Tingkat Keberhasilan Mediasi Dalam Perkara Perceraian di Pengadilan

85 prosentasenya sebesar 8 . Dan pada tahun 2014 untuk perkara perceraian yang dicabut adalah 92, dan perkara perceraian yang diputus adalah 1309. Maka prosentasenya pada tahun 2014 sebesar 7 . 25 Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa hasil mediasi pada tahun 2012- 2014 di Pengadilan Agama Jakarta Pusat mengalami penurunan. Hal ini menunjukan bahwa masih kurangnya penerapan mediasi yang bertujuan untuk menekan angka perceraian sebagaimana yang disebutkan didalam PERMA No. 1 Tahun 2008. Dalam hal ini hakim mediator memegang peranan penting dalam mendamaikan para pihak yang sedang berperkara. Keberadaan mediasi di pengadilan sangatlah diperlukan, karena: 1. Dapat mengurangi masalah penumpukan perkara. 2. Merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang dianggap lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses seluas mungkin kepada kepada para pihak yang bersengketa untuk memperoleh keadilan, dan 3. Memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping proses litigasi. Berperkara di peradilan bukanlah bertujuan untuk menentukan kalah dan menang, sebuah kewajiban bagi seorang hakim di pengadilan untuk mengupayakan seoptimal mungkin proses perdamaian bagi pihak-pihak yang 25 Sumber Data Diperoleh dari Laporan Perkara Yang Diputus Pengadilan Agama Jakarta Pusat Tahun 2013-2014 Oleh Panitera Muda Hukum Bapak Ruslan 86 berperkara. Pada awalnya proses perdamaian dipengadilan dilakukan secara khusus pada persidangan pertama, dan hasil yang diperolehpun tidak maksimal. 26 Pada umumnya sikap dan perilaku hakim dalam menerapkan pasal 130 HIR banyak bersifat formalitas semata, inilah yang mengakibatkan tingkat keberhasilan perdamaian di pengadilan sangatlah rendah. Kemandulan peradilan dalam menghasilkan penyelesaian melalui perdamaian bukan karena pihak advokad atau kuasa hukum, tetapi melekat pada diri hakim yang lebih mengedepankan sikap formalitas dari pada panggilan dedikasi dan seruan moral sesuai dengan ungkapan yang mengatakan, keadilan yang hakiki diperoleh pihak yang bersengketa melalui perdamaian. 27 Memperhatikan kondisi tersebut Mahkamah Agung yang menaungi seluruh peradilan di Indonesia terpanggil untuk memberdayakan para hakim untuk menyelesaikan perkara dengan perdamaian yang digariskan pasal 130 HIR, melalui mekanisme integrasi mediasi dalam sistem peradilan. Penerbit Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di pengadilan didorong oleh keberhasilan Negara-negara lain dalam menerapkan aturan tersebut, seperti: Jepang, Amerika Serikat, Australia,Singapore, dan lain-lain 28 . 26 Rio Satria, Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan, www.badilag.net, diakses pada tanggal 25 Desember 2014 27 Rio Satria, Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan, www.badilag.net, diakses pada tanggal 25 Desember 2014 28 Rio Satria, Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan, www.badilag.net, diakses pada tanggal 25 Desember 2014 87 Mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Pusat bisa dikatakan belum berhasil guna dengan target yang ingin dicapai yaitu menekan jumlah perkara yang dilitigasikan. Kemudian dari sisi ekonomis, mediasi ini justru dianggap tidak ekonomis dan dianggap menambah biaya yang harus dikeluarkan para pihak berperkara, karena bagi mereka ini hanyalah suatu syarat saja yang harus dilewati. Karena kebanyakan dari mereka yang datang ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat mereka datang sudah dengan tekad yang bulat untuk bercerai, sehingga sulit untuk di mediasi. Khususnya dalam masalah perceraian ini sangat sulit untuk dimediasi dikarenakan menyangkut masalah perasaan. Akan tetapi dilihat dari keberhasilan mediasi dari 3 tahun terakhir belakangan ini, yaitu tahun 2012, 2013, dan 2014, keberhasilan mediasi mengalami penurunan, diharapkan bagi hakim mediasi dan mediator agar dapat memperbaiki penurunan dalam mediasi tersebut, dan juga kinerja para hakim serta mediator supaya lebih dioptimalkan dalam melaksanakan mediasi. sehingga target dari Peraturan Mahkamah Agung PERMA Nomor 1 Tahun 2008 dapat tercapai, yaitu mengendalikan perkara yang dilitigasi. Dengan begitu PERMA mengenai mediasi tersebut dapat dikatakan efektif di Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

C. Faktor-Faktor Penghambat dan Pendukung Keberhasilan Mediasi Dalam

Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Pusat Dari banyaknya perkara yang masuk di Pengadilan Agama Jakarta Pusat, di dominasi oleh perkara perceraian, dilihat dari kurun waktu selama 3 tahun 88 terakhir, yaitu pada tahun 2012, 2013, dan 2014, faktor penyebab tingginya angka perceraian dari tahun ke tahun karena faktor ekonomi, tidak ada tanggung jawab, dan tidak ada keharmonisan dalam berumah tangga. Adapun faktor-faktor keberhasilan dalam memediasi atau melakukan upaya perdamaian pada perkara perceraian khususnya, diantaranya adalah: 1. Faktor-Faktor keberhasilan dalam mediasi : a. Adanya itikad baik dari para pihak dan adanya sikap yang kooperatif dari para pihak yang mau berdamai. b. Adanya bantuan dari pihak keluarga dekat yang bisa mengarahkan agar terciptanya perdamaian. c. Adanya tempat situasi yang nyaman untuk para pihak yang sedang dimediasi agar para pihak bisa lebih relax dan tidak tegang. d. Tentunya hakim mediator dengan kemampuan, keahlian dan kepiawaiannya dalam menyelesaikan masalah dan hakim mediator bisa dengan sabar memberikan nasehatdan waktu yang cukup untuk para pihak dalam menguraikan masalahnya. 2. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi penghambat sehingga mediasi menjadi tidak berhasil atau gagal adalah: a. Tidak ada itikad baik dari para pihak yang mau berdamai. Karena kebanyakan dari mereka yang datang ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat sudah dengan tekad yang bulat yaitu mereka ingin bercerai sehingga ini sangat sulit untuk dimediasi. 89 b. Para pihak yang tidak bisa meredam amarah atau emosinya. c. Salah satu pihak yang sudah tidak bisa memaafkan pihak lain. Kendala atau hambatan yang dihadapi dalam memediasi perkara perceraian para pihak yang bersengketa adalah salah satu pihak sudah tidak bisa memaafkan pihak lain dikarenakan adanya WIL wanita idaman lain atau PIL Pria Idaman Lain. Sehingga perkara perceraian sangat sulit untuk dimediasi. d. Tidak ada yang mau bernegosiasi dan tetap pada ego dan prinsip masing- masing yaitu mereka tetap ingin bercerai. 29 29 Hasil Wawancara Pribadi dengan Rosmida M, Noor, Azid Izzudin dan, Isti’anah Hakim Mediator Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Pada Tanggal 01 Oktober 2014 90

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut penelitian yang penulis lakukan, berdasarkan hasil analisa proses mediasi dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Pusat kesimpulannya sebagai berikut : 1. Pelaksanaan dalam proses mediasi dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam mengupayakan perdamaian antara para pihak sudah sesuai dengan apa yang diatur pada PERMA No. 1 Tahun 2008, dan HIR. Dan pada PERMA Pasal 7 ayat 1 tentang Kewajiban Hakim Pemeriksaan Perkara dan Kuasa Hukum adalah pada hari sidang yang telah ditentukan yang dihadiri kedua belah pihak, hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi. Para pihak yang berperkara tidak boleh menolak pelaksanaan mediasi tersebut. Apabila para pihak tersebut menolak mengikuti mediasi maka proses persidangan batal demi hukum dan tidak dapat dilanjutkan. Pada sidang pertama, majelis hakim wajib memberitahukan kepada para pihak untuk menempuh jalur mediasi. Disini hakim menjelaskan bagaimana proses mediasi. Setelah para pihak mau untuk dimediasi oleh hakim menyarankan nama mediator atas persetujuan kedua pihak yang berperkara. Setelah itu di luar sidang para pihak yang berperkara mengadakan pertemuan dengan mediator dan menentukan waktu pelaksanaan mediasi.