Konstruksi Tekstual Gender Dalam Teks Iklan Cetak: Analisis Multimodal Terhadap Teks Iklan Cetak
KONSTRUKSI TEKSTUAL GENDER DALAM TEKS
IKLAN CETAK: ANALISIS MULTIMODAL
TERHADAP TEKS IKLAN CETAK
TESIS
Oleh
ADE KURNIAWAN NASUTION
087009002/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
KONSTRUKSI TEKSTUAL GENDER DALAM TEKS
IKLAN CETAK: ANALISIS MULTIMODAL
TERHADAP TEKS IKLAN CETAK
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ADE KURNIAWAN NASUTION
087009002/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(3)
Judul Tesis : KONSTRUKSI TEKSTUAL GENDER DALAM TEKS IKLAN CETAK: ANALISIS MULTIMODAL TERHADAP TEKS IKLAN CETAK
Nama Mahasiswa : Ade Kurniawan Nasution
Nomor Pokok : 087009002
Program Studi : Linguistiky
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Amrin Saragih, M. A., Ph.D) (Dr. T. Thyrhaya Zein, M. A) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Tengku Silvana Sinar, M. A., Ph.D) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa,B., M.Sc)
(4)
Telah diuji pada Tanggal 28 April 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Tengku Silvana Sinar, M. A., Ph.D Anggota : 1. Prof. Amrin Saragih, M. A., Ph.D
2. Dr. T. Thyrhaya Zein, M. A 3. Dr. Syahron Lubis, M. A
(5)
ABSTRAK
Konstruksi tekstual gender dalam teks iklan cetak menunjukkan penyusunan unit-unit bahasa untuk menyampaikan makna tertentu yang berhubungan dengan pencitraan gender. Iklan tidak hanya berfungsi sebagai media pemasaran belaka tetapi juga digunakan sebagai agen sosialisasi gender dalam lingkungan sosial, dengan bahasa sebagai alatnya. Dengan memahami bahasa berdasarkan perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) dapat dideskripsikan konstruksi teks verbal dan teks visual citra gender dalam teks iklan cetak, kaitan antara kedua jenis teks tersebut dalam menyampaikan citra gender, ideologi pencitraan gender dalam teks iklan cetak.
Data dalam penelitian ini adalah teks iklan cetak yang diperoleh dengan menggunakan Studi Dokumen terhadap data visual. Sebagai bagian dari analisis terhadap isi media, penelitian ini menggunakan Critical Discourse Moment untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan data. Data yang berhasil dikumpulkan yaitu teks iklan cetak Ralph Lauren, Pfizer, TOMMY HILFIGER, MARC JACOBS, ROBERT LEE MORRIS, L’OREAL PARIS, Smecta, Calvin Klein, Produgen, Soyjoy, Men’s Health, Female, Sweety, Lifebuoy Shampoo, dan Pro XL. Analisis datanya menggunakan perangkat kerja analsis multimodal yang mencakup keseluruhan sumber semiotik yang terdapat dalam teks, yaitu teks verbal dan teks visual. Untuk menganalisis teks verbal, digunakan perangkat kerja metafungsi bahasa Halliday, sedangkan untuk analisis visual, digunakan perangkat kerja metafungsi visual Kress dan van Leeuwen.
Ditemukan bahwa setiap komponen metafungsi memiliki potensi yang sama dalam menyampaikan citra gender. Teks verbal dan teks visual dalam hal ini memiliki keterkaitan satu sama lain, yang ditandai dengan adanya hubungan yang sifatnya
temporal, additive, consequential, dan comparative. Citra gender yang disampaikan
oleh teks iklan didasari oleh dua ideologi yang terkandung dalam teks, yaitu ideologi seksis dan ideologi yang memandang persamaan antara laki-laki dan perempuan.
Kata kunci: Konstruksi tekstual, iklan cetak, citra gender, analisis multimodal
(6)
ABSTRACT
Textual construction of gender in printed advertisements show how units of language are arranged to convey a specific meaning related to the image of gender. The function of advertising is not only for sales but also for social agent constructing social environments, in which language is the main tool. Through language comprehension based on Systemic Functional Linguistics (SFL) perspective, it will be obtained how the verbal text and visual text construction conveyed the image of gender in printed advertisements, the interplay between the texts in their way conveyed gender image, and the ideology that lies behind the image of gender in print advertisement.
Data of this research are printed advertisements derived from Documentation Study toward visual data. As a part of analysis toward the media content, this research used Critical Discourse Moment for data identified and classified. Based on the method, data which have collected are print advertisements of Ralph Lauren, Pfizer, TOMMY
HILFIGER, MARC JACOBS, ROBERT LEE MORRIS, L’OREAL PARIS, Smecta, Calvin Klein, Produgen, Soyjoy, Men’s Health, Female, Sweety, Lifebuoy Shampoo, and Pro XL. The data were analyzed by applying a multimodal analysis framework.
Multimodal analysis consists of integrated semiotic analysis of verbal and visual text. The verbal texts were analized by applying Halliday’s language metafunction framework and the visual texts were analyzed by applying Kress’s and van Leeuwen’s visual metafunction framework.
Findings of this research indicate that every metafunction components has an equal potentiality to convey the image of gender. Verbal and visual texts have an interplay which showed the relationship between them i.e. comparative, additive, consequential, and temporal relationship. The image of gender conveyed by the advertisement texts was based on two main ideologies, the sexist ideology and ideology based on equality.
Key words: Textual construction, printed advertisements, image of gender, multimodal analysis
(7)
PRAKATA
Tesis yang berjudul Konstruksi Tekstual Gender dalam Teks Iklan Cetak:
Analisis Multimodal Terhadap Teks Iklan Cetak disusun sebagai salah syarat untuk
memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Magister Lingustik
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).
Penelitian ini menggunakan pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik (LFS)
untuk menjelaskan makna dan ideologi yang terdapat dalam sebuah teks iklan cetak
yang berhubungan dengan gender, serta kaitan antara teks verbal dan teks visual yang
menyusun sebuah teks iklan cetak yang berhubungan dengan gender.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan kajian
linguistik, khususnya kajian-kajian yang berhubungan dengan LFS. Secara praktis,
hasil penelitian dapat dipergunakan secara luas oleh berbagai kalangan dan
masyarakat luas untuk memahami praktek-praktek kebahasaan dalam iklan cetak.
Dalam rangka pendalaman dan pengembangan kajian ini ke depan, masukan
yang konstuktif dari berbagai kalangan sangat penulis harapkan. Kiranya penelitian
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, April 2010
Ade Kurniawan Nasution
(8)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyanyang, yang telah memberikan rahmad dan hidayah-Nya setiap saat, hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam kepada junjungan sekalian alam, Rasulullah Muhammad SAW, yang telah mengantarkan umat manusia menuju pencapaian-pencapaian tertinggi peradabannya melalui ilmu pengetahuan.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada.
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTMH. (CTM). Sp. Ak. 2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa,
B., M. Sc
3. Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Tengku Silvana Sinar, M. A., Ph.D dan Sekretaris Program Studi Linguistik, Drs. Umar Mono, M.Hum
4. Pembimbing penulis selama pengerjaan tesis ini, Prof. Amrin Saragih, M. A., Ph. D., dan Dr. T. Thyrhaya Zein, M. A., atas keluangan waktu, arahan, koreksi, dan bantuannya 5. Dosen Penguji penulis dalam pengerjaan tesis ini, Prof. Tengku Silvana Sinar, M. A., Ph.D dan Dr. Syahron Lubis, M. A., atas segala koreksi dan masukan-masukan selama ujian berlangsung
6. Seluruh Staf Pengajar pada Program Magister Linguistik Sekolah Pascasarjana
(9)
Prof. Amrin Saragih, M. A., Ph. D., yang telah memberikan perspektif baru bagi penulis dalam memahami ilmu komunikasi dan linguistik
7. Seluruh Staf Administrasi dan Pustakawan pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
8. Drs. Amir Purba, M. Si., (Kepala Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara) dan Drs. Humaizi, M. A., (Pembantu Dekan I FISIP Universitas Sumatera Utara) atas rekomendasi dan dukungannya dalam melanjutkan program S-2 pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitras Sumatera Utara 9. Ade Irma Harahap, Asna Novita Sitorus, dan Yeni Jelita Nababan, atas segala dukungan
dan doanya. Khusus kepada Indah Pranita Harahap, Nur Hanifah Nasution, dan Munzaimah Masril, yang telah membantu penulis dalam menyediakan beberapa bahan tertulis mengenai analisis wacana gender dan feminisme dan analisis wacana kritis 10. Teman-teman angkatan 2008, Dewi Kumala Sari, Nurismilida, Helmita Mufida, Buang
P. Agus, Abdul Zebar, Citrayana, Erliana Siregar, Nurilam Harianja, Ricky Manik, Veryani Guniesti, Bima Pranachitra, Nelvita, Dewi Sukhrani dan Rehan Halilah Lubis, atas pertemanannya. Khusus kepada Ferdianto Yusuf, Yusradi Usman, Halimatussakdiah Nasution, Eva Tuti Harja Siregar dan Ita Khairani, yang telah menyediakan waktu untuk berdiskusi mengenai analisis wacana, masalah gender dan feminisme
11. Bapak Budi Ratma Priatna dan Keluarga, atas segala dukungan, doa dan nasehat yang telah diberikan selama ini
12. Yang lebih khusus dan teristimewa Ibunda Syamsiah Lubis, S. Pd., dan Ayahanda Drs. Abdul Manan Nasution, M. B. A., M. M., atas curahan kasih sayang yang tidak terkira,
(10)
untaian doa, dukungan, serta bantuan yang tak pernah henti. Abang, kakak, dan adik tercinta, Ahmad Faisal Rizky Nasution, S. Sos., dr. Anna Layla Nasution, Aida Fitrah Nasution, S. Si., dan Azizah Kemala Dewi Nasution atas segala dukungan dan doanya. Khusus kepada Ahmad Yunus Nasution, S. T., dan Aisyah Noor Nasution yang dengan sengaja memberikan lingkungan khusus bagi penulis selama pengerjaan tesis ini
13. Juga, kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak bisa disebutkan per satu pada bagian ini.
(11)
RIWAYAT HIDUP
Nama : ADE KURNIAWAN NASUTION
Tempat/Tgl Lahir : Padang Sidempuan, 11 Maret 1984
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat Tempat Tinggal : Jl. Bersama No. 106 Medan
Medan– 20224
Nomor Ponsel : +6281375286525
Alamat Email : ad_nasution4@ymail.com
PENDIDIKAN FORMAL
Taman Kanak-Kanak : TK el-Musyarafah Padang Sidempuan SD : SD Negeri No. 21 Padang Sidempuan
SLTP : SLTP Negeri 3 Sibolga
SMU : SMU Negeri 2 (Plus) Matauli Sibolga
Perguruan Tinggi : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara (Lulus Tahun 2006)
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
PRAKATA ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Perumusan Masalah ...9
(13)
1.4 Pembatasan Masalah ...10
1.5 Manfaat Penelitian ...11
1.6 Klarifikasi Istilah...12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...13
2.1 Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) ...13
2.1.1 Metafungsi Bahasa ...16
2.2 Analisis Wacana Kritis...22
2.3 Gender ...24
2.4 Periklanan...29
2.5 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ...36
BAB III METODE PENELITIAN ...38
3.1 Kerangka Konsep ...38
3.2 Model Teoritis...38
(14)
3.3.1 Tipe Penelitian ...39
3.3.2 Data dan Sumber Data ...39
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data...42
3.3.4 Unit dan Tingkat Analisis ...44
3.3.5 Metode Analisis Data...44
BAB IV DESKRIPSI DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...46
4.1 Deskripsi Data...46
4.2 Temuan Penelitian...123
4.2.1 Konstruksi Tekstual Teks Iklan Cetak dalam Menyampaikan Citra Gender ...124
4.2.2 Keterkaitan Antara Teks verbal dan Teks Visual dalam Penyampaian Citra Gender...124
4.2.3 Ideologi yang Mendasari Pencitraan Gender dalam Teks Iklan Cetak...125
BAB V PEMBAHASAN ...126
(15)
dalam Menyampaikan Citra Gender ...126
5.1.1 Citra Gender dalam Teks Iklan Ralph Lauren ...127
5.1.2 Citra Gender dalam Teks Iklan Pfizer...127
5.1.3 Citra Gender dalam Teks Iklan TOMMY HILFIGER MARC JACOBS, ROBERT LEE MORRIS, L’OREAL PARIS...128
5.1.4 Citra Gender dalam Teks Iklan Smecta ...129
5.1.5 Citra Gender dalam Teks Iklan Calvin Klein...129
5.1.6 Citra Gender dalam Teks Iklan Produgen dan Pro Xl ...130
5.1.7 Citra Gender dalam Teks Iklan Soyjoy...130
5.1.8 Citra Gender dalam Teks Iklan Men’s Health dan Female...131
5.1.9 Citra Gender dalam Teks Iklan Sweety ...132
5.1.10 Citra Gender dalam Teks Iklan Lifebuoy Shampoo ...132
5.2 Keterkaitan Antara Teks verbal dan Teks Visual dalam Penyampaian Citra Gender...133
5.2.1 Hubungan Temporal ...133
5.2.2 Hubungan Additive...134
(16)
5.2.4 Hubungan Comparative ...136
5.3 Ideologi yang Mendasari Pencitraan Gender dalam Teks Iklan Cetak...136
BAB VI PENUTUP ...139
6.1 Simpulan ...139
6.2 Saran...140
DAFTAR PUSTAKA ...142
(17)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Metafunction and Their Reflexes in the Grammar...17
2.2 Realisasi Komponen Metafungsi Visual ...20
2.3 Inter-semiotic Logical Relations ...21
2.4 Struktur Umum Iklan Cetak ...31
3.1 Model Teoritis Analisis Multimodal...38
(18)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
4.1a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Ralp Lauren ...49
4.1b Komponen Metafungsi Interpersonal Teks Visual
Iklan Ralp Lauren ...49
4.1c Komponen Metafungsi Tekstual Teks Visual
Iklan Ralp Lauren ...50
4.2a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Pfizer ...53
4.2b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Pfizer ...54
4.2c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Pfizer ...55
4.3a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual Iklan TOMMY HILFIGER, MARC JACOBS,
ROBERT LEE MORRIS, L’OREAL PARIS ...60
4.3b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual Iklan TOMMY HILFIGER, MARC JACOBS,
ROBERT LEE MORRIS, L’OREAL PARIS ...61
4.3c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual Iklan TOMMY HILFIGER, MARC JACOBS,
ROBERT LEE MORRIS, L’OREAL PARIS ...62
4.4a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Smecta ...70
4.4b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Smecta ...71
4.4c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Smecta ...71
4.5a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
(19)
4.5b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Calvin Klein ...79
4.5c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Calvin Klein ...79
4.6a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Produgen...87
4.6b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Produgen...87
4.6c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Produgen...88
4.7a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Soyjoy...92
4.7b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Soyjoy...92
4.7c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Soyjoy...93
4.8a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Men’s Health ...100
4.8b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Men’s Health ...101
4.8c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Men’s Health ...102
4.9a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Female ...108
4.9b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Female ...109
4.9c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Female ...109
4.10a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Sweety ...113
4.10b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
(20)
4.10c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Sweety ...114
4.11a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Lifebuoy Shampoo ...117
4.11b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Lifebuoy Shampoo ...117
4.11c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan Lifebuoy Shampoo ...118
4.12a Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan PRO XL ...121
4.12b Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan PRO XL ...121
4.12c Komponen Metafungsi Ideasional Teks Visual
Iklan PRO XL ...122
(21)
ABSTRAK
Konstruksi tekstual gender dalam teks iklan cetak menunjukkan penyusunan unit-unit bahasa untuk menyampaikan makna tertentu yang berhubungan dengan pencitraan gender. Iklan tidak hanya berfungsi sebagai media pemasaran belaka tetapi juga digunakan sebagai agen sosialisasi gender dalam lingkungan sosial, dengan bahasa sebagai alatnya. Dengan memahami bahasa berdasarkan perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) dapat dideskripsikan konstruksi teks verbal dan teks visual citra gender dalam teks iklan cetak, kaitan antara kedua jenis teks tersebut dalam menyampaikan citra gender, ideologi pencitraan gender dalam teks iklan cetak.
Data dalam penelitian ini adalah teks iklan cetak yang diperoleh dengan menggunakan Studi Dokumen terhadap data visual. Sebagai bagian dari analisis terhadap isi media, penelitian ini menggunakan Critical Discourse Moment untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan data. Data yang berhasil dikumpulkan yaitu teks iklan cetak Ralph Lauren, Pfizer, TOMMY HILFIGER, MARC JACOBS, ROBERT LEE MORRIS, L’OREAL PARIS, Smecta, Calvin Klein, Produgen, Soyjoy, Men’s Health, Female, Sweety, Lifebuoy Shampoo, dan Pro XL. Analisis datanya menggunakan perangkat kerja analsis multimodal yang mencakup keseluruhan sumber semiotik yang terdapat dalam teks, yaitu teks verbal dan teks visual. Untuk menganalisis teks verbal, digunakan perangkat kerja metafungsi bahasa Halliday, sedangkan untuk analisis visual, digunakan perangkat kerja metafungsi visual Kress dan van Leeuwen.
Ditemukan bahwa setiap komponen metafungsi memiliki potensi yang sama dalam menyampaikan citra gender. Teks verbal dan teks visual dalam hal ini memiliki keterkaitan satu sama lain, yang ditandai dengan adanya hubungan yang sifatnya
temporal, additive, consequential, dan comparative. Citra gender yang disampaikan
oleh teks iklan didasari oleh dua ideologi yang terkandung dalam teks, yaitu ideologi seksis dan ideologi yang memandang persamaan antara laki-laki dan perempuan.
Kata kunci: Konstruksi tekstual, iklan cetak, citra gender, analisis multimodal
(22)
ABSTRACT
Textual construction of gender in printed advertisements show how units of language are arranged to convey a specific meaning related to the image of gender. The function of advertising is not only for sales but also for social agent constructing social environments, in which language is the main tool. Through language comprehension based on Systemic Functional Linguistics (SFL) perspective, it will be obtained how the verbal text and visual text construction conveyed the image of gender in printed advertisements, the interplay between the texts in their way conveyed gender image, and the ideology that lies behind the image of gender in print advertisement.
Data of this research are printed advertisements derived from Documentation Study toward visual data. As a part of analysis toward the media content, this research used Critical Discourse Moment for data identified and classified. Based on the method, data which have collected are print advertisements of Ralph Lauren, Pfizer, TOMMY
HILFIGER, MARC JACOBS, ROBERT LEE MORRIS, L’OREAL PARIS, Smecta, Calvin Klein, Produgen, Soyjoy, Men’s Health, Female, Sweety, Lifebuoy Shampoo, and Pro XL. The data were analyzed by applying a multimodal analysis framework.
Multimodal analysis consists of integrated semiotic analysis of verbal and visual text. The verbal texts were analized by applying Halliday’s language metafunction framework and the visual texts were analyzed by applying Kress’s and van Leeuwen’s visual metafunction framework.
Findings of this research indicate that every metafunction components has an equal potentiality to convey the image of gender. Verbal and visual texts have an interplay which showed the relationship between them i.e. comparative, additive, consequential, and temporal relationship. The image of gender conveyed by the advertisement texts was based on two main ideologies, the sexist ideology and ideology based on equality.
Key words: Textual construction, printed advertisements, image of gender, multimodal analysis
(23)
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Konstruksi adalah suatu istilah umum dalam linguistik yang berhubungan
dengan proses internal penyusunan atau pembentukan suatu unit-unit bahasa (Crystal,
1997: 86). Teks dalam penelitian ini dipahami sebagai unit bahasa yang fungsional,
yang berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi dalam suatu lingkungan sosial (Sinar,
2008:19). Oleh karena itu, konstruksi tekstual berhubungan dengan susunan atau
struktur unit-unit bahasa sehingga mampu menciptakan makna tertentu dalam suatu
interaksi sosial. Melalui suatu analisis terhadap konstruksi tekstual, dapat diketahui
nilai atau pokok suatu teks secara keseluruhan dengan mempertimbangkan kohesi dan
koherensi yang dimiliki satu bagian teks dengan bagian teks lainnya, terutama dalam
menjalankan fungsinya sebagai alat interaksi sosial.
Dalam disiplin linguistik, konstruksi tekstual yang melingkupi penciptaan dan
hubungan makna (Halliday dan Hasan, 1992: 101) dapat didekati dengan beberapa
pendekatan, diantaranya adalah pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik (Systemic
Functional Linguistics), Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) dan
Pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik pada Analisis Multimodal (Systemic
Functional approach to Multimodal Discourse Analysis).
Pendekatan terakhir ini atau yang lebih dikenal dengan analisis multimodal,
(24)
berkaitan erat dengan penggunaan teks-teks yang tidak hanya menampilkan teks
verbal berbentuk bahasa, tetapi juga menggabungkannya dengan bentuk teks lain,
misalnya teks visual (Young dan Fitzgerald, 2006: 170). Melalui analisis multimodal
akan diketahui bagaimana teks verbal dan teks visual membangun makna suatu teks,
apakah kedua model teks tersebut saling mendukung, saling bertentangan, saling
tumpang tindih, atau bahkan memberikan makna yang berbeda satu sama lain dalam
teks yang sama. Keseluruhan informasi dalam teks akhirnya akan menentukan makna
seperti apa yang ingin ditampilkan oleh teks tersebut kepada khalayak (Young dan
Fitzgerald, 2006: 170).
Pentingnya analisis multimodal ini juga karena semakin banyaknya teks
multimodal yang bermunculan, apakah itu dalam bentuk foto berita surat kabar, iklan,
keperluan-keperluan untuk ilustrasi dalam ilmu-ilmu alam dan matematika. Kress dan
van Leeuwen (1996) dalam Young dan Fitzgerald (2006: 170) menyatakan
pentingnya analisis multimodal adalah sebagai akibat semakin meningkatnya
kemunculan teks-teks modern yang tidak hanya mengandung teks verbal tetapi juga
teks visual yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi dalam industri percetakan (Teo,
2004: 193 dalam Young dan Fitzgerald, 2006: 170).
Gombrich (1982) dalam Young dan Fitzgerald (2006: 169) menyatakan
pendapatnya yang bertajuk The Visual mengenai pentingnya teks visual dalam
menyampaikan makna di samping teks verbal. Sementara itu, Kress dan van Leeuwen
(25)
memberikan analisis terhadap teks verbal dan visual. Mereka memfokuskan
perbedaan makna yang dibentuk oleh kedua model teks tersebut serta hubungan
diantara keduanya. Analisis mereka menunjukkan adanya kecenderungan penggunaan
teks visual yang lebih besar daripada penggunaan teks verbal, khususnya dalam
bidang ilmu pengetahuan. Analisis yang mereka lakukan juga berfokus pada sejumlah
pertanyaan apakah teks verbal memiliki kemampuan yang sama dengan teks visual
dalam membangun dan menyampaikan makna. Lebih jauh lagi, apakah teks verbal
memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan teks visual dalam
membangun dan menyampaikan makna atau sebaliknya (Young dan Fitzgerald, 2006:
170).
Analisis multimodal berbasis LFS didasarkan pada konsep metafungsi bahasa,
yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual yang dikemukakan
oleh Halliday. Konsep metafungsi bahasa ini kemudian diadopsi oleh beberapa ahli
seperti Lemke (1998), Kress dan van Leeuwen (1996), dan O’Toole (1994) untuk
membuat komponen metafungsi bahasa visual (Young dan Fitzgerald, 2006:
172-173).
Konsep metafungsi yang diperkenalkan oleh Halliday selanjutnya
dikembangkan oleh beberapa ahli bagi sumber semiotik lainnya disamping teks
verbal. Seperti yang dinyatakan oleh O’Halloran (2009: 3), teori Halliday telah
dikembangkan bagi sumber semiotik visual oleh O’Toole (1994), Krees dan van
(26)
dan suara oleh van Leeuwen (1999); gerak dan gesture oleh Martinec (2000, 2001);
ruang dan arsitek oleh O’Toole (1994), Pang (2004), Stenglin (2004); dan analisis
multimodal teks cetak oleh Baldry dan Thibault (2006), Krees dan van Leeuwen
(2006).
Penelitian tentang iklan cetak dengan menggunakan analisis multimodal telah
dilakukan oleh Yuen (2004). Melalui analisis multimodal dan dengan melakukan
pengembangan terhadap teori Hasan (1996) mengenai struktur iklan cetak, Yuen
(2004) meneliti iklan Epson, Golf, MI, Beetle, dan Guess?. Hasil analisis Yuen
menunjukkan bagaimana hubungan antara teks verbal dan visual dalam menciptakan
makna pesan iklan cetak. Dengan menggunakan perangkat komponen metafungsi
bahasa, analisis multimodal dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan alternatif dalam
menganalisis teks iklan cetak karena kemampuannya dalam melihat teks secara
menyeluruh, yaitu bagaimana teks verbal maupun teks visual menyampaikan makna
tertentu sebuah teks iklan cetak dan bagaimana hubungan di antara keduanya dalam
membentuk dan menyampaikan makna sebuah teks iklan cetak (Young dan
Fitzgerald, 2006: 169-173).
Teks iklan yang dihasilkan dari kegiatan periklanan dapat dipahami bukan
hanya sebagai kegiatan pemasaran belaka, tetapi juga merupakan kegiatan
komunikasi massa persuasif yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pemasaran,
yaitu mendapatkan keuntungan atau laba sebesar-besarnya melalui berbagai
(27)
Komunikasi pemasaran yang dilakukan tidak secara langsung meminta
khalayak untuk membeli dan memakai produk yang diiklankan, tetapi komunikasi
pemasaran dikemas dengan bahasa yang sangat ‘halus’ yang membujuk dan
mempengaruhi khalayak, karena itulah teks iklan menjadi penting untuk diteliti.
Sehingga diketahui bagaimana teks-teks ini bekerja dalam menciptakan makna yang
dapat mempengaruhi khalayak, yang selanjutnya menggiring khalayak untuk
membeli atau menerima produk yang dipasarkan.
Dalam prakteknya, iklan sebagai bagian dari media massa tidak hanya
berfungsi untuk mengirim pesan, khususnya pesan pemasaran, tetapi juga berfungsi
untuk membentuk pencitraan khusus sebuah ‘dunia’ (Goddard, 1998: 3-4), salah
satunya adalah ‘dunia’ laki-laki dan perempuan (Basow: 1992: 165). Iklan
menciptakan berbagai pesan untuk membentuk citra tersebut, sesuai dengan citra
yang diinginkan oleh pemilik produk (Goddard, 1998: 7).
Melalui pesan iklan, khalayak menyimpan dalam benak mereka citra seorang
perempuan yang ideal, yaitu misalnya perempuan dengan kulit putih mulus, lembut,
rambut lurus, langsing, perempuan yang memasak untuk suaminya, yang mencuci
jeans suami atau pakaian anaknya yang kotor atau citra seorang laki-laki yang ideal
yaitu dengan tubuh ‘berisi’ dengan ukuran tubuh proporsional, yang mengkonsumsi
rokok merek X, mengendarai sepeda motor bermerek X, memakai parfum merek X,
atau yang begitu mencintai istrinya (setelah melihat perubahan pada penampilan si
(28)
Seluruh pencitraan di atas akan merujuk pada suatu isu gender mengenai
peran-peran yang dijalankan laki-laki dan perempuan dalam lingkungan sosialnya.
Gender bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik, tetapi lebih kepada peran
sosial yang dimainkan seseorang berdasarkan jenis kelaminnya (Basow, 1992: 2-3).
Isu gender dipengaruhi oleh interaksi sosial dalam masyarakat, sehingga isu ini
berkembang secara berbeda dalam satu masyarakat tertentu dan dipengaruhi oleh
perjalanan waktu (Young dan Fitzgerald, 2006: 36). Isu gender menjadi penting
khususnya dalam perspektif feminisme karena adanya praktek-praktek kekuasaan
yang menyebabkan dominasi satu faktor seksual terhadap faktor seksual lainnya,
misalnya dominasi pria terhadap wanita (Mills, 1997: 78). Isu gender adalah salah
satu isu yang mendapat tempat paling banyak dalam penelitian-penelitian akademis,
khususnya di negara berkembang, apalagi setelah adanya MDGs (Millenium
Development Goals) yang salah satu tujuannya adalah untuk mensejahterakan kaum
perempuan melalui kesetaraan gender dengan laki-laki di negara-negara berkembang
(McDade, 2005: 10).
Untuk mencapai tujuan ini salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
mengadakan penelitian-penelitian dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari disiplin
humaniora sampai kedokteran. Dalam hubungannya dengan bahasa, Holmes dan
Mayerhoff (1999: 180) dalam Young dan Fitzgerald (2006: 36) melihat
penelitian-penelitian mengenai isu gender lebih banyak dilakukan melalui
(29)
Interaksi sosial dalam hal ini dapat berupa praktek-prakter kebahasaan dalam iklan
(Basow, 1992: 166).
Praktek-praktek kebahasaan dalam iklan yang mengandung isu gender
mengalami perubahan seiring perjalanan waktu, misalnya penelitian Goddard (1998:
86-96) terhadap perbedaan bahasa iklan pembalut wanita TAMPAX produksi tahun
1930-an sampai tahun 1950-an dengan iklan yang diproduksi pada tahun 1996, iklan
krim kecantikan Oatine, iklan pembersih lantai Day&Martin, iklan antiseptik
ODO-RO-NO dan iklan layanan masyarakat yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian
Inggris (seluruh iklan ini diterbitkan oleh majalah Woman and Home pada 9 April
1944). Hasil analisisnya menunjukkan pencitraan perempuan sebagai pihak-pihak
yang hanya berhubungan dengan hal-hal domestik. Domestik dalam arti yang sangat
luas, yang mencakup wilayah seksualitas perempuan itu sendiri: perempuan harus
setia, menikah hanya sekali, sehingga masyarakat terlindungi dari ‘penyakit’ (live
cleanly).
Praktek-praktek kebahasaan dalam iklan yang mengandung isu gender juga
berbeda berdasarkan kebudayaan dimana iklan tersebut diterbitkan dan dimana
produk yang diiklankan dipasarkan. Forser dan Warme dalam Goddard (1998: 98)
menganalisis iklan IL Returpaper yang dimuat dalam majalah Manadsjournalen yang
terbit di Swedia sebagai iklan kertas daur ulang tanpa mengandung prasangka gender
meskipun tampilan visualnya adalah seorang perempuan telanjang yang sedang
(30)
Analisis terhadap teks verbalnya menunjukkan keistimewaan kertas daur
ulang yang diproduksi oleh IL Returpaper, bukan hanya dari kualitas kertasnya saja
tetapi proses produksi yang membantu menciptakan keseimbangan lingkungan hayati
melalui daur ulang limbah kertas. Keseimbangan ini tentunya akan memberikan
jaminan bagi kelangsungan kehidupan di bumi yang dikuatkan melalui teks visual
seorang perempuan telanjang yang sedang hamil. Perempuan dalam iklan ini tidak
perlu lagi khawatir mengenai masa depan bayi yang dikandungnya karena kehidupan
di bumi yang seimbang melalui salah satunya pemakaian kertas produksi daur ulang
IL Returpaper.
Berbeda dengan iklan pakaian dalam Wonderbra dan The Loin King di
Amerika Serikat dan Eropa Barat. Bignell dalam Media Semiotics (1997)
menganalisis iklan Wonderbra (1997: 48) sebagai iklan berideologi seksis, sementara
itu, the Committee of Advertising Practice (CAP) menilai iklan The Loin King tidak
bisa dipublikasikan karena menggunakan teks visual yang dinilai porno (Goddard,
1998:13)
Liu dan O’Halloran (2009: 14) melakukan analisis terhadap iklan kecantikan
HURLEY dengan tag “Hurley has body women want”
dilakukan oleh Liu dan O’Halloran, ditemukan citra perempuan ideal sebagai
perempuan dengan lekukan tubuh yang indah, pinggang yang langsing, dan identik
(31)
Hasil ini diperoleh melalui analisis multimodal terhadap komponen visual dan
komponen verbal teks iklan. Komponen visualnya terdiri atas citra seorang
perempuan beserta keseluruhan elemen yang menyertainya, seperti gesture, eye
contact, layout dan teknik pencahayaan dalam iklan tersebut. Sementara komponen
verbalnya berupa tag line: Hurley has body women want. Apabila dilihat hanya pada
sisi komponen verbalnya, maka akan sulit untuk menemukan makna yang dikandung
dalam iklan ini, tetapi dengan menganalisis keseluruhan teks yang di dalamnya juga
termasuk komponen visualnya, dapat dilihat bahwa proses yang terjadi dalam iklan
ini adalah suatu proses Atributif (Liu dan O’Halloran, 2009: 15).
Dari uraian-uraian di atas dapatlah dipahami mengapa penelitian ini menjadi
penting dan menarik, karena melalui analisis multimodal akan diketahui bagaimana
konstruksi teks iklan menyampaikan makna tertentu mengenai gender dan turut serta
dalam membangun konstruksi gender dalam masyarakat.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalah
penelitian dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah konstruksi teks verbal dan teks visual dalam penyampaian
citra gender dalam teks iklan cetak?
2. Bagaimanakah keterkaitan antara teks verbal dan teks visual dalam
(32)
3. Ideologi apakah yang mendasari pencitraan gender dalam teks iklan cetak?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan bagaimana konstruksi teks verbal dan teks visual
dalam penyampaian citra gender dalam teks iklan cetak.
2. Untuk menjelaskan keterkaitan antara teks verbal dan teks visual dalam
penyampaian citra gender dalam teks iklan cetak.
3. Untuk menjelaskan ideologi yang mendasari pencitraan gender dalam teks
iklan cetak.
1.3Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar
penelitian lebih fokus, maka perlu dibuat pembatasan masalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konstruksi tekstual gender
melalui perangkat analisis multimodal. Lebih jauh lagi, analisis akan
melihat ideologi yang mendasari suatu teks iklan melalui hasil analisis
yang diperoleh. Penelitian ini tidak akan melihat aspek kognitif
(33)
2. Penelitian ini hanya meneliti teks iklan yang ditampilkan dalam majalah
karena teks iklan dalam majalah memiliki kelebihan secara visual untuk
diteliti dibandingkan teks iklan cetak lain (Danesi, 2002: 74).
3. Teks-teks iklan cetak yang diteliti diperoleh berdasarkan teknik
pengumpulan data yang dinilai relevan dengan penelitian ini.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara teoretis, temuan dalam penelitian ini diharapkan mampu
memperluas dan memperkaya khasanah penelitian mengenai kajian
linguistik, khususnya kajian-kajian yang menggunakan analisis
multimodal berbasis LFS sebagai kerangka analisisnya.
2. Secara praktis, temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi bagi pekerja media, pemilik usaha, dan pekerja kreatif industri
periklanan dalam membuat iklan, serta bagi masyarakat luas untuk lebih
kritis dalam memahami pesan-pesan dalam iklan. Karena itulah sangat
diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dipublikasikan oleh
perpustakaan dan layanan digital Universitas Sumatera Utara secara resmi.
Publikasi, baik dalam bentuk dokumen tertulis ataupun dokumen digital
(34)
periklanan dan masyarakat luas untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai iklan dan perannya dalam mengkonstruksi gender.
1.5Klarifikasi Istilah
analisis multimodal analisis terhadap teks secara menyeluruh yang
meliputi analisis terhadap seluruh sumber
semiotik yang terdapat di dalam teks tersebut
citra gender penggambaran diri seorang individu
berdasarkan peran-peran sosial yang diperoleh
karena jenis kelaminnya
ideologi kumpulan konsep bersistem yang dijadikan
asas pendapat yang memberikan arah dan
tujuan untuk kelangsungan hidup; paham, teori,
tujuan yang merupakan satu program sosial
politik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
ke-3, 2005: 417)
konstruksi tekstual susunan atau struktur unit-unit bahasa dalam
teks sehingga mampu menciptakan makna
(35)
teks iklan cetak teks berisi pesan pemasaran yang diproduksi
(36)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian utama, yaitu kajian
terhadap berbagai teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang dinilai relevan dengan
penelitian ini. Teori-teori yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam penelitian
ini adalah teori mengenai Linguistik Fungsional Sistemik (LFS), Metafungsi Bahasa,
Analisis Wacana Kritis, Gender, dan teori mengenai Periklanan. Sedangkan hasil
penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian ini adalah berbagai penelitian dalam
bidang linguistik dan ilmu komunikasi yang menggunakan analisis multimodal
sebagai kerangka kerjanya. Penelitian-penelitian tersebut adalah Intersemiotic
Texture: Analizing Cohesive Devices between Language and Citra (Liu Y dan Kay
O’Halloran: 2009), The Construal of Ideational Meaning in Print Advertisement
(Cheong Yin Yuen: 2004), dan British Men’s Magazines’ Scent Advertising and The
Multimodal Discursive Construction of Masculinity: a Prelimenary Study (Eduardo
de Gregorio-Godeo: 2009).
2.1Linguistik Fungsional Sistemik (LFS)
Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) adalah salah satu aliran dalam disiplin
linguistik yang memperkenalkan suatu teori yang disebut dengan teori sistemik. Teori
sistemik bahasa memandang bahasa sebagai bagian dari fenomena sosial yang
(37)
dikemukakan oleh Sinar (2008: 19-24), teori sistemik bahasa melingkupi fungsi,
sistem, makna, semiotika sosial, dan konteks.
Bahasa sebagai fungsi berkaitan dengan penggunaan bahasa bagi interaksi
sosial. Bahasa diorganisir sedemikian rupa untuk melaksanakan suatu fungsi
interaksionis, yakni bagaimana ide-ide dalam wujud bahasa dapat dipahami oleh
pihak lain dalam suatu lingkungan sosial (Sinar, 2008:19).
Fungsi bahasa adalah untuk menciptakan makna, karena itu komponen
terpenting dari suatu bahasa adalah komponen-komponen yang fungsional dalam
menciptakan makna. Terdapat tiga komponen utama dalam menciptakan makna,
yakni komponen ideasional, interpersonal, dan tekstual. Komponen ideasional
berhubungan dengan bagaimana pengguna bahasa memahami lingkungan sosial.
Komponen interpersonal berhubungan dengan bagaimana bahasa digunakan dalam
interaksi sosial. Komponen tekstual berhubungan dengan interpretasi bahasa dalam
fungsinya sebagai pesan (Sinar, 2008: 20).
Sebagai sistem, bahasa bersama-sama dengan sistem sosial lainnya bekerja
dalam menciptakan makna (Halliday dan Hasan, 1992: 5). Sistem makna bahasa atau
sistem semantik dipahami bukan semata-mata sebagai makna kata-kata, tetapi
merupakan sistem bahasa secara keseluruhan. Sistem semantik menyediakan
(38)
dengan pihak lain, di mana sistem semantik ini berhubungan langsung dengan
sistem-sistem lainnya yang berada di sekitar ide interaksi tersebut (Sinar, 2008: 19).
Sistem semantik diwujudkan melalui kata-kata dan tatabahasa dalam suatu
proses penyusunan ide dalam pikiran manusia. Dalam proses ini, kata-kata dan
tatabahasa berhubungan secara alamiah dengan makna yang dirujuknya yang
kemudian menghasilkan ujaran dan tulisan, sehingga proses interaksi dapat berjalan
(Sinar, 2008: 19).
Bahasa sebagai semiotika sosial adalah bahasa sebagai sistem makna
(Halliday dan Hasan, 1992: 4). Semiotika sosial melihat tanda dalam arti yang lebih
luas, yakni sebagai suatu sistem tanda yang merupakan bagian tatanan-tatanan yang
saling berhubungan sebagai pembawa makna dalam budaya. Sehingga, bahasa dalam
semiotika sosial mendapatkan maknanya melalui interaksi sosial, dengan perantara
sosial, dan untuk tujuan sosial pula (Halliday dan Hasan, 1992: 4-6).
Bahasa sebagai semiotika sosial berhubungan dengan penggunaan bahasa
bersama-sama dengan sistem makna lainnya dalam menciptakan kebudayaan
(Halliday dan Hasan, 1992: 5). Pengalaman-pengalaman manusia sebagai bagian dari
dimensi sosial merupakan awal dari munculnya gejala bahasa, oleh karena itu penting
untuk melihat bahasa dari sudut pandang dimensi sosial yang melingkupinya.
Lingkungan sosial merupakan tempat terjadinya pertukaran makna. Oleh
(39)
penggunaan bahasa sebagai alat interaksi sosial untuk menciptakan makna dari
sederetan sistem makna yang tersedia secara keseluruhan berhubungan dengan
konteks yang melatarbelakangi interaksi tersebut (Halliday dan Hasan, 1992: 6).
Terdapat tiga konteks sosial yang melatarbelakangi penggunaan bahasa dalam suatu
proses interaksi, yakni konteks situasi, budaya, dan ideologi (Sinar, 2008: 23-24).
2.1.1 Metafungsi Bahasa
Metafungsi bahasa adalah bentuk-bentuk internal bahasa yang membentuk
tatabahasa. Dengan mengamati metafungsi bahasa dapatlah dilihat hubungan bahasa
dengan dunia luar bahasa, yakni lingkungan sosial bahasa dan bagaimana bahasa
digunakan dalam interaksi sosial (Sinar, 2008: 28). Tatabahasa dalam pandangan LFS
adalah teori pengalaman manusia, dimana pengalaman tersebut direpresentasikan,
dihubungkan, diubah, dan diorganisasikan (Saragih, 2006: 7). Metafungsi bahasa
terdiri atas tiga komponen: (1) komponen ideasional yang terdiri atas fungsi
eksperensial dan fungsi logis, (2) komponen interpersonal, (3) komponen tekstual
(Halliday, 1994: xiii).
Komponen ideasional berfungsi untuk mengkodekan pengalaman-pengalaman
yang membawa gambaran realitas yang direalisasikan melalui sistem transitivitas dan
sistem taksis. Komponen interpersonal berfungsi untuk mengkodekan interaksi dan
menunjukkan bagaimana pengalaman-pengalaman dipertukarkan yang direalisasikan
(40)
sesuai dengan konteksnya yang direalisasikan melalui sistem tema-rema (Sinar, 2008:
30-31).
Berikut ini adalah uraian Halliday (1994:36) terhadap ketiga komponen
metafungsi yang direfleksikan dalam bentuk tatabahasa:
Tabel 2.1 Metafunctions and their reflexes in the grammar
Metafunction (technical
name)
Defenition (kind of meaning)
Corresponding status of Clause
Favoured type of structure experential construing a model
of experience clause as representation segmented (based on constituency)
interpersonal enacting social relationship
clause as exchange
prosodic textual creating relevance
to context
clause as message culminative logical constructing logical
relations
- iterative
Konsep metafungsi bahasa ini kemudian dikembangkan oleh Kress dan van
Leeuwen ke dalam sistem makna lain, yaitu dalam bentuk teks multimodal. Teks
multimodal dibentuk oleh lebih dari satu sistem semiotik (Kress dan van Leeuwen,
2006: 18), misalnya teks yang terdiri dari tulisan dan gambar. Sistem makna
multimodal yang dibentuk secara verbal melalui tulisan dan visual melalui gambar,
dapat merepresentasikan berbagai pengalaman-pengalaman sosial (Kress dan van
Leeuwen, 2006: 18). Misalnya saja sebuah iklan produk kecantikan, komponen
(41)
tetapi komponen visualnya mungkin sebaliknya, mengarah pada prasangka-prasangka
gender yang seksis (Kress dan van Leeuwen, 2006: 18).
Seperti yang telah dikemukakan oleh Gombrich (1982) dalam Young dan
Fitzgerald (2006: 169), pentingnya sistem makna visual diakibatkan oleh semakin
pentingnya elemen visual dalam sistem komunikasi masa kini. Sistem makna visual
merupakan sistem semiotik lain yang secara independen ataupun bersama-sama
dengan bahasa verbal menciptakan kebudayaan. Produk-produk kebudayaan yang
dihasilkan oleh sistem makna ini dapat ditemukan dalam berbagai produk, misalnya
media massa dan iklan (Kress dan van Leeuwen, 2006: 15).
Kress dan van Leeuwen (2006: 40-41) mengembangkan ketiga komponen
metafungsi Halliday di atas untuk sistem semiotik dalam suatu teks multimodal.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sistem semiotik dalam teks multimodal
berarti tidak secara khusus berhubungan dengan bahasa saja sebagai sistem semiotik,
tetapi juga sistem lain seperti visual. Ketiga metafungsi tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
(1) Komponen ideasional: setiap sistem semiotik memiliki kemampuan untuk
merepresentasikan aspek-aspek pengalaman dunia di luar sistem tanda baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, sistem semiotik harus mampu
untuk merepresentasikan objek dan hubungannya dengan dunia di luar sistem
(42)
Dalam hal ini, sistem semiotik memberikan pilihan-pilihan untuk merepresentasikan
objek dengan cara yang berbeda, dimana cara-cara ini dapat saling berhubungan satu
sama lain.
(2) Komponen interpersonal: setiap sistem semiotik harus mampu untuk
memproyeksikan hubungan-hubungan antara pencipta/produser yang menciptakan
tanda atau kompleks tanda dengan penerima/reproducer tanda tersebut. Oleh sebab
itu, sistem semiotik harus mampu memproyeksikan sebuah hubungan sosial diantara
pencipta, pemirsa (yang menerima tanda), dan objek yang direpresentasikan oleh
tanda tersebut.
Seperti halnya komponen metafungsi ideasional, sistem semiotik menawarkan
hubungan interpersonal yang berbeda, beberapa diantaranya didukung oleh satu
bentuk dari reperesentasi visual, misalnya lukisan naturalistik dan diagram. Seseorang
yang difoto mungkin berbicara tentang sesuatu dengan cara melihat ke kamera. Hal
ini merupakan suatu proses interaksi antara orang yang difoto dengan orang-orang
yang nantinya melihat fotonya. Tetapi mungkin juga tidak ada interaksi dalam proses
tersebut, sehingga yang ada hanyalah ‘cermin’ bagi orang-orang yang melihat foto
tersebut sebagai bayangan diri mereka sendiri.
(3) Komponen tekstual: setiap sistem semiotik harus memiliki kemampuan
untuk membentuk teks, kompleks tanda yang saling melekat satu dengan yang lain,
(43)
tersebut diproduksi. Di sini tatabahasa visual juga menciptakan suatu jarak dalam hal:
pengaturan komposisi yang berbeda untuk merealisasikan makna tekstual yang
berbeda pula.
van Zoest dalam Sobur (2004: 126) menjelaskan hubungan-hubungan antara
tanda sebagai sumber semiotik dengan penandanya sebagai ikon, indeks, dan simbol.
Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya,
misalnya foto atau peta. Indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukkan adanya
hubungan dengan yang ditandai, misalnya asap adalah indeks dari api. Simbol adalah
sebuah tanda dimana hubungan antara penanda dan petandanya sebagai suatu yang
bersifat konvensi semata.
Dalam Reading Images (2006), Kress dan van Leeuwen memperkenalkan
realisasi atas ketiga metafungsi di atas untuk bahasa visual seperti yang terlihat dalam
Tabel 2.2 di bawah ini. Realisassi atas ketiga metafungsi ini kemudian dijadikan
sebagai kerangka kerja dalam menganalisis makna visual sebuah teks multimodal.
Tabel 2.2 Realisasi Komponen Metafungsi Visual
Komponen Metafungsi Realisasi
eksperensial struktur naratif interpersonal makna interaktif tekstual komposisi logikal struktur analitik
(44)
Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki
hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan-hubungan
ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara komponen metafungsi dalam
teks verbal dan teks visual. Liu Y dan O’Halloran (2009: 32), merumuskan hubungan
logis tersebut sebagai Inter-semiotic Logical Relations:
Tabel 2.3 Inter-semiotic Logical Relations (Liu Y dan O’Halloran, 2009: 32)
Logical Relations Meaning
Comparative Generality Abstraction
Similiarity
Additive Addition
Consequential Consequence Contingency
Cause Purpose
(45)
Comparative atau hubungan perbandingan adalah suatu hubungan yang
berfungsi untuk mengorganisasikan makna logis dengan memperhatikan kesamaan
antara teks verbal dan teks visual dalam suatu teks multimodal. Kesamaan dalam
hubungan ini ditandai dengan adanya perbedaan tingkat keumuman dan abstraksi
yang dimiliki oleh masing-masing komponen metafungsi (Liu Y dan O’Halloran,
2009: 24-25).
Additive adalah hubungan antara teks verbal dan teks visual yang sifatnya
saling melengkapi. Dalam hubungan Additive, teks verbal dapat memberikan
informasi terhadap teks visual atau sebaliknya, teks visual yang memberikan
informasi terhadap teks verbal. Karena itu, dalam sebuah teks multimodal, makna
dari dua model teks yang berbeda dapat digabungkan (Liu Y dan O’Halloran, 2009:
25).
Hubungan Consequential dalam suatu teks multimodal ditandai dengan
adanya suatu Consequence dan Contingency. Consequence mengacu pada suatu
hubungan kausal dengan efek yang sudah dapat dipastikan. Sedangkan Contingency
adalah suatu hubungan yang mengacu pada efek yang tidak pasti (Liu Y dan
O’Halloran, 2009: 27-30).
Hubungan Temporal dalam suatu teks multimodal ditandai oleh genre
prosedur. Pesan teks verbal dan visual dalam teks ber-genre prosedur dapat saling
(46)
2.2Analisis Wacana Kritis
Pengertian mengenai wacana bergantung kepada sudut pandang yang dipakai
untuk melihatnya. Wacana atau discourse memiliki implikasi yang beragam dalam
teori kritis, sosiologi, linguistik, filsafat, psikologi sosial, dan disiplin lainnya (Mills,
1997: 1). Dalam pandangan linguistik, wacana dapat berarti teks atau ujaran, dengan
demikian wacana dapat dipandang sebagai perluasan dari teks yang memiliki
bentuk-bentuk organisasi internal, koherensi dan kohesi. Masih dalam pandangan linguistik,
wacana dapat berarti konteks dari ujaran tertentu, sehingga kemudian ada yang
disebut sebagai wacana agama atau wacana iklan. Konteks penciptaan teks kemudian
akan menentukan unsur pokok internal dari teks yang diproduksi (Mills, 1997: 9).
Crystal (1987: 116) dalam Mills (1997: 3) memberikan defenisi wacana
sebagai berikut:
Discourse analysis focuses on the structure of naturally occurring spoken
language, as found in such ‘discourse’ as conversation, interviews, commentaries, and speeches. Text analysis focuses on the structure of written language, as found in such ‘text’ as essays, notices, road signs, and chapters. But this distinction is not clear-cut, and there have been many other uses of these labels. In particular, ‘discourse’ and ‘text’ can be used in a much broader sense to include all language units with a definable communicative function, whether spoken or written. Some scholars talk about ‘spoken or written text’.
Dalam pandangan LFS, yang dimaksud dengan wacana (discourse=text)
adalah unit-unit linguistik yang fungsional (function=meaning) berada di dalam
konteks, unit linguistik berupa bunyi, kata, morfem, group/frase, klausa, klausa
(47)
mendahului atau mengikuti sesuatu yang dipertanyakan. Arti yang terealisasi dalam
teks merupakan hasil interaksi pemakai bahasa dengan konteks, dengan istilah lain,
teks wujud dalam konteks sosial tertentu dan tidak ada teks tanpa konteks (Sinar,
2008: 53).
Konteks sosial ini terdiri dari tiga unsur yaitu konteks situasi, budaya, dan
ideologi. Ketiga konteks ini mendampingi bahasa atau teks secara bertingkat dan
membentuk hubungan semiotik bertingkat dengan teks atau bahasa (Sinar, 2008:
23-24). Konteks yang paling konkret adalah konteks situasi karena konteks ini langsung
berhubungan dengan teks atau bahasa, dengan kata lain konteks situasi adalah pintu
konteks sosial kepada bahasa (Halliday dan Hasan, 1992: 62). Konteks budaya
berhubungan dengan penggunaan bahasa secara bersama-sama dengan anggota
budaya yang bersangkutan, di mana bahasa tersebut digunakan (Halliday dan Hasan,
1992: 4-5; Sinar, 2008: 64). Konteks ideologi berhubungan dengan kekuasaan yang
ada di balik penggunaan suatu bahasa (Sinar, 2008: 84).
Sistem makna visual merupakan bagian penting dalam studi kritis yang
menjadi salah satu bagian dalam analisis terhadap sistem komunikasi. Visual, dalam
bentuk apapun secara keseluruhan adalah bagian dari ideologi. Dengan demikian,
sistem makna visual bukanlah sesuatu yang netral tetapi membawa ideologi tertentu.
Analisis terhadap makna visual daalam hal ini dapat dilakukan melalui analisis
(48)
Analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) melihat bahwa sesuatu
yang ‘netral’ pada kenyataannya selalu membawa ideologi tertentu. Norman
Fairclogh dalam Mills (1997: 10) menyatakan bahwa produksi teks dan ujaran
berhubungan dengan kekuasaan ‘power’, misalnya wacana rasisme atau seksis. Sinar
(2008: 4) menyatakan bahwa analisis kritis secara sosial ditujukan kepada aplikasi
analisis LFS. Unit-unit linguistik berfungsi untuk mengkodekan pola ideologi dan
struktur teks yang direpresentasikan melalui bahasa, karena itu setiap pemilihan
unit-unit linguistik mengakibatkan situasi dan tujuan yang berbeda.
2.3Gender
Istilah gender adalah sesuatu yang jauh dari istilah biologis mengenai laki-laki
dan perempuan. Gender tidak sama dengan jenis kelamin ‘sex’, melainkan suatu
karaktek yang diharapkan berdasarkan jenis kelamin. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan ‘sex’ dan karakter tingkah laku
tertentu yang berkaitan dengan jenis kelamin berhubungan dengan ‘gender’; laki-laki
dan perempuan berhubungan dengan ‘sex’ dan maskulin dan feminim berhubungan
dengan ‘gender’ (Goddard, 2000: 1-3)
Penelitian awal mengenai perbedaan jenis kelamin memberikan landasan yang
kuat bagi keyakinan terhadap peran-peran sosial yang ‘alami’ bagi laki-laki dan
perempuan. Peran-peran sosial inilah yang disebut sebagai gender (Basow, 1992:
(49)
berikut: it’s ‘only natural’ that Jane should like babies, it’s ‘only natural’ that Jim
should like football; Jane is ‘naturally’ better than Jim at ironing, Jim is ‘naturally’ better than Jane at building cupboards. And ‘it’s only natural’ that they should together, of course.
Isu gender dipengaruhi oleh interaksi sosial dalam masyarakat, sehingga isu
ini berkembang secara berbeda dalam satu masyarakat tertentu dan dipengaruhi oleh
perjalanan waktu (Young dan Fitzgerald, 2006: 36). Isu gender menjadi penting
khususnya dalam perspektif feminisme karena adanya praktek-praktek kekuasaan
yang menyebabkan dominasi satu faktor seksual terhadap faktor seksual lainnya,
misalnya dominasi pria terhadap wanita (Mills, 1997: 78).
Salah satu acuan dalam studi gender adalah hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mead pada tahun 1965 terhadap tiga kelompok etnik di Papua Timur yang
dirangkumnya dalam Sex and Temperament in Three Primitive Societies
(/id/Wikipedia.org/wiki/Margareth_Mead, 17 Desember 2009). Anggapan
sebelumnya mengenai peran-peran berdasarkan jenis kelamin adalah mitos yang
muncul dari perbedaan karakter laki-laki dan perempuan yang dikaitkan dengan ciri
kepribadian tertentu, misalnya perempuan dikaitkan dengan watak keibuan, lembut,
altruisif, emosional, mandiri, peduli, sementara laki-laki dikaitkan dengan ciri agresif,
dominan. Penelitian Mead terhadap suku Arapesh, Mundugumor, dan Tschambuli
menunjukkan keadaan yang berbeda dengan karakter-karakter yang disebutkan
(50)
Penduduk suku Arapesh, baik laki-laki maupun perempuan memiliki
kepribadian yang cenderung kepada sifat tolong menolong, tidak agresif, penuh
perhatian terhadap kepentingan orang lain, tidak ada seksualitas kuat, dan tidak ada
pihak yang lebih dominan dalam hal kekuasaan. Berbeda dengan penduduk suku
Mundugumor, baik laki-laki dan perempuan diharapkan untuk memiliki kepribadian
agresif, perkasa, kuat, dan disertai seksualitas yang kuat. Pada penduduk suku
Arapesh, mereka justru memiliki peran-peran yang bertentangan dengan anggapan
umum terhadap gender. Dalam masyarakat Arapesh, kaum laki-laki justru memiliki
kepribadian emosional dan cenderung tidak bertanggung jawab, sementara kaum
perempuan memiliki dominasi yang lebih besar dan kuat terhadap kekuasaan.
Maccobby dan Jacklin (1974) dalam Sarwono (2002: 174) menemukan
beberapa anggapan mengenai ciri jenis kelamin yang ternyata tidak sesuai dengan
kenyataan: (1) perempuan lebih bersifat sosial dari laki-laki, kenyataannya menurut
penelitian laki-laki sama tertariknya dengan perempuan pada situasi sosial; (2)
perempuan lebih mudah terpengaruh, kenyataannya tidak ada pengaruh jenis kelamin
kepada mudah tidak mudahnya seseorang untuk dipengaruhi; (3) perempuan
mempunyai harga diri yang lebih rendah dari laki-laki, kenyataannya penilitian
menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai harga diri di bidang yang
berbeda-beda; (4) perempuan lebih baik pada tugas-tugas yang sederhana dan
berulang-ulang, sedangkan laki-laki lebih baik pada tugas yang menuntut pemikiran
(51)
dalam hal ini; (5) laki-laki memiliki daya analisis yang lebih tinggi dari perempuan,
kenyataannya laki dan perempuan sama kemampuan logikanya, walaupun
laki-laki memiliki kemampuan sedikit lebih baik dalam analisis spatial atau ruang; (6)
perempuan kurang mempunyai motif berprestasi, kenyataannya tidak ada perbedaan
seperti itu (walaupun laki-laki sering lebih memandang dirinya sendiri lebih
mempunyai motif berprestasi).
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dapat dilihat bahwa ternyata gender
tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, melainkan merupakan hasil dari
konstruksi sosial. Dengan kata lain, gender bukanlah sesuatu yang dibawa dari lahir,
melainkan hasil dari proses sosialisasi. Sosialisasi dapat berlangsung melalui
agen-agen sosialisasi, seperti keluarga, kelompok bermain, sekolah, dan media massa
(Basow, 1992: 118).
Media massa sebagai salah satu agen konstruksi sosial gender menggunakan
bahasa sebagai alat konstruksi. Teks media massa memiliki struktur sedemikian rupa
dalam mengkonstruksi gender. Analisis terhadap isi media menunjukkan adanya dua
ideologi utama yang menerangkan, menjelaskan, dan membenarkan tingkah laku
tertentu berdasarkan gender. Pertama, ideologi seksis yang memandang bahwa derajat
laki-laki lebih tinggi dibandingkan derajat perempuan. Kedua, ideologi non-seksis
yang memandang bahwa laki-laki dan perempuan memeiliki derajat yang sama dalam
(52)
Ideologi seksis dapat dibagi dalam beberapa kategori, yaitu patriarki,
familialisme, ibuisme, dan umum. Ideologi patriarki memandang bahwa laki-laki
(ayah) memiliki hak mutlak atas keluarganya, termasuk perempuan di dalamnya (istri
dan anak perempuan). Ideologi familialisme memandang perempun sebagai bagian
sentral dalam peran-peran rumahtangga. Ideologi familialisme menuntut perempuan
untuk menjadi seorang istri dan ibu yang baik, sehingga sejak dini seorang
perempuan telah dipersiapkan untuk hal tersebut. Ideologi ibuisme merupakan
ideologi seksis yang berkembang pertama kali pada masa pemerintahan Ratu Victoria
di Inggris. Ideologi ibuisme digunakan untuk mengontrol ruang gerak perempuan
dengan dengan cara memantapkan konsep ‘kodrat’ yang melekat pada diri
perempuan. Ideologi umum merupakan ideologi yang menekankan nilai pingitan
(seclusion) perempuan, pengucilan perempuan dari bidang-bidang tertentu
(exclusion), dan mengutamakan feminitas perempuan (Darma, 2009: 215-221).
2.4 Periklanan
Periklanan (advertisement) secara etimologis berasal dari bahasa Latin
‘advertere’ yang berarti ‘mengalihkan’. Sehingga iklan merupakan teks yang
berfungsi untuk menarik perhatian. Iklan tidak harus berhubungan dengan produk
dalam pengertian material, tetapi juga produk dalam arti luas, yaitu ide. Tetapi yang
terpenting, yang pasti dimiliki oleh setiap iklan, yakni keuntungan yang diperoleh
(53)
Periklanan adalah suatu proses ‘pemasaran’ produk berupa ide dan material
melalui suatu proses komunikasi. Dalam proses ini, efek yang dihasilkan bersifat
kumulatif dan dalam jangka waktu yang lama. Cara yang dilakukan adalah dengan
menggabungkan berbagai pesan kebudayaan dimana iklan tersebut diproduksi. Pesan
ini kemudian dapat berfungsi sebagai: (1) cermin kebudayaan tersebut; (2) sebagai
alat untuk mengkonstruksikan nilai-nilai budaya; (3) sebagai refleksi nilai-nilai
kekuasaan kelompok penguasa yang memproduksinya (Goddard, 1998:3).
Dengan demikian, iklan dapat dipandang sebagai wacana yang memberikan
sumbangan besar bagi cara masyarakat mengkonstruksi identitas. Konstruksi realitas
ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa verbal dan visual yang diwujudkan
melalui gambar, grafik, lay out (tata letak), warna dikombinasikan dengan bunyi,
kata, frase, klausa, kalimat ataupun ditampilkan secara tunggal tanpa kombinasi
diantara keduanya (Goddard, 1998: 3-26).
Salah satu media yang digunakan oleh pengiklan dalam mengiklankan
produknya adalah media cetak. Struktur teks dalam iklan cetak terdiri atas teks
verbal, teks visual, dan gabungan diantara keduanya. Ketika seseorang bermaksud
untuk melihat makna yang terkandung dalam sebuah pesan iklan, maka ia harus
melakukan analisa terhadap kedua komponen teks tersebut. Artinya, analisis
multimodal menjadi suatu alternatif untuk mengetahui makna yang dikandung dalam
pesan iklan (Kress dan van Leeuwen, 2006: 15; Young dan Fitzgerald, 2006:
(54)
Hasan (1996: 41) dalam Yuen (2004: 164) menjelaskan struktur umum iklan
cetak sebagai berikut: Capture^Focus^Justification. Struktur ini mencoba
menjelaskan komponen iklan secara keseluruhan, verbal dan visual. Dalam
perkembangan selanjutnya, karena struktur ini dinilai belum cukup jelas dalam
melihat hubungan antara komponen verbal dan visual, maka Yuen (2004: 165-174)
memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai struktur iklan cetak dalam bentuk tabel
berikut:
Tabel. 2.4 Struktur Umum Iklan Cetak IKLAN
Komponen Verbal Komponen Visual
Announcement: Primary, Secondary
Lead: Locus of Attention (LoA), Complement to the Locus of Attention (Comp. LoA)
Enhancer Display: Explicit, Implicit, Congruent, Incongruent (metaphorical)
Emblem Tag
Call-and-visit information
Emblem
Komponen linguistik yang terpenting dalam sebuah teks iklan adalah
Announcement. Ukuran, jenis huruf, warna, dan skalanya yang berbeda dengan
bagian linguistik lain dalam teks, berfungsi untuk menangkap dan membawa esensi
makna yang dimiliki oleh pesan iklan. Primary Announcement mengandung tiga
pengertian, yaitu (1) sebagai satu-satunya pesan iklan, (2) bagian terpenting secara
(55)
Secondary Announcement memiliki pesan yang secara interpersonal tidak begitu
penting dalam teks iklan (Yuen, 2004: 173).
Enhancer hanya terdiri dari komponen-komponen linguistik, biasanya dalam
bentuk paragraf. Enhancer berfungsi untuk membangun atau memodifikasi makna
yang berasal dari interaksi antara Lead dan Announcement. Secara ideasional, fungsi
Enhancer adalah untuk menunjukkan kekuatan produk sehingga layak untuk
dikonsumsi. Secara interpersonal, Enhancer berfungsi untuk membujuk dan
mempengaruhi khalayak. Karena itu, Enhancer berisi kata-kata yang sifatnya emotif
dan secara kultural, kata-kata yang mengandung nilai-nilai dalam sistem sosial.
Secara logis, Enhancer menjelaskan hubungan-hubungan antar klausa (Yuen, 2004:
173).
Beberapa elemen tertentu yang tidak terdapat dalam enhancer terdapat dalam
Tag. Tag biasanya dicetak dalam bentuk tulisan kecil yang tidak menonjol yang
secara gramatikal biasanya direalisasikan sebagai non-finit. Tidak berbeda dengan
Tag, Call-and-Visit Information juga dicetak dalam bentuk tulisan kecil yang tidak
menonjol. Bagian ini adalah kontak informasi dimana khalayak dapat membeli atau
memperoleh produk yang diiklankan (Yuen, 2004: 174).
Lead adalah bagian iklan yang paling utama secara visual, melalui ukuran,
posisi dan atau warna. Lead memiliki potensi makna terbesar dalam menyimpan
(56)
Complement to the Locus of attention (Comp.LoA) (Yuen, 2004: 165). LoA adalah
bagian yang menjadi inti pesan iklan, yang dikemas dalam ukuran dan warna dengan
kualitas berbeda dengan komponen visual lainnya (Yuen, 2004: 165). Fungsi
ideasional LoA adalah untuk menerangkan realitas yang diciptakan oleh si pembuat
iklan dimana persepsi khalayak terhadap realitas ini merupakan suatu ‘manipulasi’.
Fungsi interpersonalnya adalah untuk menarik perhatian khalayak dan fungsi
tekstualnya adalah sebagai batu loncatan bagi pengembangan inti pesan (Yuen, 2004:
165-166). Sementara itu, Comp. LoA memiliki fungsi sebagai penghubung dan untuk
memfokuskan perhatian khalayak terhadap bagian-bagian khusus dalam LoA (Yuen,
2004: 169).
Display secara eksplisit berfungsi untuk menggambarkan produk secara nyata,
secara Implicit berfungsi untuk merealisasikan bentuk produk ataupun jasa yang tidak
nyata menjadi nyata melalui medium lain. Sementara itu, display Congruent
berfungsi untuk merealisasikan produk tanpa melalui simbolisasi dan display
Incongruent merealisasikan produk melalui simbolisasi (Yuen, 2004: 171).
Emblem secara visual direalisasikan melalui logo produk yang diiklankan,
secara linguistik direalisasikan melalui brandname atau merek produk. Emblem
berfungsi untuk memberikan identitas atau status bagi produk yang penempatannya
(57)
Media cetak khususnya majalah mampu memproduksi iklan-iklan dengan
tingkat ketajaman warna sempurna. Kebutuhan warna yang baik jelas-jelas
merupakan kebutuhan bagi suatu produksi iklan, khususnya iklan produk makanan,
wisata, make up, fashion, kebutuhan-kebutuhan penampilan fisik. (Lee dan Jhonson,
2007: 240).
Lee dan Johnson (2007: 242-246) mengklasifikasikan majalah berdasarkan
pada khalayak yang mereka layani:
1. Majalah konsumen: majalah konsumen adalah majalah yang secara khusus
menyerukan hampir semua minat dan gaya hidup spesifik konsumen.
Majalah konsumen diarahkan kepada masyarakat yang membeli
produk-produk untuk dikonsumsi sendiri. Mis: majalah perkawinan, majalah
kebugaran, majalah wisata, majalah fashion, majalah karir, majalah
kesehatan, majalah pria-wanita, majalah dengan minat umum.
2. Majalah bisnis: majalah bisnis diarahakan kepada para pembaca bisnis,
misalnya: majalah industri yang diarahkan kepada para pelaku manufaktur
(Chemical week), majalah perdagangan yang diarahkan kepada para perantara
(Progressive Grocer), majalaah bisnis yang diarahkan kepada para
profesional khusus (National Law Review, Journal of Accounting).
3. Majalah pertanian: majalah pertanian diarahkan kepada publiksai-publikasi
(58)
memproduksi atau menjual peralatan, pasokan, dan jasa pertanian (Successful
Farming, Progressive Farmer, Farm Jornal).
4. Majalah komputer/internet: majalah jenis ini mulai muncul dan berkembang
pada awal tahun 1990-an. Majalah ini ditargetkan kepada para penguna
internet dan computer. (Internet Basics, Webguide Monthly, Online
Invesrtor, PC Magazine, PC World).
5. Majalah Online: majalah online adalah majalah cetak yang dipublikasikan
melalui media internet.
Sementara itu, Jefkins (1996: 90-95) mengklasifikasikan majalah sebagai
berikut: majalah nasional, majalah internasional, dan majalah minat khusus. Menurut
Lee dan Jhonson (2007: 247-248), media periklanan pada majalah memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1. Kelebihan periklanan majalah
a. Kemampuan untuk menuju khalayak-khalayak khusus/spesifik adalah ciri
yang paling membedakan periklanan majalah dari media lain.
b. Majalah dicatat atas usia panjangnya dan keterlibatan pembaca yang tinggi.
Kebanyakan pembaca menghabiskan beberapa hari untuk membaca majalah
baru, kemudian menyimpannya untuk jangka waktu yang lama. Para
(59)
kepada pembaca lain (pemabaca sekunder), yang akan semakin menambah
usia majalah.
c. Iklan-iklan majalah memiliki kualitas cetak dan warna yang baik.
d. Majalah menawarkan format luwes yang akan memungkinkan ukuran-ukuran
iklan yang berbeda.
e. Terkadang alih-alih membeli halaman periklanan standar, satu pengiklan
menggunakan sisipan majalah. Pengiklan mencetak iklannya pada suatu
kertas khusus berkualitas tinggi dan mengirimkan iklan jadinya kepada
penerbit untuk disisipkan dalam majalah dengan harga khusus.
2. Kekurangan Periklanan Majalah
a. Periklanan dalam majalah-majalah bertiras besar seperti Times bisa sangat
mahal. Meski demikian, harga ruang iklan dalam publikasi-publikasi yang
lebih khusus yang bertiras lebih kecil akan lebih sedikit.
b. Iklan-iklan majalah harus diserahkan jauh sebelum tanggal publikasi, biasanya
30 hingga 90 hari.
c. Majalah-majalah biasanya mengukur kesuksesan mereka dalam lingkup
jumlah halaman iklan yang mereka tarik. Dengan demikian, kepadatan
(60)
2.5Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Konsep metafungsi bahasa Halliday telah dikembangkan oleh beberapa ahli
dalam meletakkan dasar-dasar analisis bagi sumber semiotik lain. O’Halloran (2009:
3) mencatat beberapa ahli yang telah meletakkan dasar-dasar teori bagi sumber
semiotik lain: semiotik visual oleh O’Toole (1994), Krees dan van Leeuwen (1996);
simbol dan tanda-tanda matematis oleh O’Halloran (2005); musik dan suara oleh van
Leeuwen (1999); gerak dan gesture oleh Martinec (2000, 2001); ruang dan arsitek
oleh O’Toole (1994), Pang (2004), Stenglin (2004); dan analisis multimodal teks
cetak oleh Baldry dan Thibault (2006), Krees dan van Leeuwen (2006). Berdasarkan
pengamatan terhadap beberapa hasil penelitian terdahulu, terdapat beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:
Intersemiotic Texture: Analyzing Cohesive Devices between Language and Images oleh Liu Y dan Kay O’Halloran (2009). Penelitian yang dikerjakan di Multimodal Analysis Laboratory, National University of Singapore ini menganalisis
hubungan antara teks verbal dan teks visual dalam suatu teks multimodal. Liu dan
O’Halloran menggunakan data penelitian berupa tiga iklan cetak: HURLEY (produk
kecantikan), ALPEN CEREAL (produk makanan), dan DIOVAN (obat antihipertensi).
Dengan menggunakan perangkat analisis multimodal Kress dan van Leeuwen (1996),
Royce (1998), dan Jones (2007), penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara
(61)
The Construal of Ideational Meaning in Print Advertisements oleh Cheong
Yin Yuen (2004). Penelitian ini meneliti makna ideasional yang terdapat dalam teks
iklan cetak. Dengan menggunakan analisis multimodal dan menerapkan teori Hasan
(1996) mengenai struktur iklan cetak terhadap iklan Epson, Golf, MI, Beetle, dan
Guess?, penelitian ini menunjukkan adanya kaitan antara teks verbal dan teks visual
dalam membentuk makna idesional teks iklan cetak.
British Men’s Magazines’ Scent Advertising and The Multimodal Discursive Construction of Masculinity: a Preliminary Study oleh Eduardo de Gregorio-Godeo
(2009). Penelitian Godeo ini dilakukan terhadap iklan parfum pria yang diterbitkan
oleh majalah Inggris, seperti Arena, Esquire, FHM, Front, GQ, Loaded, Maxim,
Men’s Health dan Stuff for Men. Godeo dalam penelitian ini menggunakan analisis
multimodal dengan menggabungkan konsep metafungsi Halliday, analisis bahasa
visual Kress dan van Leeuwen (1996), dan analisis wacana kritis Norman Fairclough
(1989). Penelitian ini menunjukkan adanya kaitan antara teks verbal dan teks visual
(62)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam
memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1996: 40).
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggunakan analisis multimodal yang
dikembangkan dari pemikiran Halliday mengenai metafungsi bahasa: fungsi
ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. Analisis multimodal merupakan
suatu analisis menyeluruh terhadap bahasa verbal dan visual. Untuk analisis bahasa
verbal digunakan analisis metafungsi bahasa Halliday dan untuk analsis visual
dipakai model analisis Kress dan van Leeuwen (2006) yang merupakan hasil
pengembangan terhadap metafungsi bahasa Halliday.
3.2 Model Teoritis
Berdasarkan kerangka konsep di atas, untuk memudahkan jalannya penelitian,
diperlukan sebuah model teoritis yang sistematis. Berikut ini adalah model teoritis
(63)
Tabel 3.1 Model Teoritis Analisis Multimodal TEKS MULTIMODAL
Ideasional: transitivitas dan sistem taksis
Ideasional: struktur naratif dan struktur analitik
Interpersonal: sistem modus Interpersonal: makna interaktif Tekstual: tema-rema Tekstual: komposisi
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Tipe Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang sifatnya deskriptif.
Deskripsi ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci,
mengidentifikasi masalah, membuat perbandingan atau evaluasi dan belajar dari
pengalaman untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang
(Rakhmat, 2004: 25).
Interpretasi merupakan salah satu orientasi teoritis dalam jenis penelitian
kualitatif. Interpretasi dalam penelitian kualitatif merupakan interaksi simbolik antara
peneliti dengan pengalaman manusia, objek, orang, situasi, dan peristiwa (Bungin,
2007: 42, 45, 187). Dalam penelitian ini, peneliti akan berinteraksi dengan teks iklan,
baik teks verbal maupun visual yang dimuat dalam majalah. Setelah teks dipaparkan
berdasarkan strukturnya, kemudian akan dianalisis dengan menggunakan kerangka
kerja multimodal berdasarkan metafungsi bahasa yang dikemukakan oleh Halliday.
(64)
rasional atau analisis terhadap makna dan ideologi yang dikandung oleh teks iklan
tersebut.
3.3.2 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah teks iklan cetak yang diterbitkan dalam
sirkulasi internasional oleh majalah Herper’s BAZAAR Indonesia, COSMOPOLITAN
Indonesia, female Indonesia, Esquire Indonesia, Men’s Health Indonesia, dan Parents
guide. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menjelaskan bagaimana
konstruksi teks verbal dan teks visual dalam penyampaian citra gender dalam teks
iklan cetak, maka teks dalam iklan yang diterbitkan melalui media cetak jenis majalah
adalah teks yang paling tepat untuk diteliti. Hal ini karena kemampuan yang dimiliki
majalah untuk menerbitkan iklan-iklan dengan kualitas cetak terbaik yang sangat
signifikan dalam produksi teks iklan khususnya untuk teks visual (Lee dan Jhonson,
2007: 240). Selain itu, majalah memiliki kelebihan lain dibandingkan media cetak
lainnya dalam hal segmentasi khalayak/pembaca. Khalayak pembaca majalah
tersegmentasi berdasarkan karakteristik atau jenis majalah tersebut (Lee dan Jhonson,
2007: 247).
Ke-enam majalah di atas dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini
karena telah memberikan informasi yang terkait dengan penelitian ini.
Majalah-majalah di atas juga merupakan Majalah-majalah-Majalah-majalah dalam sirkulasi internasional yang
(65)
bahan cetak berkualitas yang menampilkan efek visual yang baik. Dari segi isi,
majalah-majalah tersebut termasuk majalah konsumen, isinya banyak mengandung
iklan mengenai gaya hidup yang mengusung ide-ide mengenai nilai dan peran sosial.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, salah satu ide dalam iklan-iklan tersebut
memberikan informasi mengenai gender, misalnya bagaimana seharusnya gaya hidup
seorang laki-laki, bagaimana posisi seorang perempuan dalam keluarga, masyarakat,
lingkungan pekerjaan dan informasi lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
Dari data yang dikumpulkan terdapat 12 teks iklan yang relevan dengan
penelitian ini. Pemilihan terhadap kedua belas data ini disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian ini, yaitu untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai
pencitraan gender melalui bahasa yang terjadi dalam keluarga, kelompok bermain,
dunia pendidikan atau sekolah, ruang publik atau sosialita, tempat bekerja, dan
melalui media massa. (Basow, 1992: 141). Karena tipe penelitian ini bersifat
kualitatif, maka informasi tersebut tidak diperoleh berdasarkan jumlah data,
melainkan berdasarkan kualitas data yang diteliti. Berikut ini adalah teks iklan yang
berhasil dikumpulkan yang dianggap cukup berkualitas untuk menyampaikan
(66)
Tabel 3.2 Data dan Sumber Data
NO DATA SUMBER DATA
1 RALPH LAUREN Harper’s BAZAAR INDONESIA Edisi Agustus 2009
2 PFIZER MEN’S HEALTH INONESIA Edisi Maret 2009 Vol II No. 03
3 TOMMY HILFIGER, MARC JACOBS, ROBERT LEE MORRIS, L’OREAL PARIS
Harper’s BAZAAR INDONESIA Edisi Agustus 2009
4 SMECTA Parents Guide Edisi Juni 2008 Vol VI No. 9
5 CALVIN KLEIN ESQUIRE INDONESIA Edisi XXXI September 2009
6 PRODUGEN Female INDONESIA Edisi Juli 2009
7 SOYJOY COSMOPOLITAN INDONESIA Edisi April 2009
8 MEN’S HEALTH MEN’S HEALTH INONESIA Edisi Maret 2009 Vol II No. 3
9 FEMALE Female INDONESIA Edisi Juli 2009
10 SWEETY Parents Guide Edisi Juni 2008 Vol VI No. 9
11 LIFEBUOY SHAMPOO Parents Guide Edisi Juni 2008 Vol VI No. 9
12 PRO XL MEN’S HEALTH INONESIA Edisi Maret 2009 Vol II No. 03
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dan terkait dengan penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu studi dokumen (Document Research)
terhadap bahan visual (Bungin: 2007). Keduanya dilakukan dengan cara
(67)
diproduksi secara digital dari beberapa majalah (Bungin, 2007: 123). Data
dikumpulkan secara langsung melalui pengidentifikasian dan pengkategorian sesuai
dengan teknik yang telah ditetapkan.
Teknik yang digunakan untuk pengidentifikasian dan pengkategorian adalah
teknik Critical Discourse Moment. Teknik Critical Discourse Moment digunakan
dalam penelitian analisis wacana kritis terhadap media, di mana dalam penelitian ini
media tersebut adalah iklan. Critical Discourse Moment terjadi pada iklan-iklan yang
sangat interaktif, menampilkan klimaks yang sangat dramatis melalui konstruksi
bahasa dan gambar yang ditampilkan, mengandung pesan persuasif yang dijelaskan
secara terperinci dan hati-hati dengan menawarkan sekelompok pola orientasi bagi
masing-masing pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (Dirks, 2006: 117),
sehingga mampu memberikan informasi sebanyak mungkin bagi penelitian ini.
(1)
TINGKATKAN IMUNITAS UJI DIRI 60 DETIK OTOT MAKSIMAL DALAM 10 GERAKAN MAKANAN TERBAIK DI PERJALANAN STAMINA PUNCAK! PERTAHANKAN 5 STRATEGI PERTAHANKAN RAMBUT
TAMPIL KEREN DALAM 2 MENIT…ATAU KURANG HAL. 44 MAKAN ENAK SEKS JADI HEBAT
BARU: TUBUH KEKAR LIHAT HASILNYA DALAM 10 HARI CARA TERBAIK TANGKAL FLU
BUAT SI DIA ‘BINAL’ MALAM INI 17 LANGKAH MUDAH HIDUP SEHAT
BONUS: TOTAL BODY WORKBOOK BISEPS BESAR MULAI SEKARANG GROUP FEMINA
(2)
Subscribe to a fashionable life with female!
female: Indonesia’s Announcementing fashion & beauty magazine NEWLOOK
Testimonials from Couples Who Had Sex in Public Places
55+ FASHION ESSENTIALS FOR THIS SEASON: Holiday Wardrobe, Leather Goods, One Shoulder, Empowerment Dress, and more!
La Voyage: 99 TIPS YOU SHOULD KNOW BEFORE TRAVELING 20 ADEGAN “HOT” FILM HOLLYWOOD YANG BISA ANDA TIRU Plus Size Can Wear Trend! We Show You How
25 HOLIDAY DESTINATIONS FOR BEAUTY ADDICT AND FASHION LOVER FROM THE BEST SPA TO THE BEST SHOE MAKER
(3)
20 BEAUTY PRODUCTS FOR TRAVELING Get Fling Without Caught!
Pembaca Female dimanjakan dengan berbagai pilihan. Dapatkan info terbaru dari dunia fashion, kecantikan, dan gaya hidup-apakah itu tren fashion terkini atau info klub terkemuka. Female Indonesia sebagai majalah terdepan dalam fashion dan kecantikan, adalah bacaan wajib para fashionistas dan beauty junkies.
Data 10: (Sumber: Parents guide edisi Juni 2008, Vol. VI No. 9)
Pendidikan Adalah Perhiasan Dalam Kemakmuran. Perlindungan Dalam Kesusahan: Aristotle, ahli filsafat dari Yunani.
Aristoteles adalah seorang ahli Filosofi dari Yunani. Beliau banyak menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi, dan zoology.
(4)
Data 11: (Sumber: Parents guide edisi Juni 2008, Vol. VI No. 9)
RAMBUT TEBAL DAN SEHAT AWAL KEMENANGANMU
Lifebuoy Shampoo dengan Milk Protein Booster melindungi rambut keluarga dari debu kotoran dan polusi, biarkan rambut tebal dan sehat membawa buah hati Anda maraih kemenangan setiap hari.
(5)
GUNAKAN HAK PILIH ANDA! PILIH ISI ULANG PAKET BICARA ISI ULANG PAKET BICARA 100 ISI ULANG PAKET BICARA 75
HEMAT PULSA DENGAN ISI ULANG PAKET BICARA
Bagi Anda yang senang bicara, pilihan Isi Ulang Paket Bicara pasti hemat, praktis dan tepat.
• Isi Ulang Paket Bicara 75 seharga Rp. 75.000 berisi: pulsa Rp. 25.000, 50 call unit dan 100 SMS.
• Isi Ulang Paket Bicara 100 seharga Rp. 100.000 berisi: pulsa Rp. 25.000, 75 call unit dan 150 SMS.
(6)
Segera gunakan hak pilih Anda di XL-Shop, XL-Ritel dan XL-Kita atau klik
Bagi pengguna Isi Ulang Paket Bicara dan Isi Ulang Paket SMS, mulai 4 Juni 2003 bila anda mengakses *123# akan keluar keterangan saldo pulsa seperti ini: Rp. 21.800 Call Unit 71.0 SMS 120
proXL, Tak Hanya Bicara