23
2.3 Konsep Praoperatif 2.3.1 Definisi Praoperatif
Praoperatif adalah fase awal dari sebuah pengalaman operasi yang disebut perioperatif, dimana setelah fase ini akan dilanjutkan kepada fase berikutnya yaitu
intraoperatif dan pascaoperatif. Fase praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi operasi dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi
Smeltzer Bare, 2002.
2.3.2 Indikasi dan Klasifikasi Operasi
Operasi mungkin dilakukan karena berbagai alasan. Alasan-alasan tersebut yaitu diagnostik, seperti ketika dilakukan biopsi atau laparotomi eksplorasi;
kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi; reparatif, seperti ketika harus memperbaiki luka multipel;
rekonstruktif atau kosmetik, seperti ketika melakukan mammoplasti atau perbaikan wajah; dan paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau
memperbaiki masalah seperti contohnya ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap ketidakmampuan untuk menelan makanan. Operasi
juga dapat diklasifikasikan sesuai tingkat urgensinya yaitu kedaruratan, urgen, diperlukan, elektif yang direncanakan dan pilihan Smeltzer Bare, 2002.
2.3.3 Persiapan Praoperatif pada Anak
Anak-anak yang akan mengalami prosedur operasi memerlukan persiapan praoperatif meliputi persiapan fisik dan psikologik. Selain itu terdapat poin-poin
penting yang ditekankan pada fase praoperatif maupun pascaoperatif yaitu
Universitas Sumatera Utara
24
penerimaan, uji darah, injeksi obat praoperatif jika diresepkan, periode sebelum dan selama pemindahan ke ruang operasi, dan kembalinya ke unit perawatan
pasca-anastesi PACU Wong, 2009.
2.3.3.1. Persiapan Fisik
Persiapan fisik yang paling umum menjelang prosedur operasi ialah menyangkut kebutuhan nutrisi dan cairan. Masukan makanan atau air per oral
harus sudah tidak diberikan 8 sampai 10 jam sebelum operasi. Makanan kecil diperbolehkan pada malam sebelumnya jika pembedahan dijadwalkan pagi hari.
Pasien dehidrasi cairan per oral dianjurkan minum sebelum operasi dilakukan dan selain itu cairan diresepkan secara intravena, terutama pada pasien yang tidak
mampu minum. Sarapan pagi lunak bisa saja diberikan jika pembedahan dijadwalkan pada siang hari dan tidak melibatkan bagian gastrointestinal manapun
Smeltzer Bare, 2002.
2.3.3.2. Persiapan Psikologik
Smeltzer Bare 2002 menjelaskan bahwa segala bentuk prosedur operasi selalu didahului dengan suatu reaksi emosional tertentu oleh pasien yang
bisa saja terlihat jelas atau tersembunyi, normal atau abnormal. Tindakan mempersiapkan anak menghadapi prosedur operasi akan menurunkan kecemasan
anak dan meningkatkan kerja sama, mendukung keterampilan koping yang baru dan memfasilitasi perasaan untuk menguasai keadaan-keadaan yang berpotensi
menimbulkan stress Greundemann Fernsebner, 2006.
Universitas Sumatera Utara
25
Secara umum persiapan psikologik dapat menggunakan berbagai tehnik seperti yang dipakai pada persiapan anak untuk hospitalisasi, yaitu film, buku,
permainan dan tur. Intervensi psikologik terdiri atas persiapan yang sistematik, latihan kejadian yang akan datang dan perawatan penunjang selama saat-saat
stress misalnya saat masuk rumah sakit yang telah terbukti efektif dalam mempersiapkan anak. Peningkatan pengenalan dengan prosedur medis dapat
menurunkan kecemasan Wong, 2009. Bermain adalah salah satu cara yang dapat digunakan anak untuk
memanipulasi atau mengendalikan situasi, dan bermain dapat membantu anak mengatasi stress. Bermain praoperatif telah terbukti dapat mengurangi rasa cemas
pada anak-anak Greundemann Fernsebner, 2006. Secara umum anak-anak berespon lebih baik terhadap materi permainan,
dan anak-anak yang lebih besar berespon lebih baik terhadap film sebaya yang dilihatnya Greundemann dan Fernsebner, 2006. Selain itu tempramen anak,
strategi koping yang sudah ada dan pengalaman sebelumnya terkait proses persiapan secara individual penting dipertimbangkan Greundemann
Fernsebner, 2006 . Kehadiran orang tua selama induksi menjadi lebih sering dilakukan
karena keinginan sebagian besar anak untuk terus bersama orang tua mereka selama prosedur sering menimbulkan stress pada anak. Anak diberikan benda
kesukaan milik mereka jika orang tua memilih untuk tidak menghadiri atau tidak diperbolehkan menghadiri induksi, namun penting untuk segera dipertemukan
dengan orang tua sesegera mungkin setelah prosedur operasi Wong, 2009. Lee,
Universitas Sumatera Utara
26
et al. 2013 mengatakan bahwa salah satu intervensi untuk menangani kecemasan praoperatif ialah dengan mengizinkan orang tua mendampingi anak selama
induksi anastesi, namun pengaruh intervensi ini terbatas. Pasien anak praoperatif penting untuk mendapatkan informasi terkait
tindakan operasi yang akan dijalaninya. Usia dan perkembangan anak mempengaruhi jenis informasi yang diberikan dan kapan harus diberikan. Bayi
dan anak toddler muda biasanya secara kognitif tidak mampu mengerti informasi prosedural yang terinci atau mengantisipasi kejadian. Anak toddler tua dapat
diberikan penjelasan yang sederhana. Anak yang lebih tua memperoleh manfaat dari persiapan yang dilakukan beberapa hari sebelum prosedur karena memiliki
waktu untuk berpikir respon apa yang akan diberikan dan perilaku apa yang dapat digunakan untuk mengatasi pengalaman operasi Melamed et al., 1976 dalam
Greundemann Fernsebner, 2006. Penjelasan dengan waktu yang berdekatan sebelum prosedur aktual akan semakin baik untuk mencegah fantasi dan
kekhawatiran pada anak yang lebih kecil. Prosedur yang kompleks lebih membutuhkan banyak waktu untuk asimilasi informasi, terutama pada anak-anak
yang lebih besar Greundemann Fernsebner, 2006. Persiapan psikologik farmakologi dengan menggunakan sedatif sebelum
anastesi premedikasi juga merupakan salah satu intervensi penanganan kecemasan praoperatif namun memiliki efek yang kurang baik Lee, et al., 2013.
Universitas Sumatera Utara
27
2.3.4 Kecemasan Praoperatif pada Anak Usia Sekolah
Lee, et al. 2013 mengatakan bahwa kecemasan adalah wilayah emosional negatif yang ditimbulkan oleh stres maupun keadaan sekitar yang
mengancam. Videbeck 2008 mengatakan bahwa kecemasan dapat timbul tanpa peristiwa pencetus atau dapat terjadi karena peristiwa akut yang menimbulkan
stress atau bahkan stressor kronis seperti masalah kesehatan dan medikasi dimana salah satu prosedur medis yang berpotensi besar untuk menimbulkan kecemasan
adalah prosedur operasi. Smeltzer Bare 2002 menjelaskan bahwa segala bentuk prosedur operasi selalu didahului dengan suatu reaksi emosional tertentu
oleh pasien, dimana reaksi tersebut bisa telihat jelas atau tersembunyi, normal atau abnormal. Kecemasan praoperatif merupakan suatu respon antisipasi
terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan kehidupannya itu
sendiri Smeltzer Bare, 2002. Kejadian yang paling mengkhawatirkan pada pasien praoperatif usia anak
umumnya adalah injeksi praoperatif atau anastesi dan juga masker wajah khususnya untuk anak usia sekolah Wong, 2009. Lee, et al. 2013 mengatakan
bahwa sumber kecemasan praoperatif anak usia 4 sampai 6 tahun ialah rasa takut terhadap operasi itu sendiri, sedangkan pada anak yang lebih tua merasa takut
mengenai kesadaran selama operasi dan kemungkinan untuk tidak sembuh dari anastesi.
Gruendemann Fernsebner 2006 mencatat bahwa 10 - 30 dari anak yang mengalami stress yang sangat besar karena prosedur operasi akan
Universitas Sumatera Utara
28
memperlihatkan masalah emosi atau perilaku yang akut atau bertahan lama seperti mimpi buruk, peningkatan ketergantungan, regresi, hilangnya kemampuan buang
air sendiri, gangguan makan dan peningkatan rasa takut. Lee, et al. 2013
menambahkan dampak kecemasan praoperatif yaitu munculnya perilaku negatif seperti kecemasan perpisahan dan tremor berlebihan, juga meningkatkan insiden
munculnya delirium, peningkatan konsumsi analgesik karena nyeri pascaoperasi yang semakin buruk dan peningkatan durasi perawatan pascaoperasi di rumah
sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan praoperatif pada anak ialah
karakter anak, kecemasan orang tua, status perkembangan yang belum dewasa dan riwayat perawatan di rumah sakit Lee, et al., 2013.
Kecemasan praoperatif pada anak diukur dengan observasi karena mempertimbangkan kemampuan anak merespon secara verbal masih terbatas
sesuai status perkembangannya. Observasi kecemasan dapat menggunakan Modified Yale Preoperative Anxiety Scale m-YPAS yang terdiri dari 22 kriteria
pengkajian yang berada pada 5 domain yang menggambarkan kecemasan dalam rentang 0-100 Kain, et al.,1997; Lee, et al.,2013.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual adalah model pendahuluan yang menggambarkan sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-
variabel yang diteliti Swarjana, 2012. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan praoperatif pada anak usia sekolah dan variabel independen
adalah terapi sinema yang dilakukan kepada anak yang akan dioperasi. Penelitian ini terdiri atas satu kelompok yaitu kelompok intervensi. Hasil yang diharapkan
adalah berkurangnya kecemasan pada anak usia sekolah yang diberi intervensi terapi sinema saat menjalani fase praoperatif.
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 1.Skema Kerangka Konsep
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesa penelitian adalah hipotesa alternatif, yaitu ada pengaruh terapi sinema terhadap kecemasan praoperatif pada anak usia sekolah di RSUP. H.
Adam Malik Medan. Kecemasan Praoperatif
pada Anak Usia Sekolah Terapi Sinema
Universitas Sumatera Utara