11
menolong untuk memilih koping terhadap aspek-aspek kehidupan yang tidak dapat didamaikan dengan pemikiran rasional. Tragedi memiliki kekuatan katartik
karena hal itu membersihkan gangguan-gangguan emosi dan menyembuhkan truma Murnaghan, 1951 dalam Wolz, 2011.
Air mata dapat mengalir melalui sebuah film yang menyentuh perasaan, namun dalam beberapa kondisi tidak terjadi pada kehidupan nyata, terutama
ketika berada dibawah tekanan atau ancaman. Proses menonton dan berempati dengan sebuah karakter film yang mengalami tragedi dapat menstimulasi
keinginan pelepasan emosional. Pelepasan tersebut biasanya meningkatkan semangat dalam jiwa klien sementara waktu karena emosi yang meluap-luap.
Energi yang dialirkan oleh depresi dapat saja muncul kembali sewaktu-waktu. Kesempatan ini dapat digunakan untuk mulai menelusuri dan menyembuhkan
alasan mendasar atas depresi yang dialami, termasuk dukacita Wolz, 2011.
2.1.4 Area Terapi Sinema
Wolz 2011 membagi beberapa area terapi sinema berdasarkan lingkungan terapeutiknya. Area tersebut yaitu terapi individual, terapi pasangan
atau keluarga, terapi kelompok dan konseling sekolah.
2.1.4.1 Terapi Sinema Individual
Wolz 2011 mengatakan bahwa pengalaman menonton film pada klien secara individu dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan terapeutik yaitu:
Universitas Sumatera Utara
12
1. Psikoterapi Mendalam
Wolz 2011 menjelaskan bahwa menonton film menjadi jalan menuju alam bawah sadar klien. Alam bawah sadar mengkomunikasikan isinya lewat
simbol-simbol. Komunikasi seperti itu biasanya dapat kita sadari lewat mimpi dan imajinasi aktif yang menjadi celah menuju alam bawah sadar. Keduanya
mengubah bentuk visual dari yang tidak disadari menjadi gambar-gambar yang dapat diterima pikiran sadar klien. Oleh karena itu, terapis psikologi mendalam
dapat menggunakan respon terhadap film seperti mengunakan mimpi maupun imajinasi aktif. Respon yang ditimbulkan sering menjadi tanda bahwa jalan
menuju alam bawah sadar telah diaktifkan. Pikiran tidak sadar kita sering mengalami konflik dengan gagasan, maksud
dan tujuan yang berasal dari pikiran sadar. Keingintahuan terhadap simbolisasi dan pengaruh sebuah film dapat menerobos penghalang diantara kedua tingkat
psikologis tersebut dan mengatur aliran komunikasi yang sejati antara keduanya sehingga materi dalam alam bawah sadar menjadi lebih disadari Wolz, 2011.
2. Terapi Kognitif
Film mendukung pemahaman model kognitif dimana seseorang akan memikirkan dan menginterpretasikan situasi yang menentukan perasaannya.
Terapis mengajarkan model kognitif untuk memberikan klien sebuah gambaran dan mengajak mereka mengendalian reaksi emosionalnya. Film sangat berguna
untuk membantu proses pengajaran hal-hal tersebut Wolz, 2011. Wolz 2011 mengatakan bahwa film yang berisikan karakter dengan
penyimpangan kognitif membuat klien dengan hal yang sama merasa tidak
Universitas Sumatera Utara
13
sendirian dan mengurangi perasaan menghakimi diri sendiri. Contohnya pada pasien depresi biasanya memiliki penyimpangan kognitif dan kecenderungan
untuk membenci diri sendiri, sehingga dalam menjalani terapi kognitif film dapat membantu untuk menerangkannya.
3. Terapi Modifikasi Perilaku
Wolz 2011 mengatakan bahwa film membantu latihan asertif dengan jalan pemodelan yang jelas. Contoh dari perilaku asertif yang tepat ditunjukkan
kepada klien, kemudian mereka diminta untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini disebut latihan pengulangan perilaku. Film atau klip-klip film yang ditunjukkan
menyajikan contoh yang sangat baik. Wolz 2011 menerangkan bahwa teknik pemodelan tersembunyi dapat
dilakukan dengan cara mewajibkan klien untuk membayangkan berespon asertif. Terapis mengarahkan klien kepada suasana dan pemandangan yang disarankan.
Imajinasi ini dapat juga menggunakan gambaran karakter-karakter dalam film yang telah disaksikan klien.
Film sebagai metode paparan membantu mempersiapkan desensitisasi sistematis. Desensitisasi sistematis didasarkan pada pengkondisian yang
berlawanan dari keadaan yang ada dan melibatkan upaya untuk mengganti respon rasa takut terhadap rangsangan fobia dengan respon baru yang tidak sesuai dengan
rasa takut. Klien mulanya diberi latihan relaksasi. Gambar-gambar di dalam film seperti tempat yang nyaman atau sebuah panduan batin dapat mendukung
relaksasi Wolz, 2011.
Universitas Sumatera Utara
14
Film juga membantu mempersiapkan Flooding and Implosion. Flooding and Implosion adalah terapi induksi kecemasan untuk memadamkan respon fobia.
Flooding dilakukan dengan membiarkan klien terpajan objek yang ditakuti tanpa memiliki kesempatan untuk melarikan diri atau menghindar. Terapi implosion
mewajibkan klien untuk membayangkan hal yang tidak nyata, berlebihan atau peristiwa berbahaya yang berkaitan dengan reaksi fobia Wolz, 2011.
Kecemasan merupakan hal yang ditekan selama terapi ini sehingga klien perlu mengakses kekuatan dan keberanian batinnya. Klien perlu mengingat dan
mengidentifikasi karakter dalam film yang memodelkan kekuatan dalam menghadapi kesulitan agar dapat membantu dalam usaha ini Wolz, 2011.
Ketika klien dipaparkan sebuah situasi yang menakutkan, mereka sepenuhnya berinteraksi dengan rangsangan tersebut, seperti menyentuh gagang
pintu, lantai dan kursi toilet dimana pada titik ini klien merasa takut mereka timbul. Pencegahan respon berarti bahwa mereka harus memblokir setiap kegiatan
yang digunakan untuk mencegah bahaya yang merupakan konsekuensi paparan, misalnya mencuci tangan. Klien harus bersedia mentoleransi ketidaknyamanan
yang ditimbulkan sampai mereka terbiasa dengan stimulus. Identifikasi film membantu mengakses kekuatan dan keberanian jiwa seseorang sehingga
menolongnya dalam mentoleransi rasa takutnya Wolz, 2011. 4.
Hipnoterapi Wolz 2011 mengatakan bahwa hipnoterapi dan terapi sinema memiliki
persamaan dimana keduanya menjadi pengalaman yang merasuki penontonnya konsentrasi difokuskan dan pesan yang disampaikan melalui kiasan dalam film
Universitas Sumatera Utara
15
juga dapat melewati pikiran bawah sadar. Klien merasa memasuki sebuah film dalam sebuah adegan tertentu sebagai karakter tertentu atau dalam sebuah
hubungan dengan karakter yang penting menurut mereka. Kemudian klien membiarkan kisah mereka sendiri terungkap dengan bimbingan dari terapis.
Biasanya pada saat ini hal-hal yang bahkan tidak disadari klien akan terungkap Wolz, 2011.
Klien dipandu untuk menjadi sebuah karakter yang perilaku dan keterampilannya telah dimodelkan. Cara ini membantu mereka memperoleh
atribut karakter yang diinginkan dalam sebuah film Wolz, 2011. Film dalam hipnoterapi juga dapat berguna untuk menciptakan tempat
yang aman melalui adegan-adegan film yang menenangkan. Adegan-adegan ini dapat membantu terapis yang biasanya akan membimbing klien untuk
membayangkan tempat yang nyaman sesuai pilihan mereka untuk memperdalam klien memasuki terapi. Klien akan masuk dalam tempat nyaman mereka dengan
cara masuk dalam adegan film yang didalamnya terdapat tempat yang aman dan menenangkan Wolz, 2011.
5. Terapi Naratif
Terapi naratif didasarkan pada asumsi bahwa sebagian orang memaknai hari-hari hidup mereka dengan cara menyusun kehidupan mereka dalam bentuk
narasi atau cerita yang dibentuk dalam pola dan urutan yang sesuai perasaan oleh diri sendiri. Klien membentuk kembali persepsinya melalui terapi naratif tentang
diri, hubungan dan kehidupan dengan merekonstruksi narasi tersebut. Film dalam terapi ini membantu klien mengalami apa yang mereka tolak sebelumnya karena
Universitas Sumatera Utara
16
mereka merasa tidak cocok dengan pandangan dominan mereka sendiri. Pengalaman-pengalaman yang luar biasa ini menghubungkan kembali klien
kepada sumber informasi yang mereka lupakan Wolz, 2011.
2.1.4.2 Terapi Pasangan dan Keluarga