Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
terjadinya kerusakan tersebut. Oleh karena itu, ajaran Islam secara tegas mengajak manusia melestarikan bumi dan sekaligus secara tegas melarang manusia
membuat kerusakan di bumi. Namun sayangnya sebagian besar masyarakat belum cukup menyadari dampak akibat kerusakan lingkungan.
Pencemaran lingkungan yang terjadi di suatu negara, akan berdampak pula pada negara lain bahkan dunia. Untuk itu selalu diperlukan kerja sama yang baik
antara negara-negara di dunia untuk menangani masalah lingkungan. Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan iklim di Indonesia,
akan tetapi berakibat pula terhadap perubahan iklim global dunia secara menyeluruh.
Permasalahan lingkungan hidup cukup kompleks. Penebangan hutan yang menyebabkan banjir, pencemaran terhadap air oleh limbah-limbah industri,
pembuangan sampah ke dalam sungai termasuk sampah rumah tangga, pencemaran terhadap tanah, dan sebagainya, merupakan ancaman bagi kehidupan
manusia. Ancaman banjir setiap musim hujan di berbagai belahan dunia termasuk di
Indonesia, adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri yang menebang hutan untuk mengejar keuntungan sesaat. Berbagai wilayah di Indonesia setiap musim
hujan dilanda banjir dan tanah longsor, baik kota maupun luar kota. Penataan ruang kota yang kurang memperhatikan dampak lingkungan, serta kehancuran
hutan-hutan di daerah tangkapan air, menjadi penyebab utama banjir di Jakarta. Penanggulangan banjir seperti di Jakarta dan kota-kota lainnya, tidak
hanya diperlukan penataan di dalam kota seperti pembuatan saluran pembuangan
air dan tempat penampungan air, akan tetapi daerah tangkapan air hujan di daerah hulu sungai perlu di tata kembali, hutan-hutan yang rusak perlu direhabilitasi.
Sampah yang selama ini menghiasi lingkungan telah membentuk imajinasi sebagian besar orang dalam melihat sampah. Oleh sebab itu, sampah selalu
diposisikan di belakang rumah, dibakar atau dibuang di sungai. Pemerintah dengan berbagai kebijakan belum mampu mengubah pandangan sebagian besar
orang terhadap sampah, hal ini tercermin pada slogan “hanya orang sembarangan
yang bua ng sampah sembarangan”. Harapan pemerintah mampu mengubah pola
perilaku masyarakatnya terhadap sampah, dalam hal ini bertujuan mengatasi permasalahan demam berdarah dari arah pencegahan. Pada kenyataannya, pola
perilaku orang membuang sampah pada tempatnya dianggap sama dengan orang membuang sampah sembarangan karena dirasa tidak ada timbal balik yang
signifikan pada dirinya, sehingga upaya pemerintah ini belum bisa mengubah pandangan masyarkat terhadap sampah.
Padahal pesatnya pembangunan perkotaan tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi berkembangnya kota tersebut, tetapi juga menimbulkan
dampak negatif yang dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan. Kebersihan kota merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dan kemajuan suatu
pembangunan kota. Salah satu permasalahan tersebut yang tidak kunjung selesai adalah masalah sampah. Hal ini diakibatkan oleh suatu metode pengelolaan
sampah yang masih didominasi sistem kumpul sampah, diangkut, lalu dibuang ke lahan tertentu. Secara singkat sering disebut sistem kumpul-angkut buang.
Masalah sampah tidak hanya sekedar hanya bagaimana mengolah atau mengelola sampah saja, tetapi juga terkait dengan masalah budayaperilaku
masyarakat. Masyarakat Indonesia umumnya tidak peduli tentang sampah. Masyarakat seringkali membuang sampah sembarangan, dan cenderung
mementingkan diri sendiri. Perilaku ini merupakan salah satu penyebab kenapa semakin banyaknya program untuk mengatasi jumlah sampah yang tidak
terkontrol yang tidak berjalan dengan baik. Merubah perilaku masyarakat tersebut menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari upaya-upaya penanganan
sampah secara terpadu.
2
Permasalahan mengenai sampah merupakan hal yang sangat membutuhan perhatian khusus karena sampah menjadi persoalan nasional. Kegagalan dalam
pengelolaan sampah berimbas pada menurunnya kualitas lingkungan hidup, kesehatan warga masyarakat, merusak estetika kota, dan dalam jangka panjang
dapat mempengaruhi arus investor ke daerah oleh karena itu, kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan pelestarian lingkungan hidup belum optimal
bahkan cenderung banyak masyarakat yang mengabaikannya. Lingkungan hidup merupakan faktor penting bagi kehidupan manusia,
karena lingkungan hidup memiliki tiga fungsi pokok. Fungsi pertama, diolah menjadi produk jadi baik yang dikonsumsi sebagai kebutuhan primer, sekunder,
dan tersier. Fungsi kedua, sebagai sumber kesenangan yang sifatnya alami, seperti memberikan kesegaran karena adanya udara yang sejuk dan nyaman untuk
2
Isroi, Merubah Paradigma Masyarakat Tentang Sampah, artikel diakses pada 1 februari 2013 dari http:isroi.com20090326merubah-paradigma-masyarakat-tentang-
sampah
dihirup, menyediakan sinar matahari yang hangat, menyediakan pantai yang bersih dan indah untuk rekreasi dan sebagainya. Fungsi ketiga adalah lingkungan
yang menyediakan diri sebagai tempat untuk menampung dan mengolah limbah secara alami.
Istilah lingkungan hidup sebenarnya mempunyai pengertian kuantitas maupun kualitas sumber daya alam, baik yang sifatnya dapat diperbaharui
maupun yang tidak dapat diperbaharui, termasuk lingkungan ambient yang terdiri dari air, udara, landscape, dan atmosfir. Maka, lingkungan hidup merupakan
faktor penentu bagi kuantitas, kualitas, dan keberlanjutan kegiatan dan kehidupan manusia. Dengan meningkatnya masalah kualitas lingkungan, maka akan
meningkat pula masalah kuantitasnya.
3
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan masyarakat adalah dengan kegiatan Pemberdayaan Pemberdayaan sebagai perubahan ke arah
yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan
adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik.
4
Menurut Sharlow, pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka
sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
3
Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, Malang: IKIP Universitas Negeri Malang, 2011, h. 97.
4
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Jogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991, h. 15.
mereka.
5
Artinya ialah mendorong mereka untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia
hadapi sehingga mereka mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depannya.
Melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti, dapat
melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup. Perubahan ini apabila dipadukan dengan sumber daya alam yang tersedia, akan
melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi. Partisipasi ini akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan kreatif melaksanakan pembangunan yang terarah
dan berencana terutama untuk meningkatkan pendapatan income generating, serta membuka lapangan kerja baru employment generating untuk perbaikan kualitas
hidup masyarakat.
6
Maka, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
5
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2003, h. 53.
6
Mangatas Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajmen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. Jakarta: Penerbit
Gramedia Pustaka Utama,2011, h. 28.
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
7
Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai Negara.
Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia akibat resesi internasional, serta Negara-negara setempat menunjukkan perhatian yang
sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai sarana percepatan proses pembangunan. Karena itu, perlu ditekankan pendekatan pembangunan
yang diawali oleh proses pemberdayaan masyarakat lokal.
8
Pemberdayaan Masyarakat Badegan dengan strategi pengolahan sampah berbasis masyarakat mampu mengubah imajinasi sebagian banyak orang terhadap
sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi. Sistem pengolahan sampah ini melahirkan Bank Sampah yang menyediakan wadah untuk menampuh sampah-
sampah yang tidak dapat dicerna oleh tanah atau yang menjadi media perkembang-biakan nyamuk demam berdarah, seperti kaleng-kaleng bekas atau
plastik-plastik yang tidak diberdayakan. Aktivitas dari Bank Sampah mampu memberikan timbal balik yang nyata pada konsumennya. Hal ini terlihat semakin
7
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategi pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. PT Refika Aditama, 2005,
h.59.
8
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora Utama Press, 2004, h. 1-7.
banyak orang berlomba menjadi penabung di Bank Sampah, tak terkecuali anak- anak usia dini
9
Jika diasumsikan bahwa produksi sampah 0,5 kg-0,8 kg per orang per hari, maka jumlah sampah yang terkumpul setiap harinya sangat besar. Dari total
sampah yang diproduksi itu, yang berhasil dibuang di tempat pembuangan akhir TPA hanya 60-70. Sisanya dibakar, ditanam, bahkan dibuang ke sungai oleh
masyarakat. Pengelolaan seperti ini harus diubah sehingga menjadi lebih ramah lingkungan. Karena itulah, adanya lembaga Bank Sampah menjadi penting untuk
mengubah perilaku masyarakat terhadap sampah. Bank Sampah Melati Bersih adalah suatu institusi yang didirikan dengan
tujuan mengurangi jumlah sampah buangan dengan mekanisme menabung sampah yang masih memiliki nilai ekonomi sehingga mampu mengubah image
sampah yang notabennya negatif menjelma menjadi barang bernilai ekonomis. Bank Sampah ini bekerja layaknya seperti bank yang melakukan setoran,
penarikan dan tabungan. Pengkonversian tabungan sampah menjadi tabungan uang merupakan suatu bentuk perubahan yang ditawarkan oleh Bank Sampah.
Perubahan yang dilakukan Bank Sampah tidak seutuhnya karena faktor ekonomi saja, melainkan peningkatan kesadaran lingkungan terhadap masyarakat.
Aspek pemberdayaan sangat kentara dalam proses kerja Bank Sampah. Peran aktif masyarakat dalam pengkondisian lingkungan diperlukan agar tercipta keselarasan
hidup.
9
Artikel diakses pada tanggal 25
februari 2013
dari http:poetoetego.blogspot.com201103bank-sampah-jogja.html
Ada dua kegiatan penting yang diberikan oleh Bank Sampah Melati Bersih yaitu meningkatkan pengetahuan knowledge dan keterampilan skill.
Peningkatan dilakukan dengan memberikan pendidikan berwawasan lingkungan dan pengembangan usaha Bank Sampah Melati Bersih, sedangkan peningkatan
keterampilan dilaksanakan dengan memberikan bekal keahlian teknis. Pendirian Bank Sampah selain untuk menjamin tersedianya bahan baku
dalam rangka kontinuitas pembuatan produk kerajinan, juga dimaksudkan untuk merubah cara pandang masyarakat di Bukit Pamulang Indah terhadap pengelolaan
sampah yang lebih berwawasan lingkungan. Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan
paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan ditemukan berbagai potensi sosial dan lingkungan di perumahan bukit pamulang indah antara lain:
1. Aspek Sosial: Motivasi untuk berkembang di masyarakat cukup tinggi,
dengan adanya partisipasi bisa memperkuat industri rumahan melalui keterampilan merajutmenyulam dan menjahit dengan menggunakan
bahan plastik olahan limbah sampah juga disertai pembelajaran kewirausahaan.
2. Aspek Lingkungan: Proses penyadaran lingkungan melalui tabungan
sampah yang dikonversikan menjadi tabungan uang ini membuat berubahnya paradigma masyarakat tentang sampah.
Oleh karena itu peneliti
mengambil judul penelitian “Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah Di Perumahan Bukit
Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan .”