan screen masih belum dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui efektivitas penggunaan screen untuk mengurangi kelelahan mata (CVS). Kerangka konsep pada penelitian ini diterangkan dalam gambar 2.3 sebagai berikut :

Penurunan Kelelahan mata

(CVS) Penggunaan

Screen


(36)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen, one group before and after design, dengan intervensi penggunaan screen pada monitor komputer.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Call Centre PT Indosat NSR. Alasan dilakukan penelitian di lokasi ini adalah :

1. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis

2. Pada observasi awal, para pekerja rata–rata mengalami keluhan kelelahan mata seperti mata pedih dan lelah, terutama pada jam sibuk antara pukul 13.00 – pukul 22.00

3. Bagian Call Centre Indosat NSR merupakan unit kerja yang menuntut pekerjanya bekerja menggunakan monitor secara terus menerus dalam jangka waktu lama setiap hari.

3.2.2 Waktu Penelitian

Proses penelitian ini membutuhkan waktu 10 (sepuluh) bulan, mulai November 2007 s/d Agustus 2008.


(37)

3.3 Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja Call Centre di PT Indosat NSR yang berjumlah 59 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja Call Centre di PT Indosat NSR yang berjumlah 59 orang, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (total populasi).

Kriteria inklusi meliputi :

1. Responden yang bekerja menggunakan komputer secara rutin setiap hari. 2. Memiliki visus 6/6 (normal).

3. Kondisi kesehatan fisik responden secara umum saat penelitian sehat. 4. Bersedia menjadi responden selama penelitian.

Kriteria eksklusi meliputi:

1. Responden yang tidak hadir pada waktu pemeriksaan selama penelitian. 2. Menderita kelainan mata.

3. Menderita penyakit sistemik yang mempengaruhi stamina tubuh.

Jumlah pekerja Call Centre yang menjadi objek penelitian pada saat penelitian berlangsung dan memenuhi kriteria inklusi adalah 30 orang (50,8%), karena 27 orang memiliki visus tidak normal (>6/6), 1 orang tidak hadir karena sakit, dan 1 orang cuti bersalin.


(38)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui pengukuran langsung menggunakan metode Photostress Recovery Test. Validasi hasil pengukuran dilakukan dengan pemberian kuesioner tertutup Visual Fatigue Index

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel penelitian terdiri atas variabel independen (variabel bebas) yaitu penggunaan screen dan variabel dependen (terikat) yaitu kelelahan mata.

3.5.2 Definisi Operasional 3.5.2.1 Kelelahan Mata

Kelelahan mata adalah kelelahan pada mata yang diukur dengan metode Photostress Recovery Test setelah pekerja bekerja dengan komputer selama 9 jam dengan 1 jam istirahat (15 menit dan 45 menit), baik dengan atau tanpa penggunaan screen pada monitor komputer.

3.5.2.2 Screen

Screen yang digunakan dalam penelitian ini adalah screen dengan nama dagang SIGMA untuk monitor CRT ukuran 17 inchi dan 15 inchi, berbahan dasar kaca berwarna gelap.


(39)

3.6 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan 3 tahap, yaitu pre intervensi, intervensi, dan post intervensi. Skema penelitian ini dijelaskan pada gambar 3.1 sebagai berikut :

Penurunan Kelelahan Mata Penggunaan

Screen Kelelahan

Mata

Pre intervensi Intervensi Post Intervensi Gambar 3.1 Skema Penelitian Efektivitas Penggunaan Screen Untuk Mengurangi

Kelelahan Mata

3.6.1 Pre Intervensi

Penelitian diawali dengan intervensi berupa :

1. Memberi penjelasan kepada pekerja tentang tujuan penelitian dan jalannya penelitian.

2. Melakukan wawancara dan pemeriksaan visus untuk memperoleh kriteria inklusi.

3. Menyingkirkan kriteria eksklusi.

4. Setelah diperoleh sampel, dilakukan pengukuran kelelahan mata pada sampel setelah sampel bekerja dengan komputer selama 9 jam.

3.6.2 Intervensi

Sesudah dilakukan pengukuran kelelahan mata sampel setelah bekerja dengan komputer selama 9 jam pada tahap pre intervensi, dilakukan tahap intervensi yaitu :


(40)

2. Memasangkan screen pada layar monitor komputer yang digunakan sampel selama 9 jam.

3.6.3 Post Intervensi

Setelah sampel bekerja dengan komputer yang monitornya menggunakan screen selama 9 jam, dilakukan tahap post intervensi yaitu :

1. Melakukan pengukuran kelelahan mata setelah sampel bekerja dengan komputer yang menggunakan screen pada monitor selama 9 jam.

2. Dilakukan pada hari yang sama dengan kegiatan intervensi

3.7 Metode Pengukuran

Pengukuran kelelahan mata dilakukan dengan metode Photostress Recovery Test. Setelah sampel bekerja menggunakan komputer selama 9 jam, dilakukan pemeriksaan Photostress Test. Mata sampel disinari dengan lampu senter atau penlight berkekuatan 3 volt dengan jarak 2 cm di depan kornea mata selama 10 detik. Segera setelah lampu senter dimatikan, sampel diminta membaca huruf pada kartu Snellen dari jarak 6 meter, satu tingkat lebih tinggi dari tajam penglihatan terbaik yang diukur sebelum bekerja. Lama waktu yang diperlukan sejak lampu senter dimatikan sampai dengan kembalinya kemampuan untuk membaca minimal 3 huruf pada tingkat yang telah ditentukan tersebut, disebut Recovery Time (RT), yang dihitung menggunakan stopwatch dalam detik. Perbedaan RT antara sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan efektivitas perlakuan. Iluminasi lampu senter


(41)

dikontrol sebelum pemeriksaan dan selalu mengganti baterai (Alkaline) setelah pemeriksaan 5 sampel.

3.8 Metode Analisis Data

Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan komputer. Analisis statistik yang dilakukan meliputi :

1. Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti.

2. Analisis bivariat untuk menguji apakah ada perbedaan bermakna kelelahan mata antara sebelum dan sesudah penggunaan screen. Uji statistik dilakukan dengan uji t berpasangan pada g5%. Untuk melihat hubungan antara umur dan masa kerja dengan kelelahan mata digunakan uji korelasi dan regresi, sedangkan untuk melihat pengaruh jenis kelamin terhadap kelelahan mata digunakan uji t independen.


(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

PT Indosat merupakan perusahaan jasa telekomunikasi yang telah beroperasi selama 40 tahun di Indonesia, dan berkantor pusat di Jakarta. Cabang Sumatera Utara beroperasi sejak tahun 1984, sedang bagian Call Centre baru beroperasi sejak 4 tahun yang lalu. PT Indosat yang memiliki visi menjadi penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi terpadu berfokus selular/nirkabel yang terkemuka di Indonesia, meluncurkan produk-produk utamanya yaitu Matrix, Mentari, IM3, SLI 001, SLI 008, dan Star One.

Call Centre PT Indosat NSR merupakan bagian yang menyediakan jasa layanan konsumen, dengan 59 pekerja yang siap memberikan layanan mulai pukul 07.00 sampai pukul 22.00. Keseluruhan pekerja dibagi atas 4 shift yang masing– masing bekerja dengan menggunakan komputer secara terus–menerus selama 9 jam per hari, dengan istirahat selama 1 jam (15 menit dan 45 menit). Gambaran waktu kerja di Call Centre PT Indosat NSR yang berlangsung selama 7 hari dengan 4 shift kerja adalah sebagai berikut :

a. Shift 1 : pukul 07.00 – 16.00 b. Shift 2 : pukul 07.30 – 16.30 c. Shift 3 : pukul 09.00 – 18.00 d. Shift 4 : pukul 13.00 – 22.00


(43)

Pekerja yang berkerja pada shift pagi sampai sore, seluruhnya adalah perempuan, sedang pekerja yang bekerja pada shift siang sampai malam seluruhnya adalah laki-laki. Dari keseluruhan waktu shift kerja, waktu antara pukul 13.00 – pukul 22.00 adalah waktu dengan tingkat kesibukan paling tinggi. Umur pekerja berkisar antara 20-28 tahun. Jumlah pekerja laki-laki sebanyak 32 orang, sedangkan jumlah pekerja perempuan sebanyak 27 orang.

Disain stasiun kerja pada bagian Call Centre sudah cukup baik. Dinding stasiun kerja dibalut dengan wall paper bergambar pepohonan hijau dan bunga– bunga, cat dinding berwana krem yang teduh, hiasan berupa akuarium berisi ikan yang menarik, pencahayaan lebih kurang 300 lux, dan ruang sejuk bersuhu antara 24ûC - 26ûC, membentuk suasana kerja yang nyaman. Meja kerja antara pekerja yang satu dengan yang lainnya diberi sekat setinggi lebih kurang 50 cm, yang cukup memberikan kenyamanan dan privasi. Jarak antara satu pekerja dengan pekerja di sebelah kanan dan kirinya adalah 1 meter. Kursi kerja yang adjustable dilengkapi dengan bantalan kursi di bagian lumbar, membantu mengurangi keluhan low back pain. Setiap pekerja bekerja dengan satu perangkat komputer, lengkap dengan headset.

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Normalitas data diuji dengan


(44)

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa semua variabel berdistribusi normal.

4.2.1 Karakteristik Responden

Dari 59 orang pekerja di Call Centre PT Indosat NSR, yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Distribusi frekuensi karakteristik responden penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Call Centre PT Indosat NSR

Variabel N % Umur

< 26 tahun 13 43,33

≥ 26 tahun 17 56,67

Masa Kerja

< 2 tahun 14 46,67

≥ 2 tahun 16 53,33

Jenis Kelamin

Perempuan 13 56,67

Laki-laki 17 43,33

Umur responden yang bekerja di Call Centre PT Indosat NSR berkisar antara 22 tahun sampai 28 tahun, dengan rata-rata umur 26 tahun, dan standar deviasi 1,81


(45)

tahun. Dari 30 orang pekerja yang menjadi responden, sebanyak 56,67% pekerja berusia lebih atau sama dengan 26 tahun.

Masa kerja responden yang bekerja di Call Centre PT Indosat NSR bervariasi antara 3 bulan sampai 5 tahun, dengan rata-rata masa kerja 2 tahun dan standar deviasi 1,21 tahun. Dari 30 orang responden yang bekerja di Call Centre PT Indosat NSR, sebanyak 46,67% pekerja memiliki masa kerja kurang dari 2 tahun, sedangkan sebanyak 53,33% pekerja telah bekerja dengan masa kerja lebih atau sama dengan 2 tahun.

Call Centre PT Indosat NSR memiliki pekerja laki-laki lebih banyak dari pekerja perempuan. Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa dari 30 orang responden yang bekerja di Call Centre PT Indosat NSR, sebanyak 17 orang pekerja (56,67%) adalah laki-laki, dan 13 orang pekerja (43,33%) adalah perempuan.

4.2.2 Kelelahan Mata Responden

Hasil penilaian kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) terhadap 30 orang pekerja Call Centre PT Indosat NSR yang menjadi responden menunjukkan bahwa nilai VFI terendah adalah 0,22 dan nilai VFI terbesar adalah 0,56 dengan rata-rata nilai VFI adalah 0,4. Nilai VFI ≥ 0,4 menunjukkan bahwa pekerja mengalami kelelahan mata setelah bekerja menggunakan komputer secara terus-menerus.

Distribusi frekuensi kelelahan mata responden yang bekerja di Call Centre PT Indosat NSR yang dinilai dari kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :


(46)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata Responden di Call Centre PT Indosat NSR

VFI N %

≥ 0,4 19 63,33

< 0,4 11 36,67

Jumlah 30 100,00

Dari 30 orang pekerja Call Centre PT Indosat NSR yang menjadi responden, 19 orang pekerja (63,33%) mengeluh mengalami kelelahan mata setelah bekerja menggunakan komputer secara terus-menerus.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marsida (1999) terhadap orang dengan mata normal tanpa beban kerja dengan komputer yang diperiksa menggunakan metode Photostress Recovery Test, diperoleh hasil RT rata- rata mata kanan sebesar 13,50 detik dan RT rata-rata mata kiri sebesar 15,76 detik. Karena peneliti tidak mendapatkan data dari penelitian lain yang memeriksa RT sebelum pekerja bekerja dengan komputer, maka nilai RT rata-rata pada penelitian yang dilakukan oleh Marsida (1999) tersebut diasumsikan sebagai nilai RT pada pekerja sebelum bekerja dengan komputer atau RT normal (RTN). Pada penelitian ini, mata dianggap lelah jika RT > RTN. Distribusi kelelahan mata (RT) pekerja Call Centre dibandingkan dengan RTN terlihat pada tabel berikut:


(47)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata (RT) Responden di Call Centre PT Indosat NSR Terhadap Nilai RTN

Variabel > RTN < RTN Jumlah

Mata Kanan Sebelum Intervensi 27 3 30

Mata Kanan Sesudah Intervensi 10 20 30

Mata Kiri Sebelum Intervensi 19 11 30

Mata Kiri Sesudah Intervensi 9 21 30

Dari 30 orang pekerja yang diperiksa, 27 orang (90,00%) menunjukkan nilai RT mata kanan sebelum intervensi yang lebih besar dari RTN mata kanan yang berarti bahwa prevalensi kelelahan mata kanan sebelum intervensi pada penelitian ini adalah 90,00%. Sebanyak 19 orang (63,33%) menunjukkan nilai RT mata kiri sebelum intervensi yang lebih besar dari RTN mata kiri yang berarti bahwa prevalensi kelelahan mata kiri sebelum intervensi pada penelitian ini adalah 63,33%. Sesudah intervensi 10 orang (33,33%) menunjukkan nilai RT mata kanan yang lebih besar dari RTN dan 9 orang (30%) menunjukkan nilai RT yang lebih besar dari RTN.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan uji t berpasangan pada tingkat kepercayaan 95%.


(48)

4.3.1 Pengaruh Penggunaan Screen terhadap Waktu Pemulihan Mata (RT). Hasil pengukuran kelelahan mata dengan Photostress Recovery Test terhadap 30 orang pekerja Call Centre yang menjadi responden menunjukkan bahwa seluruh responden mengalami penurunan Recovery Time (RT) setelah dilakukan intervensi. Gambaran waktu pemulihan mata (RT) baik mata kanan maupun mata kiri setelah responden bekerja selama 9 jam tanpa screen dan dengan screen, dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Rata-Rata Recovery Time (RT) Mata Kanan dan Mata Kiri Sebelum dan Sesudah Intervensi

Recovery Time (detik) Mean SD SE p n

Mata Kanan Sebelum Intervensi 28,80 12,49 2,28 0,000 30 Mata Kanan Sesudah Intervensi 13,07 4,36 0,79 0,000 30 Mata Kiri Sebelum Intervensi 24,92 11,04 2,02 0,000 30 Mata Kiri Sesudah Intervensi 13,40 4,56 0,83 0,000 30

Hasil analisis statistik terhadap Recovery Time sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan bahwa RT mata kanan rata-rata sebelum intervensi adalah 28,80 detik, sedangkan RT mata kanan rata-rata sesudah intervensi adalah 13,07 detik, yang berarti terjadi penurunan RT rata-rata pada mata kanan sebesar 15,73 detik (54,62%) sesudah dilakukan intervensi penggunaan screen pada monitor CRT yang digunakan responden selama 9 jam. RT mata kiri rata-rata sebelum intervensi


(49)

sebesar 24,92 detik, sedangkan RT mata kiri rata-rata sesudah intervensi adalah 13,40 detik, yang berarti terjadi penurunan RT rata-rata pada mata kiri sebesar 11,52 detik (46,23%) sesudah dilakukan intervensi penggunaan screen pada monitor CRT yang digunakan responden selama 9 jam.

Analisis statistik dengan uji t berpasangan terhadap nilai RT sebelum dan sesudah intervensi baik pada mata kanan maupun mata kiri, menunjukkan bahwa intervensi penggunaan screen pada monitor komputer yang digunakan pekerja, berpengaruh secara bermakna terhadap terjadinya penurunan RT (p = 0,000).

Hubungan antara RT mata kanan dengan RT mata kiri sebelum dan sesudah intervensi yang dianalisis dengan uji korelasi Pearson, dapat dilihat pada pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5 Analisis Korelasi RT Mata Kanan dan RT Mata Kiri Sebelum dan Sesudah Intervensi

RT Mata Kanan - RT Mata Kiri R p

Sebelum intervensi 0,82 0,000

Sesudah intervensi 0,48 0,008

Hasil analisis korelasi antara RT mata kanan dengan RT mata kiri sebelum intervensi menunjukkan adanya hubungan kuat yang bermakna (r = 0.82; p = 0,000). Sesudah intervensi, korelasi antara RT mata kanan dengan RT mata kiri juga menunjukkan hubungan bermakna meskipun tidak cukup kuat (r =0,48; p = 0,008).


(50)

Koefisien korelasi positif menggambarkan bahwa jika terjadi kelelahan pada mata kanan, maka mata kiri juga akan mengalami kelelahan.

Analisis hubungan antara RT dan VFI sebelum dan sesudah intervensi terlihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Analisis Korelasi RT dan VFI Sebelum Intervensi

Variabel R p

Sebelum Intervensi

h. RT Mata Kanan - VFI i. RT Mata Kiri – VFI

0,24 0,33

0,196 0,074

Hasil analisis korelasi antara RT mata kanan dengan VFI sebelum intervensi menunjukkan korelasi positif yang lemah dan tidak bermakna (r = 0,24; p = 0,196), dan korelasi antara RT mata kiri dengan VFI sebelum intervensi juga memberi hasil korelasi positif lemah dan tidak bermakna (r = 0,33; p = 0,074).

Korelasi antara RT dengan VFI sesudah intervensi tidak dilakukan karena pemberian kuesioner VFI hanya dilakukan sebelum intervensi.

4.3.2 Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Kelelahan Mata.

Karakteristik individu yang dianalisis adalah umur, masa kerja, dan jenis kelamin pekerja yang menjadi responden dalam penelitian. Uji statistik korelasi


(51)

Pearson dan regresi dilakukan untuk melihat hubungan antara umur dan masa kerja pekerja yang menjadi responden, dengan Visual Fatigue Index dan Recovery Time. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin pekerja terhadap VFI dan RT, dilakukan uji t independen.

4.3.2.1 Pengaruh Karakteristik Individu terhadap VFI

Analisis korelasi dan regresi antara VFI dengan umur dan masa kerja pekerja dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 Analisis Korelasi dan Regresi VFI dengan Umur dan Masa Kerja

Variabel r R2 Persamaan Garis p

Umur 0,06 0,004 VFI= 0,34 + 0,03(umur) 0,747 Masa Kerja 0,28 0,078 VFI= 0,37 + 0,02(masa kerja) 0,134

Hasil analisis hubungan antara umur dengan VFI menggunakan uji korelasi Pearson dan regresi, tidak memperlihatkan adanya hubungan bermakna (r = 0,06; p = 0,747). Koefisien determinasi yang rendah (R2 = 0,004) menunjukkan bahwa umur bukan merupakan penduga yang baik untuk timbulnya keluhan kelelahan mata pada pekerja komputer.

Korelasi antara VFI dengan masa kerja tidak memperlihatkan hubungan yang bermakna (r = 0,28; p = 0,134), sedangkan koefisien determinasi yang rendah (R2 =


(52)

0,078) menunjukkan bahwa masa kerja bukan merupakan penduga yang baik bagi timbulnya keluhan kelelahan mata pada pekerja komputer.

Pengaruh jenis kelamin pekerja terhadap VFI yang dianalisis menggunakan uji t independen dapat dilihat pada tabel distribusi rata-rata di bawah ini :

Tabel 4.8 Distribusi Rata-Rata VFI Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Mean SD SE p n

Perempuan 0,42 0,07 0,02 0,304 13

Laki-laki 0,39 0,08 0,02 0,304 17

Analisis pengaruh jenis kelamin pekerja dengan VFI memperlihatkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh secara bermakna terhadap timbulnya keluhan kelelahan mata pada pekerja komputer (p = 0,304), meskipun pekerja perempuan memiliki nilai rata-rata VFI sebesar 0,42 dan pekerja laki-laki memiliki nilai rata-rata VFI sebesar 0,39.

4.3.2.2 Pengaruh Karakteristik Individu terhadap RT

Hubungan antara umur dan masa kerja dengan RT mata kanan sebelum dan sesudah intervensi yang dianalisis dengan uji korelasi dan regresi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:


(53)

Tabel 4.9 Analisis Korelasi dan Regresi RT Mata Kanan dengan Umur dan Masa Kerja

Variabel r R2 Persamaan Regresi p

Umur:

Sebelum Intervensi 0,39 0,15 RT= -40,8 + 2,66(umur) 0,035 Sesudah Intervensi 0,14 0,02 RT= 4,19 + 0,34(umur) 0,451 Masa Kerja:

Sebelum Intervensi 0,28 0,08 RT= 23,54 + 2,86(masa kerja) 0,141 Sesudah Intervensi 0,08 0,01 RT= 12,57 + 0,27(masa kerja) 0,694

Hasil korelasi antara umur dengan RT mata kanan sebelum intervensi penggunaan screen memperlihatkan adanya hubungan lemah yang bermakna (r = 0,39; p = 0,035), sedangkan sesudah intervensi, korelasi antara umur dengan RT mata kanan menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak bermakna (r = 0,14; p = 0,451). Koefisien determinasi (R2) yang rendah sebelum dan sesudah intervensi menujukkan bahwa umur bukan merupakan penduga yang baik bagi terjadinya kelelahan pada mata kanan pekerja yang bekerja dengan komputer.

Korelasi antara masa kerja dengan RT mata kanan sebelum intervensi memperlihatkan hubungan yang lemah dan tidak bermakna (r = 0,28; p = 0,141), dan sesudah intervensi, antara masa kerja dan RT mata kanan juga tidak menunjukkan hubungan yang bermakna (r = 0,08; p = 0,694). Koefisien determinasi (R2) yang rendah baik sebelum maupun sesudah intervensi menunjukan bahwa masa kerja


(54)

bukan merupakan penduga yang baik bagi terjadinya kelelahan pada mata kanan pekerja yang bekerja dengan komputer.

Hubungan antara umur dan masa kerja dengan RT mata kiri sebelum dan sesudah intervensi yang dianalisis dengan uji korelasi dan regresi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Analisis Korelasi dan Regresi RT Mata Kiri dengan Umur dan Masa Kerja

Variabel r R2 Persamaan Regresi p

Umur:

Sebelum Intervensi 0,32 0,10 RT= -25,12 + 1,93(umur) 0,087 Sesudah Intervensi 0,25 0,06 RT= -3,02 + 0,64(umur) 0,178 Masa Kerja:

Sebelum Intervensi 0,29 0,08 RT= 20,07 + 2,63(masa kerja) 0,124 Sesudah Intervensi 0,13 0,02 RT= 14,31 – 0,49(masa kerja) 0,492

Korelasi antara umur dengan RT mata kiri sebelum intervensi menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak bermakna (r = 0,32; p = 0,087), dan sesudah intervensi, hubungan antara umur dan RT mata kiri juga lemah dan tidak bermakna (r = 0,25; p = 0,178). Koefisien determinasi yang rendah baik sebelum maupun sesudah inervensi menggambarkan bahwa umur bukan merupakan penduga yang baik untuk terjadinya kelelahan mata pada mata kiri pekerja komputer.


(55)

Analisis korelasi antara masa kerja dengan RT mata kiri sebelum intervensi memperlihatkan hubungan lemah dan tidak bermakna (r = 0,29; p = 0,124), sedangkan korelasi antara masa kerja dengan RT mata kiri sesudah intervensi juga menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak bermakna (r = 0,13; p = 0,492). Koefisien determinasi yang rendah baik sebelum maupun sesudah intervensi menggambarkan bahwa masa kerja bukan merupakan penduga yang baik bagi terjadinya kelelahan mata pada mata kiri pekerja komputer.

Analisis pengaruh jenis kelamin terhadap RT mata kanan menggunakan uji t independen diperlihatkan dalam tabel distribusi berikut :

Tabel 4.11 Distribusi Rata-Rata RT Mata Kanan Menurut Jenis Kelamin Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Jenis

Kelamin Mean SD SE p n Mean SD SE p N

Perempuan 34,77 13,73 3,81 0,019 13 14,00 5,00 1,39 0,313 13 Laki-laki 24,24 9,52 2,31 0,019 17 12,35 3,79 0,92 0,313 17

Pengaruh jenis kelamin pekerja terhadap RT mata kanan sebelum intervensi pada uji t independen menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh bermakna (p = 0,019) terhadap terjadinya perbedaan RT pada mata kanan antara pekerja perempuan dengan pekerja laki-laki yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus tanpa menggunakan screen. Sesudah penggunaan


(56)

screen pada monitor komputer yang digunakan oleh pekerja, perbedaan kelelahan mata antara mata kanan pekerja perempuan dengan mata kanan pekerja laki-laki menjadi tidak bermakna (p = 0,313).

Pengaruh jenis kelamin terhadap RT mata kiri menggunakan uji t independen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.12 Distribusi Rata-Rata RT Mata Kiri Menurut Jenis Kelamin Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Jenis

Kelamin Mean SD SE p n Mean SD SE p N

Perempuan 28,85 10,59 2,94 0,088 13 13,46 4,61 1,28 0,950 13 Laki-laki 21,91 10,71 2,59 0,088 17 13,35 4,65 1,13 0,950 17

Perbedaan kelelahan mata kiri antara pekerja perempuan dengan pekerja laki-laki yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama baik tanpa menggunakan screen maupun dengan screen tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p > 0,05).


(57)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu :

1. Teknis pengukuran yang dilakukan, dimana pengukuran kelelahan mata dilakukan terhadap mata kanan terlebih dahulu yang menyebabkan mata kiri sempat mengalami istirahat, sehingga mungkin dapat mengakibatkan bias. Upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk memperkecil bias adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berganti terhadap mata yang lebih dahulu diperiksa antara pekerja satu dengan pekerja berikutnya

2. Tidak dilakukannya pemeriksaan terhadap lay out tempat kerja yang mungkin berpengaruh terhadap kelelahan mata seperti penerangan tempat kerja dan suhu ruangan, hanya berdasar kepada data pihak konsultan. Penelitian ini hanya membatasi pemeriksaan terhadap pengaruh penggunaan screen terhadap kelelahan mata, karena pernyataan dari pihak Human Resources Development (HRD), bahwa penelitian terhadap lay out tempat kerja sudah pernah dilakukan dan mereka telah menggunakan jasa konsultan.

3. Tidak dilakukannya pemeriksaan terhadap resolusi monitor yang digunakan oleh pekerja, hanya berpedoman pada jenis monitor yang digunakan yaitu monitor CRT, karena komputer yang digunakan di lokasi penelitian tidak satu jenis dan satu nama dagang.


(58)

4. Tidak dilakukannya pemeriksaan medis terhadap kesehatan pekerja, hanya berdasarkan kepada keterangan pihak HRD, bahwa pekerja baru saja menjalani pemeriksaan rutin, dan dinyatakan sehat. Pada penelitian ini hanya dilakukan anamnesa, karena keterbatasan waktu sela pekerja. Mungkin ada baiknya untuk penelitian selanjutnya, dilakukan pemeriksaan terhadap tekanan darah dan suhu tubuh terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran, untuk menghindari bias.

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa 53,33 % atau 16 orang responden telah bekerja selama lebih dari 2 tahun, 56,67 % responden atau 17 orang berusia lebih atau sama dengan 26 tahun sampai 28 tahun, dan 56,67% atau 17 orang responden adalah laki-laki. Pekerja yang bekerja pada shift 1 sampai shift 3 keseluruhannya adalah perempuan, sedangkan pekerja yang bekerja pada shift 4 keseluruhannya adalah laki-laki.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa RT rata-rata mata kanan responden sesudah bekerja menggunakan komputer bermonitor CRT selama 9 jam dengan 1 jam istirahat (15 menit dan 45 menit) tanpa menggunakan screen adalah sebesar 28,80 detik, sedangkan RT rata-rata mata kiri sesudah responden bekerja 9 jam dengan komputer CRT tanpa menggunakan screen sebesar 24,92 detik. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marsida (1999) yang diasumsikan sebagai RTN, terdapat perpanjangan RT hasil penelitian ini


(59)

dibandingkan dengan RTN, yang berarti bahwa sesudah pekerja bekerja dengan monitor komputer jenis CRT selama 9 jam dengan 1 jam istirahat (15 menit dan 45 menit), terjadi kelelahan mata.

Dari 30 orang pekerja yang diperiksa, 27 orang (90,00%) menunjukkan nilai RT mata kanan sebelum intervensi yang lebih besar dari RTN mata kanan yang berarti bahwa prevalensi kelelahan mata kanan sebelum intervensi pada penelitian ini adalah 90,00% dan 19 orang (63,33%) menunjukkan nilai RT mata kiri sebelum intervensi yang lebih besar dari RTN mata kiri yang berarti bahwa prevalensi kelelahan mata kiri sebelum intervensi pada penelitian ini adalah 63,33%.

Pemeriksaan kelelahan mata dengan Photostress Recovery Test yang dilakukan terhadap pekerja sesudah bekerja selama 9 jam dengan komputer menggunakan screen baik pada mata kanan maupun mata kiri menunjukkan bahwa keseluruhan pekerja mengalami penurunan kelelahan mata. Sesudah penggunaan screen, RT rata-rata mata kanan turun menjadi 13,07 detik, sedangkan RT rata-rata mata kiri turun menjadi 13,40 detik. Hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna (p = 0,000) dari nilai Recovery Time (RT) sebelum pekerja bekerja menggunakan screen, dibandingkan RT sesudah pekerja bekerja dengan menggunakan screen. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan screen pada monitor komputer berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kelelahan mata pekerja yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus.

Sesudah penggunaan screen pada monitor komputer yang digunakan pekerja, prevalensi kelelahan mata mengalami penurunan jika dibandingkan dengan


(60)

prevalensi kelelahan mata sebelum menggunakan screen. Prevalensi kelelahan mata kanan turun dari 90,00% menjadi 33,33%, dan prevalensi kelelahan mata kiri turun dari 63,33% menjadi 30%. Hal ini berarti bahwa penggunaan screen efektif menurunkan kelelahan mata pada pekerja yang bekerja dengan komputer.

Screen yang digunakan dalam penelitian ini adalah screen berbahan dasar kaca berwarna abu-abu. Secara fisik, warna putih akan meneruskan dan memantulkan sinar secara sempurna, sedangkan warna hitam akan menyerap sinar secara sempurna. Penggunaan screen berwarna gelap akan mengurangi jumlah sinar yang diteruskan yang berasal dari monitor komputer, dan mengurangi pemantulan sinar yang berasal dari pencahayaan ruangan. Berkurangnya sinar yang masuk ke dalam mata pekerja yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus, baik yang berasal dari monitor maupun pencahayaan ruangan, akan mengurangi kelelahan mata.

Penurunan kelelahan mata (RT) sesudah pekerja bekerja dengan monitor yang menggunakan screen sedikit berbeda antara mata kanan dan mata kiri. Penurunan RT pada mata kanan sebesar 15,73 detik (54,62%) sedangkan penurunan RT pada mata kiri sebesar 11,52 detik (46,23%). Prevalensi kelelahan mata baik sebelum penggunaan screen maupun sesudah penggunaan screen juga memperlihatkan bahwa prevalensi kelelahan mata kanan lebih besar dibandingkan dengan prevalensi kelelahan mata kiri. Hal ini mungkin disebabkan karena kebiasaan sebagian pekerja yang bekerja lebih banyak menggunakan mata kanan, akan tetapi kemungkinan tersebut perlu dibuktikan dengan pemeriksaan mata lebih lanjut. Kemungkinan lain yang juga bisa menjadi penyebab berasal dari metode pengukuran. Saat dilakukan


(61)

pengukuran, yang pertama diukur adalah mata kanan, sehingga mata kiri sempat mengalami istirahat beberapa saat.

Hasil uji korelasi antara RT mata kanan dengan RT mata kiri baik sebelum penggunaan screen maupun sesudah penggunaan screen menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kelelahan pada mata kanan dengan kelelahan pada mata kiri (sebelum intervensi p = 0,000 dan sesudah intervensi p = 0,008). Hal ini menggambarkan bahwa apabila terjadi kelelahan ataupun penurunan kelelahan pada mata kanan, maka hal yang sama juga akan terjadi pada mata kiri.

Uji korelasi antara umur dengan RT sebelum intervensi menunjukkan hasil berbeda antara mata kanan dengan mata kiri. Korelasi antara umur dengan RT mata kanan menggambarkan adanya hubungan lemah yang bermakna (r = 0,39 dan p = 0,035), sedangkan korelasi antara umur dengan RT mata kiri memperlihatkan hubungan lemah yang tidak bermakna (r = 0,32 dan p = 0,087). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kedua hal yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu pekerja cenderung menggunakan mata kanannya untuk bekerja, atau karena metode pengukuran, dimana mata kanan diukur lebih dahulu sehingga mata kiri mengalami istirahat, yang berarti terjadi penurunan kelelahan mata.

Sesudah penggunaan screen pada monitor komputer hubungan antara umur dengan RT baik pada mata kanan maupun mata kiri tidak menunjukkan hubungan bermakna (p mata kanan = 0,451 dan p mata kiri = 0,178). Nilai probabilitas sesudah intervensi baik pada mata kanan maupun mata kiri lebih besar dibandingkan sebelum intervensi yang berarti bahwa dengan penggunaan screen, hubungan antara umur


(62)

dengan RT menjadi lebih tidak bermakna dan umur bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan terjadinya kelelahan mata pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fauzia (2004) yang menyatakan bahwa umur tidak berhubungan bermakna dengan terjadinya kelelahan mata. Korelasi positif dan koefisien determinasi yang lemah antara umur dengan RT baik mata kanan maupun mata kiri, memberi kemungkinan kecil adanya peningkatan RT yang mengindikasikan terjadinya kelelahan mata seiring dengan bertambahnya umur, walaupun umur bukan merupakan penduga yang baik untuk terjadinya kelelahan mata pada pekrja yang bekerja dengan komputer secara terus-menerus dalam waktu lama.

Uji korelasi antara masa kerja dengan RT baik pada mata kanan maupun mata kiri, sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan hubungan positif yang lemah dan tidak bermakna (p>0,05). Hal tersebut memperlihatkan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan bermakna terhadap terjadinya kelelahan mata pada pekerja komputer. Korelasi positif memberi kemungkinan kecil adanya perpanjangan RT seiring dengan bertambahnya masa kerja, walaupun dari koefisien determinasi yang lemah menunjukkan bahwa masa kerja bukan merupakan penduga yang baik untuk terjadinya kelelahan mata pada pekrja komputer. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fauzia (2004), yang menyatakan bahwa masa kerja tidak berhubungan bermakna dengan kelelahan mata. Nilai probabilitas sesudah intervensi lebih besar dibandingkan dengan nilai probabilitas


(63)

sebelum intervensi, yang berarti bahwa dengan penggunaan screen, hubungan masa kerja dengan RT semakin tidak bermakna.

Pengaruh jenis kelamin pekerja terhadap RT sebelum intervensi yang diuji dengan uji t independen memberi hasil berbeda antara mata kanan dengan mata kiri. Pada mata kanan, perbedaan jenis kelamin berpengaruh secara bermakna terhadap RT (p = 0,019), sedangkan pada mata kiri, perbedaan jenis kelamin tidak menunjukkan pengaruh bermakna dengan RT (p = 0,088).

Pada mata kanan sebelum dilakukan intervensi, terdapat perbedaan bermakna antara RT rata-rata pekerja perempuan dengan RT rata-rata pekerja laki-laki (p= 0,019). RT rata-rata pekerja perempuan adalah 34,77 detik sedangkan RT rata-rata pekerja laki-laki lebih rendah yaitu 24,24 detik yang berarti pekerja perempuan lebih mengalami kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja laki-laki setelah bekerja dengan komputer selama 9 jam. Menurut Tarwaka (2004), kemampuan otot perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki sehingga daya tahan otot perempuan juga lebih rendah dibandingkan laki-laki. Ilyas (2003) menyatakan bahwa mata akan berakomodasi untuk melihat jelas benda pada jarak yang berbeda-beda sehingga bayangan benda akan tetap terfokus pada retina. Akomodasi yang merupakan kemampuan lensa untuk mencembung, terjadi akibat kontraksi otot siliaris. Jika kemampuan dan daya tahan otot mata perempuan lebih rendah dibandingkan otot mata laki-laki, maka mata perempuan lebih mudah lelah dibandingakan mata laki-laki dengan beban kerja yang sama. Hal ini menjelaskan perbedaan bermakna yang


(64)

terdapat pada penelitian ini, dimana RT mata kanan pekerja perempuan lebih besar dibandingkan dengan RT mata kanan pekerja laki-laki.

Adanya perbedaan kemaknaan pengaruh jenis kelamin terhadap RT mata kanan (p= 0,019) dengan RT mata kiri (p= 0,088) sebelum intervensi, kemungkinan disebabkan oleh kelemahan metode pengukuran yang dilakukan peneliti dimana mata kanan diperiksa lebih dahulu sehingga mata kiri memiliki kesempatan untuk istirahat, yang berarti mengalami penurunan kelelahan mata. Hal ini juga dibuktikan oleh RT rata-rata mata kiri baik pada perempuan maupun laki-laki yang lebih rendah dibandingkan RT rata-rata mata kanan.

Sesudah intervensi, jenis kelamin tidak berpengaruh bermakna terhadap RT (p mata kanan = 0,313 dan p mata kiri = 0,950). Hal ini berarti bahwa dengan penggunaan screen pada monitor komputer, perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya kelelahan mata pada pekerja yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus.

Evaluasi terhadap kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) menunjukkan bahwa 19 orang pekerja (63,33 %) mengeluh mengalami kelelahan mata, dan 11 orang pekerja (36,67 %) tidak mengeluhkan adanya kelelahan mata setelah mereka bekerja dengan komputer selama 9 jam per hari dengan 1 jam istirahat (15 menit dan 45 menit) tanpa menggunakan screen.

Analisis korelasi antara VFI dengan RT mata kanan dan RT mata kiri sebelum intervensi menunjukkan adanya hubungan yang lemah dan tidak bermakna (p>0,05).


(65)

Hal ini dapat diartikan bahwa tidak semua responden yang hasil pengukurannya menunjukkan adanya kelelahan mata, mengeluhkan atau menyadarinya.

Uji korelasi Pearson dan regresi antara umur dengan VFI menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak bermakna (p = 0,747), dan hubungan antara masa kerja dengan VFI juga memperlihatkan hubungan yang tidak bermakna (p = 0,134). Kedua korelasi menggambarkan hasil korelasi positif dan regresi yang lemah, yang berarti bahwa terdapat kemungkinan kecil peningkatan keluhan kelelahan mata seiring dengan bertambahnya umur dan masa kerja, meskipun koefisien determinasi yang sangat lemah (R2 umur = 0,004 dan R2 masa kerja = 0,078) memperlihatkan bahwa umur dan masa kerja bukan merupakan penduga yang baik untuk timbulnya keluhan kelelahan mata pada pekerja komputer.

Analisis pengaruh jenis kelamin terhadap VFI menggunakan uji t independen menunjukkan bahwa pekerja perempuan memiliki nilai VFI yang lebih besar (VFI = 0,42) dari nilai VFI pekerja laki-laki (VFI = 0,39). Hal ini memberi gambaran bahwa pekerja perempuan lebih banyak mengeluhkan adanya kelelahan mata setelah bekerja dengan komputer CRT dalam waktu lama dan terus-menerus, meskipun uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh bermakna terhadap timbulnya keluhan kelelahan mata pada pekerja komputer (p = 0,304).

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penggunaan screen pada monitor komputer yang digunakan oleh pekerja yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus menerus, dapat menurunkan kelelahan mata pekerja dan prevalensi kelelahan mata. Penggunaan screen juga menyebabkan faktor umur, masa kerja, dan


(66)

jenis kelamin menjadi lebih tidak bermakna untuk terjadinya kelelahan mata pekerja komputer, yang berarti bahwa bertambahnya umur, masa kerja, dan perbedaan jenis kelamin tidak berakibat kepada peningkatan kelelahan mata.


(67)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Prevalensi kelelahan mata pada pekerja yang bekerja dengan komputer bermonitor CRT dalam waktu lama dan terus-menerus yang diukur dengan Photostress Recovery Test menunjukkan bahwa sesudah penggunaan screen pada monitor komputer yang digunakan pekerja, terjadi penurunan prevalensi kelelahan mata dari 90,00% pada mata kanan menjadi 33,33% dan 63,33% pada mata kiri menjadi 30,00%.

b. Hasil uji statistik t berpasangan terhadap Recovery Time sebelum dan sesudah intervensi penggunaan screen memberikan nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 (p = 0,000). Hal ini memperlihatkan bahwa penggunaan screen pada monitor CRT efektif menurunkan kelelahan mata pekerja yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus.

c. Umur dan masa kerja pekerja tidak berhubungan bermakna dengan terjadinya kelelelahan mata pada pekerja yang bekerja dengan komputer yang menggunakan screen dalam waktu lama dan terus-menerus


(68)

d. Jenis kelamin pekerja tidak berpengaruh secara bermakna dengan kelelelahan mata pada pekerja yang bekerja dengan komputer yang menggunakan screen dalam waktu lama dan terus-menerus.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut :

a. Kepada perusahaan maupun pengguna komputer perseorangan, agar lebih memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan bekerja dengan komputer, dalam hal ini kesehatan mata, dengan menyediakan dan menggunakan screen pada monitor komputer khususnya jika pekerja perusahaan ataupun pengguna komputer perseorangan, bekerja menggunakan komputer minimal 4 jam sehari secara terus menerus.

b. Kepada peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian tentang kelelahan mata pada pekerja komputer yang menggunakan monitor jenis lain selain CRT seperti LCD, dengan mempertimbangkan penggunaan screen maupun lay out kerja, karena terbukti bahwa bekerja dengan komputer sangat berpotensi mengakibatkan kelelahan mata.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Cegah Kerusakan Mata Akibat Komputer. http://aksesorisunik.com/blog /cegah-kerusakan-mata-akibat-komputer.htm. Diakses 3 Desember, 2007.

Anonim. Computer vison syndrome. http://www.keluargasehat.com/klinika-isi.php? news_id=463. Diakses 27 Juni, 2007.

Anonymous. About Anti Glare and Ergonomic computer Monitor Positioning. http:// www. ergoindemand.com/monitor-screen-ergonomics.htm. Diakses 27 Desember 2007.

Anonymous. Awareness campaign on eye fatigue. Bussinessline. Chennai. 2002:1. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=144815571. Diakses 22 Juni, 2007.

Anonymous. Computer workstation recommendation. University of North Carolina at Asheville. http://www.unca.edu/fac_mgmt/safety/chapter4.html. Diakses 22 April, 2007.

Anonymous. Digital eye strain ; final edition. USA Today. Mc Lean, Va. 1997: 01A. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=23194521. Diakses 22 Juni, 2007.

Anonymous. Eyestrain self-test for adults. Home Vision Therapy System. http://www.homevisiontherapy.com/adults_test_eyestrain.htm. Diakses 9 Desember 2007

Anonymous. Monitor Filters – Anti Glare Screen, Anti Radiation and Anti Static. CRT Hanging Mount. http://www.ergoindemand.com/Hanging-Mount.htm Diakses 25 juli 2008.

Anonymous. Monitor glare reduces office productivity. IIE Solutions. Norcross.1999; 31:12.. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=44466867. Diakses 29 Juni, 2007. Anonymous. Visual ergonomics: glare effects and their significance in the visual

environment. The Bureau of State Risk Management. http://www.doa.state.wi.us /docview.asp? Diakses 27 Juni, 2007.

Anshell J. Computer vision syndrome : Causes and Curses. Managing Office Technology. Cleveland. 1997. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=13249186. Diakses 3 September, 2007.


(70)

Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi VI, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 2006

Asyari F. Dry Eye Syndrome, Seminar Sehari Komputer dan Kesehatan Mata, Jakarta, RSPP, 2002.

Chambers A. Computer vision syndrome: relief is in sight. Occupational Hazards. Cleveland. 1999; 61: 179-182. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=45660736. Diakses 29 Juni, 2007.

Fauzia I. Upaya untuk mengurangi kelelahan mata pada tenaga kerja yang menggunakan komputer di Rumah Sakit “X” Jakarta, Tesis, Universitas Indonesia, 2004.

Goldsborough R. Keeping your eyes healthy in front of the computer screen. Tech Direction. Ann Arbor. 2007; 66: 12. http://proquest.umi.com/pqdweb?did= 1272326531. Diakses 29 Juni, 2007

Gondowiarjo T. Gangguan Mata dan Penglihatan Akibat Pemakaian Komputer, Simposium K3, Jakarta, 1996.

Guyton CA. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta, CV. EGC Penerbit Buku Kedokteran, 1992

Hasnan H. Efek Program Visual Hygiene dan Convergen Exercise dalam Mengatasi Kelelahan Mata pada Operator Komputer di Pemko Tanjung Balai, Karya Akhir Profesional Magister Kesehatan Kerja, Universitas Sumatera Utara, 2002.

Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, edisi revisi, Jakarta, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.

Macintosh. How to avoid eye fatigue. 2003. http://docs.info.apple.com/article. html? artnum=34572. Diakses 27 Juni, 2007

Mangunkusumo V. Penggunaan Komputer dan Kesehatan Mata, Seminar Sehari Komputer dan Kesehatan Mata, Jakarta, 2002.

Marsida AY. Photostress Recovery Test pada Penderita Hipertensi, Tesis, Universitas Sumatera Utara, 1999.


(71)

Nurmianto E. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Surabaya, Guna Widya, 2004.

Nuwa WY. Kebijakan Pemerintah di Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (k3) dalam era globalisasi, Seminar Pelaksanaan K3 dalam menghadapi OTDA dan AFTA, 2003

Poerwadarminta WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta, Balai Pustaka, 2005.

Pratiknya AW. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta, Raja Grafindo, 2007.

Rittenbery R. The eyes have it. Occupational Health and Safety. Waco. 2004; 73: 15. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=734809921. Diakses 29 Juni, 2007.

Rustiati S. Masalah Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja yang Mengoperasikan Komputer di PT NK Jakarta tahun 1997 serta Upaya Mengatasinya, Tesis, Universitas Indonesia, 1999.

Sastroasmoro S, dan Ismail S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi kedua, Jakarta, Sagung Seto, 2002.

Sheedy EJ. Computer vision syndrome; Survey: Americans concerned about vision problems from computer use. Health & Medicine Week. Atlanta. 2004: 197. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=518513061. Diakses 29 Juni, 2007.

Sindt C. Computer vision syndrome. 2005 . http://www.uihealthcare.com/topics /eyesandvision/computervisionsyndrome.html Diakses 27 Juni, 2007

Sitzman K. Tips for managing computer vision syndrome. AAOHN Journal. Thorofare. 2006; 53: 566. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=974245311. Diakses 29 Juni, 2007.

Suardana GG. Binokularitas dan Kemampuan Penglihatan Dekat, Seminar Sehari Komputer dan Kesehatan Mata, Jakarta, 2002.

Tarwaka, Bakri SHA, Sudiajeng L. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas, Surakarta, Uniba press, 2004.

Watt WS. Computer vision syndrome and computer glasses. http://www.mdsupport. org/library/cvs.html. Diakses 27 Juni, 2007.


(72)

Willen LJ. Computers’ toll on eyes. Nation’s Bussiness. Washington. 1995; 84: 64. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=9193448. Diakses 22 Juni, 2007


(1)

Lampiran 1

Jadwal Penelitian

Bulan Pelaksanaan No Kegiatan Nop

07 Des 07 Jan 08 Feb 08 Mar 08 Apr 08 Mei 08 Juni 08 Juli 08 Agst 08 1 Penelusuran

Pustaka √ √

2

Studi

Pendahuluan √ √

3

Konsultasi

Pembimbing √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4

Persiapan

Kolokium √

5 Kolokium √ √

6

Persiapan alat dan

bahan

7

Pengumpulan

Data

8

Pengolahan dan

analisa Data √ √ √ √ √ √

9

Penyusunan

laporan Tesis √ √ √ √ √ √

10 Seminar Hasil

11

Sidang Meja


(2)

Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

No. Kartu identitas :

Usia / Tempat tanggal lahir :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Setelah mendapat keterangan secukupnya dan menyadari manfaat serta resiko penelitian yang tersebut di bawah ini engan judul :

“ Efektivitas Penggunaan Screen pada Monitor Komputer untuk Mengurangi Kelelahan Mata Pekerja Call Centre di PT Indosat NSR tahun 2008 “,

dengan sukarela menyetujui untuk diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catata, bila suatu saat dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini .

Mengetahui Yang menyetujui


(3)

Lampiran 3

KUESIONER

Data Umum

1. Nomor Responden :

2. Nama :

3. Umur : ... tahun

4. Pendidikan Terakhir :

5. Jenis kelamin :

6. Lama Kerja per hari : ... Jam 7. Lama Bekerja : ... tahun

Data Khusus

1. Apakah mata anda kabur atau tidak fokus saat bekerja menggunakan komputer ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

2. Apakah mata anda terasa lelah jika membaca ?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 3. Apakah mata anda terasa sakit jika membaca di komputer ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 4. Apakah kepala anda terasa sakit jika bekerja pada komputer ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu


(4)

5. Apakah anda merasa lelah bila bekerja pada komputer ?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

6. Apakah anda kehilangan konsentrasi ketika sedang membaca di komputer ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

7. Apakah anda menutup sebelah mata jika membaca di komputer ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 8. Apakah kata –kata dalam tulisan terasa bergerak bila anda membaca ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

9. Apakah baris yang anda baca pernah terlewatkan atau terulang lagi ketika anda sedang membaca ?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

10.Pada saat anda sedang membaca dan melihat tiba-tiba objek yang anda lihat terasa kabur sesaat ?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

11.Apakah penglihatan anda lebih buruk pada sore dan malam daripada pagi hari ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

12.Ketika mulai mengeprint dan membaca tulisannya sebentar, apakah mata anda terasa kabur ?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu

13.Apakah sewaktu bekerja menggunakan komputer mata anda selalu melihat tanpa berkedip ?


(5)

14.Apakah dalam bekerja dengan menggunakan komputer jarak monitor dan mata kurang dari 40 cm ?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 15.Apakah anda sering lupa mengingat apa yang anda baca ?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 16.Apakah anda merasakan mata penat dan letih saat pulang kantor ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 17.Apakah pengllihatan anda terasa ganda / berbayang ?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 18.Apakah mata anda terasa kering ketika bekerja dengan komputer ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 19.Apakah anda mengistirahatkan mata anda setelah satu jam bekerja ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 20.Apakah kedua mata anda tidak berfungsi sama baiknya ?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 21.Apakah anda mengalami nyeri pada leher, bahu dan pinggang ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu


(6)

Keterangan :

Tidak pernah = 0

Kadang – kadang = 1 ( 1-2 kali seminggu )

Sering = 2 ( 3-4 kali seminggu )

Selalu = 3 ( 5-7 kali seminggu )

Penghitungan :

Total of Answer for each operator

VFI =

Total of the higher coeficient of occurence for each ailment