Metafungsi Bahasa Linguistik Fungsional Sistemik LFS

penggunaan bahasa sebagai alat interaksi sosial untuk menciptakan makna dari sederetan sistem makna yang tersedia secara keseluruhan berhubungan dengan konteks yang melatarbelakangi interaksi tersebut Halliday dan Hasan, 1992: 6. Terdapat tiga konteks sosial yang melatarbelakangi penggunaan bahasa dalam suatu proses interaksi, yakni konteks situasi, budaya, dan ideologi Sinar, 2008: 23-24.

2.1.1 Metafungsi Bahasa

Metafungsi bahasa adalah bentuk-bentuk internal bahasa yang membentuk tatabahasa. Dengan mengamati metafungsi bahasa dapatlah dilihat hubungan bahasa dengan dunia luar bahasa, yakni lingkungan sosial bahasa dan bagaimana bahasa digunakan dalam interaksi sosial Sinar, 2008: 28. Tatabahasa dalam pandangan LFS adalah teori pengalaman manusia, dimana pengalaman tersebut direpresentasikan, dihubungkan, diubah, dan diorganisasikan Saragih, 2006: 7. Metafungsi bahasa terdiri atas tiga komponen: 1 komponen ideasional yang terdiri atas fungsi eksperensial dan fungsi logis, 2 komponen interpersonal, 3 komponen tekstual Halliday, 1994: xiii. Komponen ideasional berfungsi untuk mengkodekan pengalaman-pengalaman yang membawa gambaran realitas yang direalisasikan melalui sistem transitivitas dan sistem taksis. Komponen interpersonal berfungsi untuk mengkodekan interaksi dan menunjukkan bagaimana pengalaman-pengalaman dipertukarkan yang direalisasikan melalui sistem modus. Komponen tekstual berfungsi untuk mengorganisasikan pesan Universitas Sumatera Utara sesuai dengan konteksnya yang direalisasikan melalui sistem tema-rema Sinar, 2008: 30-31. Berikut ini adalah uraian Halliday 1994:36 terhadap ketiga komponen metafungsi yang direfleksikan dalam bentuk tatabahasa: Tabel 2.1 Metafunctions and their reflexes in the grammar Metafunction technical name Defenition kind of meaning Corresponding status of Clause Favoured type of structure experential construing a model of experience clause as representation segmented based on constituency interpersonal enacting social relationship clause as exchange prosodic textual creating relevance to context clause as message culminative logical constructing logical relations - iterative Konsep metafungsi bahasa ini kemudian dikembangkan oleh Kress dan van Leeuwen ke dalam sistem makna lain, yaitu dalam bentuk teks multimodal. Teks multimodal dibentuk oleh lebih dari satu sistem semiotik Kress dan van Leeuwen, 2006: 18, misalnya teks yang terdiri dari tulisan dan gambar. Sistem makna multimodal yang dibentuk secara verbal melalui tulisan dan visual melalui gambar, dapat merepresentasikan berbagai pengalaman-pengalaman sosial Kress dan van Leeuwen, 2006: 18. Misalnya saja sebuah iklan produk kecantikan, komponen verbalnya mungkin tidak mengarah kepada prasangka-prasangka gender yang seksis, Universitas Sumatera Utara tetapi komponen visualnya mungkin sebaliknya, mengarah pada prasangka-prasangka gender yang seksis Kress dan van Leeuwen, 2006: 18. Seperti yang telah dikemukakan oleh Gombrich 1982 dalam Young dan Fitzgerald 2006: 169, pentingnya sistem makna visual diakibatkan oleh semakin pentingnya elemen visual dalam sistem komunikasi masa kini. Sistem makna visual merupakan sistem semiotik lain yang secara independen ataupun bersama-sama dengan bahasa verbal menciptakan kebudayaan. Produk-produk kebudayaan yang dihasilkan oleh sistem makna ini dapat ditemukan dalam berbagai produk, misalnya media massa dan iklan Kress dan van Leeuwen, 2006: 15. Kress dan van Leeuwen 2006: 40-41 mengembangkan ketiga komponen metafungsi Halliday di atas untuk sistem semiotik dalam suatu teks multimodal. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sistem semiotik dalam teks multimodal berarti tidak secara khusus berhubungan dengan bahasa saja sebagai sistem semiotik, tetapi juga sistem lain seperti visual. Ketiga metafungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1 Komponen ideasional: setiap sistem semiotik memiliki kemampuan untuk merepresentasikan aspek-aspek pengalaman dunia di luar sistem tanda baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, sistem semiotik harus mampu untuk merepresentasikan objek dan hubungannya dengan dunia di luar sistem representasi tersebut. Dunia ini mungkin dan seringkali adalah sistem tanda yang lain. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini, sistem semiotik memberikan pilihan-pilihan untuk merepresentasikan objek dengan cara yang berbeda, dimana cara-cara ini dapat saling berhubungan satu sama lain. 2 Komponen interpersonal: setiap sistem semiotik harus mampu untuk memproyeksikan hubungan-hubungan antara penciptaproduser yang menciptakan tanda atau kompleks tanda dengan penerimareproducer tanda tersebut. Oleh sebab itu, sistem semiotik harus mampu memproyeksikan sebuah hubungan sosial diantara pencipta, pemirsa yang menerima tanda, dan objek yang direpresentasikan oleh tanda tersebut. Seperti halnya komponen metafungsi ideasional, sistem semiotik menawarkan hubungan interpersonal yang berbeda, beberapa diantaranya didukung oleh satu bentuk dari reperesentasi visual, misalnya lukisan naturalistik dan diagram. Seseorang yang difoto mungkin berbicara tentang sesuatu dengan cara melihat ke kamera. Hal ini merupakan suatu proses interaksi antara orang yang difoto dengan orang-orang yang nantinya melihat fotonya. Tetapi mungkin juga tidak ada interaksi dalam proses tersebut, sehingga yang ada hanyalah ‘cermin’ bagi orang-orang yang melihat foto tersebut sebagai bayangan diri mereka sendiri. 3 Komponen tekstual: setiap sistem semiotik harus memiliki kemampuan untuk membentuk teks, kompleks tanda yang saling melekat satu dengan yang lain, baik secara internal maupun dengan konteks di dalamnya dan untuk apa tanda-tanda Universitas Sumatera Utara tersebut diproduksi. Di sini tatabahasa visual juga menciptakan suatu jarak dalam hal: pengaturan komposisi yang berbeda untuk merealisasikan makna tekstual yang berbeda pula. van Zoest dalam Sobur 2004: 126 menjelaskan hubungan-hubungan antara tanda sebagai sumber semiotik dengan penandanya sebagai ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto atau peta. Indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukkan adanya hubungan dengan yang ditandai, misalnya asap adalah indeks dari api. Simbol adalah sebuah tanda dimana hubungan antara penanda dan petandanya sebagai suatu yang bersifat konvensi semata. Dalam Reading Images 2006, Kress dan van Leeuwen memperkenalkan realisasi atas ketiga metafungsi di atas untuk bahasa visual seperti yang terlihat dalam Tabel 2.2 di bawah ini. Realisassi atas ketiga metafungsi ini kemudian dijadikan sebagai kerangka kerja dalam menganalisis makna visual sebuah teks multimodal. Tabel 2.2 Realisasi Komponen Metafungsi Visual Komponen Metafungsi Realisasi eksperensial struktur naratif interpersonal makna interaktif tekstual komposisi logikal struktur analitik Universitas Sumatera Utara Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan-hubungan ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara komponen metafungsi dalam teks verbal dan teks visual. Liu Y dan O’Halloran 2009: 32, merumuskan hubungan logis tersebut sebagai Inter-semiotic Logical Relations: Tabel 2.3 Inter-semiotic Logical Relations Liu Y dan O’Halloran, 2009: 32 Logical Relations Meaning Comparative Generality Abstraction Similiarity Additive Addition Consequential Consequence Contingency Cause Purpose Temporal Successive Universitas Sumatera Utara Comparative atau hubungan perbandingan adalah suatu hubungan yang berfungsi untuk mengorganisasikan makna logis dengan memperhatikan kesamaan antara teks verbal dan teks visual dalam suatu teks multimodal. Kesamaan dalam hubungan ini ditandai dengan adanya perbedaan tingkat keumuman dan abstraksi yang dimiliki oleh masing-masing komponen metafungsi Liu Y dan O’Halloran, 2009: 24-25. Additive adalah hubungan antara teks verbal dan teks visual yang sifatnya saling melengkapi. Dalam hubungan Additive, teks verbal dapat memberikan informasi terhadap teks visual atau sebaliknya, teks visual yang memberikan informasi terhadap teks verbal. Karena itu, dalam sebuah teks multimodal, makna dari dua model teks yang berbeda dapat digabungkan Liu Y dan O’Halloran, 2009: 25. Hubungan Consequential dalam suatu teks multimodal ditandai dengan adanya suatu Consequence dan Contingency. Consequence mengacu pada suatu hubungan kausal dengan efek yang sudah dapat dipastikan. Sedangkan Contingency adalah suatu hubungan yang mengacu pada efek yang tidak pasti Liu Y dan O’Halloran, 2009: 27-30. Hubungan Temporal dalam suatu teks multimodal ditandai oleh genre prosedur. Pesan teks verbal dan visual dalam teks ber-genre prosedur dapat saling melengkapi satu dengan yang lain Liu Y dan O’Halloran, 2009: 30-31 Universitas Sumatera Utara

2.2 Analisis Wacana Kritis