Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja

(1)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

TUGAS SARJANA

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BIOMEKANIKA UNTUK MEMINIMALKAN

BEBAN KERJA

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

ARMENSIUS PURBA 04 0403 059

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

JUDUL TUGAS SARJANA

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BIOMEKANIKA UNTUK MEMINIMALKAN

BEBAN KERJA

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

ARMENSIUS PURBA 04 0403 059

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Nazlina, MT) (Ir. Anizar, M.Kes)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

2008

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat, rahmat, lindungan dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana pada waktu yang telah ditentukan.

Kegiatan penelitian ini dilakukan di beberapa pabrik pengolahan kerupuk opak yang ada di desa Sukaraya kecamatan Pancur Batu, khususnya di UD. Putri Juna milik bapak Juanaidi yang dijadikan sebagai salah satu dari beberapa syarat yang telah ditentukan untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Sarjana ini adalah “Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika untuk Meminimalkan Beban Kerja”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada Tugas Sarjana ini, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca untuk dapat menyempurnakan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tugas sarjana ini bermanfaat bagi seluruh pembaca dan kita semua.

Universitas Sumatera Utara Medan, Januari 2009


(4)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik, ucapan terima kasih saya tunjukan kepada:

1. Ibu Ir. Anizar, M. Kes dan Ir. Nazlina, MT sebagai Dosen Pembimbing Tugas Sarjana yang telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Junaidi dan seluruh pemilik perusahaan kerupuk opak lainnya dan karyawan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan penelitian di perusahaan tersebut.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Keluarga tercinta : Bapak, mama, kakak Mesryana Purba dan adik Harry Christmas Purba yang telah memberikan dukungan doa, semangat dan materi selama pengerjaan Tugas Sarjana ini.

5. Teman-teman stambuk 2004 khususnya Misna Sibarani, Yetti Nova, Marnagkok, Robin, Andre FG Munthe, Anita dan Viktor sebagai teman terdekat penulis yang telah memberikan semangat dan pikiran selama pengerjaan Tugas Sarjana ini.


(5)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

6. Seluruh asisten Laboratorium Sistem Produksi yang memberikan dukungan dan semangat selama penyusunan Tugas Sarjana ini.

7. Adik-adik stambuk 2005, 2006 dan 2007, khususnya kepada Mastora, Santa, Andi Veriko, Sartono dan lainnya yang tidak dapat disebutkan seluruhnya yang selalu memotivasi penulis selama pengerjaan Tugas Sarjana ini.

Medan, Januari 2008

Hormat Saya,


(6)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... vix

ABSTRAK ... x

BAB

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-2 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-3 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2


(7)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-2 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-4 2.3.3.1. Tenaga Kerja ... II-4 2.3.3.2. Jam Kerja ... II-5 2.3.4. Sistem Pengupahan ... II-5 2.4. Proses Produksi ... II-6 2.4.1. Bahan-Bahan yang Digunakan ... II-6 2.4.2. Uraian Proses Produksi ... II-8 2.4.3. Mesin dan Peralatan ... II-12

III LANDASAN TOERI

3.1. Biomekanika ... III-1 3.1.1. Rangka Tubuh Manusia ... III-3 3.1.2. Penyusunan Rangka Manusia ... III-4

3.1.3. Sifat Kerja Otot ... III-6 3.1.4. Sistem Lever (Sistem Pengungkit) ...III-7

3.1.4.1. Kelas Pertama Sistem Pengungkit...III-8 3.1.4.2. Kelas Dua Sistem Pengungkit ...III-9 3.1.4.3. Kelas Tiga Sistem Pengungkit ...III-10 3.1.5. Konsumsi Energi Kerja ...III-17 3.2. Teori Pengambilan Sampel ...III-18


(8)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

3.2.1. Populasi ...III-18 3.2.2. Sampel ...III-19 3.2.3. Teknik-teknik Pengambilan Sampel...III-20 3.4. Hukum Newton ...III-29

IV METODOLOGI PENELITIAN...IV-1 4.1. Studi Pendahuluan ...IV-1 4.2. Lokasi Penelitian ...IV-1 4.3. Jenis Penelitian ...IV-2 4.4. Objek Penelitian ...IV-2 4.5. Instrumen Penelitian ...IV-2 4.6. Pengumpulan Data ...IV-3 4.7. Prosedur Penelitian ...IV-5 4.8. Pengolahan Data...IV-7 4.9. Analisis Pemecahan Masalah ...IV-9

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA...V-1 5.1. Pengumpulan Data ...V-1 5.1.1. Penentuan Populasi ...V-1 5.1.2. Penentuan Jumlah Sampel ...V-2 5.1.3. Sistem Kerja Membawa Kayu dengan Gerobak Sorong ...V-2 5.1.4. Dimensi Gerobak Sorong dan Kayu ...V-4 5.1.5. Data Jarak Tempuh ...V-5


(9)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

5.2. Pengolahan Data ...V-7 5.2.1. Pembobotan Hasil Kuisioner Nordic Body Map ...V-7 5.2.2. Jumlah Beban yang dialami Operator untuk Mendorong

Gerobak Sorong yang telah Diberi Beban ...V-11 5.2.2.1. Beban Angkat ...V-11 5.2.2.2. Beban yang Dialami Operator saat Mendorong ...V-16 5.2.3. Penentuan Kriteria Usulan Fasilitas Kerja yang Baru

Berdasarkan Pendekatan Biomekanika...V-19 5.2.4. Dimensi Bak Gerobak Sorong ...V-32 5.2.5. Usuulan Fasilitas yang Baru ...V-32 5.2.6. Beban untuk Mendorong Rancangan Gerobak Sorong ...V-33

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

VII KESIMPULAN DAN SARAN ...VII-1 7.1. Kesimpulan ...VII-1 7.2. Saran ...VII-2


(10)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1. Pembagian Tenaga Kerja di UD. Putri Juna ... II-4 2.2. Jadwal Jam Kerja di UD. Putri Juna ... II-5 2.3. Mesin-mesin yang Digunakan di Lantai Produksi UD. Putri Juna ...II-12 3.1. Persentase Distribusi Berat Tubuh Pada Tiap Segmen

(Caffin & Anderson) ...III-15 3.2. Lokasi Pusat Massa dari Tiap Segmen tubuh (Caffin & Anderson ...III-16 4.1. Nama Pabrik dan Operator yang Dijadikan Populasi ... IV-3 5.1. Nama Pabrik dan Operator yang Dijadikan Populasi ... V-1 5.2. Data Dimensi dan Berat Kayu ... V-5 5.3. Jarak Tempuh Gerobak Sorong ... V-6 5.4. Rekapitulasi Bobot pada kuisioner Nordic Body Map ... V-10


(11)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1. Struktur Organisasi UD. Putri Juna... II-3 3.1. Susunan rangka manusia ... III- 4 3.2. Terminologi untuk Gerakan Tangan dan Lengan ... III-5 3.3. Persamaan dan Perbedaan Antara Manusia dan Robot ... III-6

3.4. Kelas Pertama Sistem Pengungkit ... III-8 3.5. Kelas Dua Sistem Pengungkit ... III-9 3.6. Kelas Tiga Sistem Pengungkit ...III-10

3.7. Contoh Perhitungan Sistem Lever ...III-11 3.8. Single Segment Static Model (Caffin & Anderson) ...III-12

3.9. Two Segment Static Model (Caffin & Anderson)...III-13 3.10 Setiap Aksi Selalu Ada Reaksi dengan Arah Berlawanan ...III-31 4.1. Blok diagram prosedur penelitian ...IV-6 4.2. Blok diagram pengolahan data ...IV-7 5.1. Operator mengangkat, membawa dan memasukkan


(12)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

5.2. Operator membawa kayu dengan menggunakan

gerobak sorong ... V-3 5.3. Mengeluarkan kayu dari gerobak sorong, membawanya

dan menurunkannya ... V-4 5.4. Dimensi gerobak sorong dengan tampak atas ... V-4 5.5. Persentase rasa sakit yang dirasakan pada bagian tubuh operator ... V-8 5. 6. Dimensi gerobak sorong dari pandangan samping ... V-11 5. 7 Free body diagram dengan sudut 00 ... V-14 5. 8. Gaya-gaya yang bekerja pada lengan ... V-15 5.9. Arah gaya gesek kinetik ... V-16 5.10. Gaya-gaya yang bekerja pada roda ... V-19 5.11. Operator membawa gerobak sorong melintasi relief tanah

dengan sudut 180 ... V-22 5.12. Free body diagram dengan sudut 00 ... V-25 5.13. Gaya-gaya yang bekerja pada lengan ... V-26 5.14. Arah gaya gesek kinetik ... V-28 5.15. Tinggi alas dari permukaan lantai ... V-30 5.16. Operator membungkuk saat meletakkan kayu ... V-31 5.17. Fasilitas Kerja Baru yang Diusulkan ... V-33 5.18. Arah Gaya yang Bekerja pada Gerobak Sorong ... V-33


(13)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuisioner Nordic Body Map ... L-1

Lampiran 2. Jurnal Internet ... L-2

Lampiran 3. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-3

Lampiran 4. Surat Penetapan Tugas Sarjana ... L-4

Lampiran 5. Surat Penjajakan... L-5

Lampiran 6. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-6

Lampiran 7. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L-7

Lampiran 8. Surat Bebas SPP ... L-8

Lampiran 9. Kredit Rencana Semester ... L-9


(14)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

RINGKASAN

Beberapa pabrik yang ada di desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu diantaranya memproduksi bahan mentah kerupuk opak yang terbuat dari ubi kayu. Di stasiun kerja perebusan ubi kayu, dibutuhkan kayu yang cukup banyak sebagai bahan bakar perebusan. Rata-rata jarak antara tungku perebusan dengan tempat penumpukan kayu adalah 17,1 meter, namun untuk mengangkat kayu tersebut operator menggunakan gerobak sorong yang terlihat tidak efesien dan tidak ergonomis untuk membawa kayu-kayu tersebut ke tungku perebusan.

Permasalahan yang menjadi acuan penelitian ini adalah apakah gerobak sorong yang digunakan operator efesien untuk membawa sejumlah kayu dengan berat 100 kg per satu kali angkat? Berapa besarkah beban yang dialami operator untuk menggunakan gerobak sorong tersebut? Dan pada bagian tubuh manakah yang terasa sakit saat bekerja menggunakan gerobak sorong tersebut? Oleh karena itulah diperlukan suatu perbaikan fasilitas kerja (material handling) yang baru untuk meminimalkan beban dan keluhan rasa sakit yang dialami oleh operator.

Untuk meminimalkan beban kerja tersebut digunakan pendekatan biomekanika untuk menentukan kriteria fasilitas kerja yang akan diusulkan. Berdasarkan pendekatan biomekanika yang dilakukan, diperoleh beberapa kriteria fasilitas yang diusulkan untuk meminimalkan beban kerja tersebut, antara lain: penggunaan empat roda yang menumpu beban kayu, handles yang sejajar dengan siku operator untuk menghasilkan tenaga/daya dorong yang besar, menggunakan rel sebagai lintasan untuk meminimalkan beban akibat blocking ataupun relief yang tidak datar pada permukaan jalan dan menaikkan alas bak untuk mencegah operator membungkuk saat memasukkan ataupun mengeluarkan kayu dari dalam bak gerobak sorong.

Berdasarkan kriteria tersebut, dapat dihitung secara biomekanika statis untuk memperoleh besarnya beban yang dialami operator jika menggunakan fasilitas baru tersebut. Dengan fasilitas yang diusulkan tersebut, beban yang diminimalkan sebesar 10,87 kkal dari beban awal 12,5 kkal.


(15)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Berdasarkan analisis Water (1994) mengindikasikan bahwa kegiatan material handling secara manual di berbagai industri menyebabkan kecelakaan pada bagian otot dan tulang terhadap para pekerja. Berdasarkan laporan statistik Amerika Serikat menyatakan bahwa terdapat 2% dari jumlah tenaga kerja menderita penyakit pada bagian punggung setiap tahun, dan biaya tahunan yang dikeluarkan akibat penyakit tersebut adalah $20 miliar (1991). Total biaya yang dikeluarkan untuk penanggulangan tersebut telah diperkirakan mencapai $72 miliar pada tahun 1997.

Laporan yang dikeluarkan oleh NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) menyatakan bahwa hampir sepertiga dari jumlah tenga kerja Amerika Serikat mengeluarkan tenaga yang sangat signifikan besarnya saat melakukan pekerjaannya.

Kegiatan mengangkat, mendorong ataupun menarik sebuah objek pada aktivitas material handling secara manual merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan oleh para pekerja sebagai usaha untuk mencegah kecelakaan dan penyakit yang ada pada berbagai aktivitas industri


(16)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Kegiatan mengangkat kayu dengan berat rata-rata 100 kg dengan menggunakan gerobak sorong yang dilakukan oleh operator di beberap pabrik pengolahan kerupuk opak di desa Sukaraya, kecamatan Pancur batu, terlihat tidak ergonomis, operator yang bekerja untuk melakukan kegiatan tersebut mengeluh akibat rasa sakit yang dialaminya, rasa sakit tersebut diakibatkan gerobak sorong yang digunakan tidak efesien untuk mengangkat sejumlah kayu ke stasiun perebusan. Ketidakefesienan fasilitas kerja tersebut menghasilkan beban besar yang harus ditanggung oleh operator. Dengan mengusulkan fasilitas kerja yang baru, yang didasarkan pada biomekanika, beban besr tersebut akan dapat diminimalkan.

1.2. Rumusan Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi adalah apakah fasilitas kerja yang digunakan di lapangan efesien untuk membawa kayu dengan berat total 100 kg? dan bagaimana pengaruh ketidakefesienan tersebut terhadap beban kerja dan rasa sakit yang diderita oleh operator pada beberapa bagian tubuhnya? Dengan demikian penting untuk mengusulkan suatu fasilitas kerja yang baru yang dapat meminimalkan rasa sakit dan beban yang besar yang harus ditanggung oleh operator yang bekerja membawa kayu dengan menggunakan gerobak sorong.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah dapat mengusulkan suatu fasilitas kerja yang baru berupa material handling yang dapat meminimalkan beban kerja


(17)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

yang dialami oleh operator yang bertugas membawa kayu dengan gerobak sorong, sehingga operator dapat bekerja dengan nyaman dan dapat menghindari penyakit pada bagian tulang dan otot.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagian tubuh mana yang dirasakan sakit oleh operator saat bekerja membawa kayu dengan gerobak sorong.

2. Mengetahui jumlah beban yang ditanggung oleh operator saat melakukan pekerjaannya..

3. Menentukan kriteria dari fasilitas kerja yang akan diusulkan.

4. Mengetahui jumlah beban yang dialami operator untuk menggunakan usulan tersebut.

5. Membandingkan beban yang untuk menggunakan usulan tersebut terhadap beban yang ditanggung oleh operator di lapangan. Jika beban sudah lebih kecil dari keadaan di lapangan, maka usulan fasilitas kerja yang baru tersebut diusulkan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Melatih kemampuan Peneliti dalam menganalisis masalah, merancang perbaikan sebagai solusi dari masalah tersebut sekaligus dapat menambah pengalaman.


(18)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

2. Memberikan tambahan informasi yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

3. Sebagai bahan pertimbangan ataupun masukan bagi perusahaan bahwa betapa pentingnya fasilitas kerja yang ergonomis dan kegunaannya bagi tercapainya produktivitas yang optimal.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah fasilitas kerja yang diteliti hanya difokuskan kepada gerobak sorong yang digunakan di lapangan untuk mengangkut kayu yang terlihat memberikan beban dan rasa sakit pada bagian tubuh operator.

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2008 di beberapa pabrik pengolahan kayu yang ada di desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu.

2. Penelitian dilakukan terhadap operator yang bertugas untuk membawa kayu dengan menggunakan gerobak sorong dari tempat penumpukan kayu ke stasiun perebusan.

3. Operator yang diteliti adalah operator yang dijadikan sampel penelitian. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Operator yang melakukan pekerjaan adalah pekerja normal dan dapat bekerja secara wajar pada saat dilakukan penelitian.


(19)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

3. Beban maksimal sebesar 100 Kg dijadikan sebagai acuan perhitungan beban yang dialami oleh operator.

4. Blocking dan sandungan pada roda gerobak sorong diabaikan karena kedua

hal tersebut terlalu bervaratif sehingga sulit dalam penentuan beban yang dialami oleh operator di lapangan.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana BAB I : PENDAHULUAN

Bab pendahuluan berisikan latar belakang masalah yang diteliti, perumusan pokok permasalahan, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan asumsi yang digunakan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini memberikan gambaran umum perusahaan yang menjadi objek studi meliputi sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen perusahaan.

BAB III : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, akan diuraikan teori-teori yang mendukung dalam menyelesaikan Tugas Sarjana.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian yaitu langkah-langkah yang dilakukan mulai dari awal penelitian hingga akhir dari penelitian ini.


(20)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi tentang data-data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis postur kerja terhadap produktivitas pekerja.

BAB VI : ANALISA DAN EVALUASI

Bab ini berisikan tentang bagaimana analisa dari pengolahan data serta evaluasi dari hasil penelitian yang dilakukan.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari masalah yang dibahas dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(21)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

UD. Putri Juna ini merupakan milik bapak Junaidi, sebelum membangun usaha ini pak Junaidi bekerja sebagi pencabut ubi kayu selama 1 tahun, kemudian beliau menjadi pemborong ubi kayu dan menjualnya kepada para penampung ataupun tengkulak ubi kayu. Setelah beberapa tahun menggeluti pekerjaannya sebagai pemborong, timbullah benaknya untuk membuat kerupuk opak dari ubi kayu, apalagi beliau telah menjalin kerjasama dengan para tengkulak ubi yang nantinya akan mensuplai bahan baku ubi kayu.

Pada tahun 1999 keinginannya untuk mendirikan industri rumah tangga yang mengelola ubi kayu menjadi kerupuk opak terwujud. Usahanya itu diberi nama UD. Putri Juna, nama perusahaan tersebut merupakan gabungan nama antara bapak Junaidi dan anak bungsunya Putri. UD Putri Juna berlokasi di Dusun


(22)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

II Bakti, Desa Sukaraya Nomor 5, Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang. Banyaknya permintaan akan kerupuk opak ini, bapak junaidi pun membangun 2 perusahaan lagi untuk memenuhi permintaan pasar. Hingga kini bapak junaidi memiliki 3 perusahaan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

UD. Putri Juna merupakan usaha yang bergerak dalam bidang pengolahan ubi kayu. Kerupuk opak yang diproduksi hanya ada satu jenis yang diberi merek jaipong. Jaminan ketersediaan bahan baku, UD. Putri Juna menjalin kerjasama dengan beberapa pemasok misalnya dari daerah Sukaraya, Tanjung Anom, Tanah Karo, Lubuk Pakam, Galang, Perbaungan, dan Tebing Tinggi. UD. Putri Juna juga memiliki kebun ubi kayu sendiri seluas 10 hektar, ubi kayu yang dihasilkan dari kebun tersebut juga merupakan pasokan bahan baku untuk diolah.

Hasil produksi perusahaan seluruhnya dijual ke daerah-daerah seperti Medan, Jakarta, Tangerang, Jambi dan Pekan Baru. Pihak perusahaan tidak bertanggung jawab dalam hal pendistribusian. Pihak perusahaan hanya menjual kerupuk opak mentah, selanjutnya yang mengelola kerupuk opak menjadi produk beraneka rasa dilakukan oleh perusahaan lain.


(23)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

2.3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan tersebut.

Struktur organisasi yang digunakan pada UD. Putri Juna adalah struktur organisasi yang berbentuk garis. Organisasi garis (line Organizations) adalah suatu bentuk organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari tingkat pimpinan atas kepada tingkat bawahnya. Dalam bentuk organisasi seperti ini, tidak seorang bawahan pun yang mempunyai atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpangsiuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.

Struktur organisasi pada UD. Putri Juna dapat dilihat pada Gambar 2.1.

PIMPINAN

PEKERJA PEKERJA PEKERJA PEKERJA PEKERJA

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Putri Juna

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab a. Pimpinan Perusahaan


(24)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Pimpinan di UD. Putri Juna merupakan pemilik usaha tersebut yang merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang diberikan wewenang atau kekuasaan melakukan tindakan untuk dan atas perusahaan.

Tugas :

- Pemimpin dan pemegang tertinggi dalam perusahaan.

- Melakukan pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan serta penilaian seluruh kegiatan perusahaan.

- Memberi tugas, membayar upah atau gaji. Tanggung jawab :

- Memimpin dan mengendalikan semua usaha, kegiatan pekerjaan untuk mencapai tujuan.

- Memperhatikan, memelihara dan mengawasi kelancaran administrasi, pengamanan dan pelaksanaan tugas secara seimbang dan berhasil.

- Mengatur pembelian dan penjualan produk. b. Pekerja

- Bertugas dan bertanggung jawab dalam pengerjaan produk mulai dari bahan baku sampai menjadi produk jadi.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.3.1. Tenaga Kerja

UD. Putri Juna memiliki tenaga kerja yang terdiri dari pekerja harian dan pekerja borongan. Pekerja-pekerja tersebut ditempatkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang di sajikan pada Tabel 2.1.di bawah ini.


(25)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 2.1. Pembagian Tenaga Kerja di UD. Putri Juna Pekerja Stasiun Jenis Kelamin Jumlah Borongan Pengupasan Wanita 10 Orang

Harian

Pencucian Laki-laki 1 Orang

Perebusan Laki-laki 1 Orang

Pelumatan Laki-laki 1 Orang

Pengepressan Wanita 2 Orang

Pencetakan Wanita 2 Orang

Penjemuran Laki-laki 2 Orang

Wanita 1 Orang

Sortasi Wanita 1 Orang

Total 21 Orang

2.3.3.2. Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku di UD. Putri Juna hanya satu shift kerja untuk menjalankan pekerjaannya. Dalam memelihara ketertiban dan kedisplinan kerja setiap perusahaan memuat peraturan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap pekerja. Jam kerja UD. Putri Juna dapat dilihat pada Tabel 2.2. di bawah ini :

Tabel 2.2. Jadwal Jam Kerja di UD. Putri Juna

Pekerja Hari Jam Keterangan

Borongan Senin – Sabtu

8.00 – 12.00 Bekerja 12.00 – 13.00 Istirahat 13.00 – 16.00 Bekerja Harian Senin – Sabtu

8.00 – 12.00 Bekerja 12.00 – 13.00 Istirahat 13.00 – 17.00 Bekerja

2.3.4. Sistem Pengupahan

Upah adalah suatu penerimaan sebagai sebuah imbalan dari pemberian kerja kepada penerima kerja untuk pekerjaan atas jasa yang telah dan akan dilakukan. Upah berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak


(26)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang akan ditetapkan menurut suatu persetujuan.

Gaji adalah upah dasar yang diberikan dari pemberi dari pemberi kerja kepada penerima kerja dalam ukuran waktu tertentu misalnya ukuran 1 (satu) hari dan 1 (satu) bulan, dan kadang disebut dengan gaji pokok, yang jumlahnya tetap dan akan mengalami kenaikan pada periode tertentu sesuai dengan jabatan dan prestasi pihak penerima.

Sistem pengupahan di UD. Putri Juna terdiri dari dua yaitu sebagai berikut:

1. Sistem harian

Sistem pengupahan harian dipakai untuk semua pekerja. 2. Sistem borongan

Pembayaran upah dilakukan dua minggu sekali. Besar upah borongan ini tergantung dari jenis pekerjaan dan kuantitas borongan yang dikerjakan. Setiap pekerjaan yang diborongkan memiliki satuan harga tertentu yang akan dikalikan dengan banyaknya hasil yang diperoleh.

2.4. Proses Produksi

Proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang/jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, masin, bahan-bahan serta dana.


(27)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

2.4.1. Bahan-Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi kerupuk opak pada UD. Putri Juna dapat dikelompokkan atas tiga, yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi yang sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan yang langsung ikut dalam proses produksi dan terus sampai bahan jadi. Bahan baku mempunyai komposisi/persentase yang besar pada produk akhir dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain. Dalam pembuatan kerupuk opak ini bahan baku yang digunakan adalah ubi kayu.

2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk untuk membantu peningkatan mutu produk. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu :

a. Goni

Goni digunakan sebagai kemasan yang membungkus langsung kerupuk opak. Satu goni berisi 50 kg kerupuk opak mentah.

b. Spidol

Spidol digunakan untuk memberikan informasi berisi keterangan berat produk dalam satu goni.


(28)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Tali terbuat dari bahan plastik yang berguna untuk mengikat produk yang telah dikemas dalam goni.

3. Bahan Penolong

Bahan Penolong adalah bahan yang ditambahkan ke dalam proses produksi dengan tujuan membantu memperlancar proses produksi. Bahan ini bukan bagian dari produk akhir. Bahan-bahan yang digunakan yaitu :

a. Air

Air yang digunakan berasal dari sumur yang terdapat di lokasi pabrik. Beberapa penggunaan air yang berasal dari sumur adalah :

- Untuk keperluan pencucian ubi kayu dalam bak pencucian. - Untuk keperluan perebusan ubi kayu dalam bak perebusan.

- Untuk campuran minyak yang digunakan pada mesin press dan mesin pencetak agar adonan yang dibentuk pada mesin tidak lengket.

- Untuk membersihkan mesin dan peralatan. b. Campuran minyak dan air

Minyak yang digunakan disini adalah minyak goreng yang dicampur dalam air. Penggunaan campuran minyak dan air digunakan untuk mengolesi mesin press dan mesin pencetak yang berfungsi agar adonan pada mesin press dan mesin pencetak pada saat proses produksi tidak lengket.

c. Tepung

Tepung yang digunakan adalah yang berasal dari ubi kayu itu sendiri. Tepung diambil dari produk cacat yang berbentuk halus. Tepung ini di


(29)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

taburkan kedalam adonan ubi yang sudah dicetak agar tidak lengket apabila ditumpuk untuk dijemur. Selain itu tepung juga ditaburkan pada tangan pekerja agar adonan tidak lengket pada tangan pekerja.

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Adapun uraian proses produksi yang terjadi dalam pembuatan kerupuk opak di UD. Putri Juna adalah sebagai berikut :

1. Proses Penerimaan

Bahan baku ubi kayu yang dibawa ke pabrik diterima di stasiun penerimaan. Ubi kayu tersebut diperoleh dari dua sumber pasokan yaitu dari supplier yang telah bekerjasama dengan pihak perusahaan dan dari kebun milik sendiri. Satu mobil pengangkut ubi kayu berisi 11 ton ubi kayu, sehingga cukup untuk tiga kali produksi kerupuk opak. Satu kali proses produksi kerupuk opak diperlukan 3,5 ton ubi kayu.

2. Proses Pengupasan

Daerah penerimaan bahan baku adalah juga merupakan stasiun kerja pengupasan. Ubi kayu dikupas dengan menggunakan pisau pemotong, kedua ujung ubi terlebih dahulu dipotong dan kemudian dikupas. Selain itu pekerja bagian pengupasan menggunakan sarung tangan yang berguna untuk melindungi tangan pekerja pada saat pengupasan. Pengupasan dilakukan oleh pekerja borongan, sistem pengupahannya yaitu jumlah ubi


(30)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

yang dikupas dikali dengan harga yang telah ditentukan oleh perusahaan. Ubi kayu yang sudah dikupas dimasukkan ke dalam goni untuk ditimbang. 3. Proses Pencucian

Ubi kayu yang sudah dikupas dibawa ke stasiun pencucian dengan menggunakan gerobak sorong. Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat diubi pada saat pengupasan dilakukan.

4. Proses Perebusan

Ubi kayu yang sudah dicuci selanjutnya dipindahkan ke stasiun perebusan menggunakan sekop. Satu bak perebusan berisi 2,275 ton ubi yang sudah dikupas kulitnya. Satu kali perebusan ubi kayu memerlukan waktu 5 jam. Dimulai pada pukul 04.00 Wib dan dibongkar pada pukul 09.00 Wib. 5. Proses Pelumatan

Ubi kayu yang sudah direbus kemudian dipindahkan ke stasiun pelumatan dengan menggunakan sekop. Ubi kayu yang masih panas dimasukkan ke dalam mesin pelumat, hal ini dimaksudkan agar ubi mudah dilumatkan, apabila ubi sudah dingin maka proses pelumatan menjadi lama. Ubi yang dimasukkan ke mesin pelumat kemudian di tampung ke dalam baskom yang terbuat dari seng. Baskom tersebut berada di bawah pintu mesin pelumat.


(31)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Setelah ubi di lumatkan, maka hasil pelumatan dipindahkan ke stasiun pengepressan. Pengepressan dilakukan dengan memasukan dan menekan bongkahan lumatan ubi kedalam mesin press. Penekanan dimaksudkan agar ubi yang masuk ke mesin press bisa rata dan padat sehingga hasil produk cacat dapat diminimalkan. Pada saat pemasukkan dan penekananan ubi diatas bongkahan ubi diberi tepung agar ubi tidak lengket. Pada mesin press juga dibalutkan plastik hal dimaksudkan agar adoanan ubi yang sudah dilumatkan tidak lengket pada saat proses pengepressan berlangsung. Pada balutan plastik yang ada di mesin press juga diberikan minyak agar adonan ubi tidak lengket dan dapat dengan mudah lepas dari mesin press. Hasil pengepressan dilapisi dengan plastik polybag.

7. Proses Pencetakan

Setelah ubi dipress, maka kegiatan selanjutnya adalah pressan ubi dibawa ke mesin pencetak. Pada mesin pencetak juga dilapisi plastik putih dan diberi minyak serta ditaburi tepung. Hal ini dimaksudkan agar adonan yang akan dicetak tidak lengket. Pada mesin pencetak inilah akan terbentuk kerupuk opak yang bulat.

8. Proses Penjemuran

Setelah ubi selesai dicetak, maka ubi dibawa ke stasiun penjemuran dengan menggunakan gerobak sorong. Penjemuran dilakukan di halaman rumput dan terkena matahari langsung. Penjemuran dilakukan selama 5-6


(32)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

jam apabila sinar matahari sangat panas. Tapi apabila hari mendung atau hujan penjemuran memakan waktu 10 jam.

9. Proses Peremasan dan Pemisahan (Sortasi)

Setelah kerupuk opak selesai dijemur dan kering, maka kerupuk opak dibawa ke stasiun pemisahan. Pengangkutan kerupuk opak dari stasiun penjemuran ke stasiun pemisahan dilakukan dengan menggunakan gerobak sorong. Kerupuk opak yang masih berbentuk lembaran-lembaran dilakukan peremasan agar kerupuk opak terpisah satu sama lain. Peremasan dan pemisahan kerupuk dilakukan di meja pengayakan. Pada meja pengayakan ini akan terpisah produk cacat yang kasar dengan yang halus. Produk cacat yang kasar akan dibuat kembali menjadi kerupuk opak, sedangkan kerupuk opak yang halus akan dijual kepada masyarakat dan perusahaan pakan ternak untuk diolah menjadi makanan hewan ternak. 10. Proses Pengemasan (Packaging)

Setelah dilakukan peremasan dan pemisahan (sortasi) produk yang cacat dan produk yang bagus, maka produk yang bagus dimasukkan ke dalam goni. Satu goni berisi 50 kg kerupuk opak dan di depan goni tertulis tulisan 50 kg yang ditulis dengan menggunakan spidol. Setelah kerupuk opak ditimbang, goni diikat dengan menggunakan tali plastik. Untuk selanjutnya produk dibawa ke gudang menunggu untuk dijual.


(33)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Mesin-mesin disini maksudnya adalah alat-alat produksi yang digunakan untuk mengubah/mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau mengubahnya menjadi produk jadi (hasil akhir).

Tabel. 2.3. Mesin-mesin yang Digunakan di Lantai Produksi UD. Puteri Juna

No Jenis Mesin Tipe /

kapasitas Jumlah Fungsi 1 Mesin Blower HB-2-30-4 1 unit

Mengipas angin untuk membantu pembakaran kayu pada proses perebusan ubi kayu.

2 Mesin Press 250 kg/jam 1 unit membentuk adonan tipis dan padat.

3 Mesin Pelumat 250 kg/jam 1 unit Untuk melumatkan adonan ubi kayu

4 Mesin Cetakan 1 unit untuk membentuk adonan ubo kayu berbentuk bulat

Tabel 2.4. Peralatan yang Digunakan di Lantai Produksi UD. Puteri Juna

No Nama Peralatan Jumlah Fungsi

1 Meja Kerja 2 unit

Sebagai penampung atau tempat produk setelah dibentuk adonan pada mesin press dan setelah dicetak pada mesin pencetak.

2 Meja Pengayakan 2 unit

Untuk menampung produk jadi setelah penjemuran dan untuk memisahkan produk cacat yang kasar dengan yang halus.

3

Plastik Polybag

(100 cm x 60 cm) 200 lembar

Sebagai alas penjemuran kerupuk opak.

4 Goni

Sebagai tempat ubi kayu setelah dikupas, sebagai tempat pembungkus kerupuk opak dan sebagai tempat sampah.


(34)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

perebusan dan kerupuk opak ketempat penjemuran, dan dari penjemuran ke gudang.

6 Sekop 2 unit

Untuk memindahkan ubi dari bak pencucian ke dalam bak perebusan

7 Cangkul 2 unit Untuk memindahkan ubi kayu yang

sudah direbus ke dalam mesin pelumat. 8 Pisau Pemotong 14 unit Untuk mengupas kulit ubi.

9 Baskom 2 unit Untuk menampung adonan ubi kayu

dari mesin pelumat

10 Timbangan 1 unit Untuk menimbang ubi kayu dan

kerupuk opak

BAB III

LANDASAN TEORI

Dalam rangka untuk meminimumkan kelelahan dan resiko terhadap rusaknya tulang dan otot dalam kondisi kerja yang repetitif (berulang-ulang), maka dalam penempatan dan pengoperasian posisi pengendali harus seergonomis mungkin sehingga pengoperasiannya dalam keadaan yang paling efisien.

Disamping itu untuk mendapatkan inklinasi (kemiringan) sudut posisi kaki atau tangan relatif terhadap horizontal agar gaya maksimum dapat diterapkan maka kondisi berikut haruslah dapat dipenuhi :


(35)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

1. Analisa biomekanika secara global dengan mempertimbangkan kondisi masing-masing otot.

2. Penyerdahanaan model biomekanika yang berdasarkan pada system sambungan tulang untk memprediksi beban pada ruas tulang belakang untuk mengangkat beban kerja

3. Metode empiris untk pengukuran langsung terhadap kekuatan

Biomekanika

Didalam ergonomi terdapat dua cabang ilmu yang mempunyai sasaran penyelidikan tentang manusia yaitu biomekanika dan antropometri. Biomekanika mempelajari manusia dari segi kemampuan-kemampuannya, seperti: kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan ketelitian.

Biomekanika juga merupakan kombinasi antara ilmu mekanika, antropometri, dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Ada beberapa pandangan dari para ilmuwan mengenai pengertian biomekanika, menurut Frankle dan Nordin, biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Menurut Caffin dan Anderson (1984), occupacional biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar pekerja dengan peralatannya, lingkungan kerjanya dan lain-lain yang


(36)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

bertujuan untuk meningkatkan performansi dan meminimasi kemungkinan kecelakaan kerja1

3.1.1. Rangka Tubuh Manusia .

Pendekatan biomekanika memandang tubuh manusia sebagai suatu sistem yang terdiri dari elemen-elemen yang saling terkait dan terhubung satu sama lain, melalui sendi-sendi dan jaringan otot yang ada. Prinsip-prinsip fisika digunakan untuk menyatakan tegangan mekanik pada tubuh dan gaya otot yang diperlukan untuk mengimbangi tegangan-tegangan tersebut.

Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam melakukan tugas tertentu. Dalam hal ini penelitian biomekanika mengukur kekuatan dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu, dengan sikap kerja tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan suatu cara kerja yang lebih baik, yang mana kekuatan atau ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan kecelakaan kerja yang minimum.

Dalam rangka memenuhi tujuan desain/perancangan produk baru, pekerjaan serta peralatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia maka diperlukan pengetahuan dasar tentang karakteristik otot dan kerangka manusia terutama dimensi dan kapasitasnya. Dalam bab ini dibahas tentang: kerangka, sistem sambungan, otot, aktivitas otot, sumber energi bagi otot, pengaruh dari aliran darah, pembebanan otot secara statis.

1


(37)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Rangka tubuh manusia tersusun atas berbagai bentuk tulang yang saling berhubungan. Secara garis besar, tulang tulang itu dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan bagian tubuh yang disusunnya, yaitu tulang tengkorak sebanyak 23 buah, tulang badan sebanyak 67 buah, dan tulang anggota badan sebanyak 122 buah. Kerangka berfungsi untuk menggambarkan dasar bentuk tubuh, penentuan tinggi seseorang, perlindungan organ tubuh yang lunak (otak, jantung, hati), sebagai tempat untuk melekatnya otot-otot, mengganti sel-sel yang telah rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali (control), dan untuk menyerap reaksi dari gaya (force) serta beban kejut. Sedangkan tulang berfungsi sebagai alat untuk meredam dan mendistribusikan gaya atau tegangan yang ada padanya. Evolusi bentuk dan perkembangannya dirangsang oleh dinamika gerakan tulang itu sendiri yang sesuai dengan kebutuhannya. Tulang yang besar dan panjang selalu mempunyai bentuk berlubang yang berfungsi untuk memberikan perbandingan yang seimbang terhadap beban yang terjadi pada tulang tersebut. Bentuk tulang juga telah mengalami evolusi dalam perkembangannya untuk tempat melekatnya otot.

Disamping itu tubuh manusia tidak akan mempunyai bentuk yang indah tanpa peran serta tulang belulang ini. Sebaliknya tulangpun juga tidak akan berdiri tegak tanpa peran serta otot, ligamen dan cartilage yang mengkombinasi dan memegang sambungan tulang secara bersama-sama. Otot juga amat penting untuk menjaga posisi tubuh agar tetap tegak dan dalam keadaan sikap sempurna.


(38)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Tulang-tulang didalam tubuh membentuk sistem rangka, kemudian sistem rangka ini bersama-sama menyusun kerangka tubuh seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1. Susunan rangka manusia

3.1.2. Penyusunan Rangka Manusia.

Panjang tulang dapat digunakan untuk menentukan tinggi badan (stature) seseorang. Sedangkan batas jangkauan dapat menentukan ruang gerak atau aktivitas oleh sistem sambungan tulang. Selain dari itu dimensi yang terbentuk tersebut penting untuk penempatan pengendali (control) dan desain stasiun kerja. Sifat masing-masing sambungan tulang pada pergerakan adalah sangat kompleks. Contoh sambungan tulang yang sederhana adalah siku dan lutut.

Siku dan lutut merupakan sambungan yang membentuk gerakan fleksi (flexion) disamping itu sambungan siku memberi kebebasan gerak pada tulang tangan berupa gerak supinasi pronasi seperti terlihat pada gambar 2.1 Bahu dan


(39)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

pinggul merupakan sambungan bola dan soket (ball and socket joints) yang memberikan kebebasan gerak secara tiga dimensi meskipun di rentang yang relatif kecil2. Lengan dan tungkai merupakan sambungan yang kompleks, yang mampu untuk mengadakan gerakan tiga dimensi. Misalkan pada gerakan mengangkat tangan permukaan meja ke arah mulut: sambungan siku tak dapat melaksanakan aktivitas ini tanpa bantuan organ lain, yaitu bantuan dari gerakan sambungan bahu, pergerakan seluruh tangan sumbunya (persendian bahu) dan gerakan lengan tangan dan sambungan pergelangannya.

Gambar 3.2. Terminologi untuk Gerakan Tangan dan Lengan

Tangan manusia mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam gerakannya. Hal inilah yang dijadikan modal dasar dalam mendesain robot seperti terlihat pada gambar 3.23

2

Eko Nurmiano; Hal :12 3

Eko Nurmianto; Hal: 13

. Akan tetapi jika ada gerakan berulang maka harus dipertimbangkan hal yang lebih penting seperti misalnya efisiensi penggunaan otot dan konsumsi energinya.


(40)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 3.3. Persamaan dan Perbedaan Antara Manusia dan Robot

3.1.3. Sifat Kerja Otot

Sifat kerja otot dibedakan atas antagonis dan sinergis seperti berikut ini: a. Antagonis

Antagonis adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak berlawanan.

A. Sinergis

Sinergis adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya: pronator teres dan pronator kuadratus.

3.1.4. Sistem Lever (Sistem Pengungkit)

Sistem pengungkit adalah suatu tungkai panjang yang dapat bergerak pada suatu titik tertentu yaitu pada axis yang terletak sepanjang lever tersebut.


(41)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Terdapat gaya yang bekerja di dalam tubuh kita sendiri. Gaya yang bekerja dalam tubuh dapat diketahui ketika kita menabrak suatu objek. Sedangkan gaya yang berada dalam tubuh, sering tidak kita ketahui, padahal gaya itu ada, misalkan gaya otot menyebabkan mengalirnya darah dan paru-paru yang memperoleh udara. Newton telah membuat hukum gravitasi secara universal yang merupakan dasar gaya yang dikenal dengan gaya gravitasi. Hukum ini merupakan gaya tarik antara dua benda, misalkan berat badan, ini merupakan gaya tarik bumi terhadap aliran darah yang mengalir secara berlawanan.

Selain gravitasi ada pula gaya listrik, yaitu gaya antara elektron dan proton pada atom hidrogen. Terdapat pula dua gaya yang mendasar yaitu gaya inti kuat yang dihasilkan oleh proton dan gaya inti lemah yang dihasilkan elektron (beta) dari atom. Apabila ditinjau dari segi statis dinamisnya tubuh manusia, maka gaya yang bekerja dibagai dalam dua tipe yakni gaya pada tubuh dalam keadaan statis, dan gaya pada tubuh dalam keadaan dinamis.

Gaya pada tubuh dalam keadaan statis/ stasioner berarti objek/ tubuh dalam keadaan setimbang, berarti jumlah gaya dalam segala arah sama dengan nol, dan jumlah momen gaya terhadap sumbu juga sama dengan nol. Sistem otot dan tulang tubuh manusia bekerja sebagai pengungkit (pengumpil).

Terdapat tiga macam kelas pengungkit yang bekerja dalam tubuh manusia, antara lain4

1. Kelas Pertama Sistem Pengungkit (Sistem Lever I) :

2. Kelas Kedua Sistem Pengungkit (Sistem Lever II)

4


(42)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Fulcrum

Power Weight

3. Kelas Ketiga Sistem Pengungkit (Sistem Lever III)

Adapun keterangannya akan dijelaskan dengan gambar seperti dibawah:

3.1.4.1. Kelas Pertama Sistem Pengungkit

Pada kelas pertama ini, titik tumpuannya terletak diantara gaya berat dan gaya otot. Hal ini diperlihatkan oleh gambar 3.4.

Gambar 3.4. Kelas Pertama Sistem Pengungkit 3.1.4.2. Kelas Dua Sistem Pengungkit

Pada kelas kedua sistem pengungkit ini, gaya otot terletak diantara titik tumpuan dan gaya berat. Hal ini diperlihatkan oleh Gambar 2.6.

O : Titik Tumpuan W : Gaya Berat

W

M

P W

F

W P

F Power

Fulcrum Weight

M

M W


(43)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 3.5. Kelas Dua Sistem Pengungkit

3.1.4.3. Kelas Tiga Sistem Pengungkit

Pada kelas tiga sistem pengungkit ini, gaya ototnya terletak diantara titik tumpuan dan gaya berat. Hal ini diperlihatkan oleh Gambar 2.20.

M

0 M

0

0 = Ttik Tumpuan W = Gaya Berat

W

Bisep


(44)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 3.6. Kelas Tiga Sistem Pengungkit

Contoh perhitungan untuk mencari perputaran komponen :

Dik A = 45 N, B = 50 N a.Torsi sesuai arah jarum jam a.Ay = 45 N × cos 20

b.Ay = 45 N × 0,940 c.Ay = 42,3 N

a.By = 50 N × Cos 20 b.By = 50 N x 0,940 c.By = 47 N

b. CCW = CW

a. Fy x 10 cm = (Ay x 60 Cm ) + (By x 30 cm )


(45)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

b. Fy x 10 cm = (42,3 N x 60 cm) + ( 47 N x 30 cm)

c. Fy x 10 cm = 3948 N.cm d. Fy = 3948 N.cm/10cm

= 394,8 N

e. F = Fy/ sin 25 = 394,8 N.m/423 f. F = 0,933 N

Gambar 3.7. Contoh Perhitungan Sistem Lever

Mekanika dalam tubuh mengikuti hukum Newton pertama yakni mengenai gerak, kesetimbangan gaya dan kesetimbangan momen. Kesetimbangan analitis dirumuskan sebagai berikut :

0 =

F

0 = ∑τ

Model biomekanika dapat diketahui akibat dari tubuh yang melakukan suatu pekerjaan. Model biomekanika terdiri atas 2 bagian, yakni5:

1. Single Segment Static Model

Model ini menggambarkan beban yang diterima oleh siku (elbow), yaitu gaya reaksi siku (RE) dan momen reaksi siku (ME). Model tersebut diperlihatkan oleh gambar 3.8.

5


(46)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 3.8. Single Segment Static Model (Caffin & Anderson)

0 =

F

Keterangan :

CGL = Pusat Massa Beban CGF-H =Pusat Massa Lengan

L1 = Panjang dari Siku ke Pusat Massa Lengan Bawah (17,2 cm) L2 = Panjang dari Siku ke Pusat Massa Beban (35,5 cm)

WL = Berat Badan

WF-H = Berat Lengan Bawah & Tangan (15,7 Newton) RE =Gaya Reaksi Siku

ME = Momen Reaksi Siku

Dengan menerapkan kesetimbangan gaya, maka :

-98N – 15,7n + RE = 0 37.2cm

WL = 98N WF-H = 15.7 N

CGL CGF-H

RL

35.5cm


(47)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

RE = 113.7 N

Dengan menerapkan kesetimbangan momen, maka: 0

= ∑τ

(0.355m)(-98N) + (0.172m)(-15.5N) + ME = 0 ME = 37.5 N.m

2. Two-segment Static Model

Model ini menggambarkan beban yang diterima oleh bahu (shoulder), yaitu gaya reaksi bahu (RE) dan momen reaksi bahu (MS). Model tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9. Two Segment Static Model (Caffin & Anderson) Keterangan :

L3 = Panjang dari Bahu ke Pusat Massa Lengan Atas (32,2 cm) L4 = Panjang dari Bahu ke Siku (35,9 cm)

WU-A = Berat Badan

WF-H = Berat Lengan Atas (20,6 Newton) RS =Gaya Reaksi Bahu

MS = Momen Reaksi Bahu WL

WF-H

REY

ME

Rs

32.9cm

RE W

U-A = 20.6N

13.2cm ME


(48)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Dengan menerapkan kesetimbangan gaya, maka : 0

=

F

R’S = - WUA + RS

-113.7N – 20.6 N + RS = 0 RS = 134.3 N

Dengan menerapkan kesetimbangan momen, maka: 0

= ∑τ

MS = (0.132m)(20.6N) + (0.329m)(113.7N) + 37.5N MS = 77.6 N.m

Pada contoh perhitungan kedua model diatas, panjang L1, L2, L3, dan L4 serta WU-A danWF-H adalah data percentile 50 antropometri orang Amerika. Untuk menggantikan data tersebut agar sesuai dengan data antropometri orang Indonesia dapat menggunakan table di bawah ini :

Tabel 3.1. Persentase Distribusi Berat Tubuh Pada Tiap Segmen (Caffin & Anderson)

Kelompok Segmen Tubuh

% dari Total Berat Tubuh

% Berat Secara Individu

Kepala dan Leher 8,4

- Kepala 73.8 - Leher 26.6

Badan 50

- Dada 43.8 - Lumbar 29.4


(49)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

- Pelvis 26.8

Tangan (1 Tangan) 5,1

- Lengan Atas 54.9 - Lengan Bawah 33.3 - Telapak Tangan 11,8

Kaki (1 Kaki) 15,7

- Paha 63.7 - Kaki 27.4 - Telapak kaki 8.9

Tabel 3.2. Lokasi Pusat Massa dari Tiap Segmen tubuh (Caffin & Anderson)

Segmen

Jarak titik massa dari Bagian Bawah

Jarak titik massa dari Bagian Atas

Telapak kaki 57.1% 42.9%

Kaki 56.7% 43.3%

Paha 56.7% 43.3%


(50)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Lengan Atas 56.4% 43.6%

Lengan Bawah 57.0% 43.0%

Telapak Tangan 50.6% 49.4%

Perhitungan untuk mencari L1 dapat menggunakan rumus dan juga digunakan dalam tabel Caffein dan Anderson, yaitu :

L1 = 43 % L2

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dihitung harga dari WF-H, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

WF-H = ( 33,33 % × berat I tangan ) + (11,8 % × berat 1 tangan) Dimana :

Berat 1 tangan = 5,1 % × berat badan

3.1.5. Konsumsi Energi Kerja

Dalam melakukan kerja fisik, konsumsi energi merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai sebagai penentu berat/ringannya pekerjaan6

1 Kilocalorie (Kcal) = 4,2 kilojoules (KJ)

. Dalam literature ergonomi, besarnya energi yang dihasilkan/dikonsumsi akan dinyatakan dalam satuan “kilo kalori atau Kcal” atau “Kilo Joules (KJ)”.

6


(51)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Selanjutnya dalam fisiologi kerja, energi yang dikonsumsikan sering kali bisa diukur secara langsung yaitu melalui konsumsi oksigen yang dihirup. Dalam hal ini konversi dapat dinyatakan sebagai berikut:

1 liter O2 = 4,8 Kcal = 20 KJ

Dari nilai konversi tersebut tampak bahwa nilai kalori O2 dari setiap oksigen yang dihirup akan menghasilkan energi rata-rata sebesar 4,8 Kcal atau 20 KJ.

Cara lain yang bisa diaplikasikan untuk mengetahui besarnya energi untuk melakukan kerja fisik adalah dengan membandingkan konsumsi oksigen dengan laju detak jantung nadi yang sangat sensitif terhadap temperatur dan tekanan emosi manusia, dan di sisi lain pengukuran konsumsi oksigen pada dasarnya tidak akan banyak dipengaruhi karakteristik individu yang akan diukur.

Perlu diketahui bahwa konsumsi oksigen akan tetap diperlukan meskipun orang tidak melakukan kegiatan fisik. Kondisi seperti ini disebut sebagai “metabolisme basal”, dimana dalam keadaan seperti ini energi kimiawi dari makanan hampir seluruhnya akan dipakai untuk menjaga panas badan (360C). dengan adanya kegiatan fisik menyebabkan adanya penambahan jumlah energy yang disebut “kalori kerja”, sehingga konsumsi energi untuk kerja dapat diformulasikan sebagai berikut:

Konsumsi energi untuk kerja = metabolisme basal + nilai kalori kerja

Metabolisme basal sering juga disebut sebagai metabolisme dasar, besar/kecilnya ditentukan oleh berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin. Sebagai acuan dasar, metabolisme untuk:


(52)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

- Laki-laki dewasa, berat 70 Kg = 1,2 Kcal/menit - Wanita dewasa, berat 60 Kg = 1 Kcal/menit

Untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang memerlukan gerakan anggota tubuh dalam klasifikasi ringan (berjalan, duduk/berdiri, berpakaian dan lain-lain) maka memerlukan tambahan kalori kerja senilai 600 – 700 Kcal/24 jam.

3.2 Teori Pengambilan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi sering juga disebut universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi yang tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya disebut populasi infinit atau tak terbatas dan populasi yang jumlahnya diketahui dengan pasti (populasi yang dapat diberi nomor identifikasi), misalnya murid sekolah, jumlah karyawan tetap pabrik, dan lain-lain disebut populasi finit.

Suatu kelompok objek yang berkembang terus (melakukan proses sebagai akibat kehidupan atau suatu proses kejadian) adalah populasi infinitif. Misalnya penduduk suatu negara adalah populasi yang infinit karena setiap waktu terus berubah jumlahnya. Apabila penduduk tersebut dibatasi dalam waktu dan tempat, maka populasi yang infinit bisa berubah menjadi populasi yang finit. Umumnya populasi yang infinit hanyalah teori saja, sedangkan kenyataan dalam prakteknya, semua benda hidup dianggap populasi yang finit. Bila dinyatakan bahwa 60% penduduk Indonesia adalah petani, ini berati bahwa setiap 100 orang penduduk


(53)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Indonesia, 60 orang adalah petani. Hasil pengukuran atau karakteristik dari populasi disebut parameter yaitu untuk harga-harga rata-rata hitung (mean) dan untuk simpangan baku (standard deviasi). Jadi populasi yang diteliti harus didefenisikan dengan jelas, termasuk didalamnya ciri-ciri dimensi waktu dan tempat.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harafiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut statistik yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk simpangan baku. Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.

2. Lebih cepat dan lebih mudah.

3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam. 4. Dapat ditangani lebih teliti.

Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang harus dipilih, (tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) misalnya: 1. Meneliti air sungai.

2. Mencicipi rasa makanan didapur.

3. Mencicipi buah rambutan yang hendak dibeli.

Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin


(54)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan:

1. Akurasi atau ketepatan yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya bias atau kekeliruan adalah populasi.

2. Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi.

Teknik-teknik Pengambilan Sampel

Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu:

1. Random Sampling (Sampel Acak)

Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel.


(55)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi di sini proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara random.

Jenis-jenis teknik Random Sampling:

a. Simple Random Sampling ( Sampel Acak Sederhana )

Teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.

Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi di sini proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara random. Ada 2 cara yang dikenal yaitu:

a. Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi cointoss. b. Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan tabel Random Numbers yang


(56)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Misalnya populasi berjumlah 300 (N=300).

b. Tentukan nomor setiap unit populasi (dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom). c. Tentukan besar sampel yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)

d. Tentukan skema penggunaan label random numbers. (misalnya dimulai dari 3 kolom pertama dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random numbers, tentukan unit mana yang terpilih, sebesar sampel yang dibutuhkan, yaitu dengan mengurutkan angka-angka dalam 3 kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor ≤ 300, merupakan nomor sampel yang diambil (100, 175, 243, 101), bila ada nomor ≥ 300, tidak diambil sebagai sampel (N = 300). Jika pada lembar pertama jumlah sampel belum mencukupi, lanjutkan kelembaran berikutnya, dan seterusnya. Jika ada nomor yang serupa dijumpai, di ambil hanya satu, karena setiap orang hanya mempunyai 1 nomor identifikasi.

Keuntungan dari random sampling adalah prosedur estimasi yang mudah dan sederhana. Kerugiannya adalah membutuhkan daftar seluruh anggota populasi, sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas sehingga biaya transportasi besar.

b. Systematic Random Sampling (Sampel Random Sistematik)

Sesuai dengan namanya, maka teknik ini memiliki satu aturan sistematis tertentu dalam penarikan sampel. Misalkan bahwa ada suatu populasi berukuran N unit, kemudian unit-unit ini diberikan nomor urut dari 1,2,…,N. Kita bermaksud memilih sampel berukuran n unit, maka kita mengambil satu unit secara acak dari k unit yang pertama dan setiap k unit sesudahnya. Secara matematis dapat ditulis:


(57)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

n N

k =

Dimana:

k = selang unit yang akan diambil N = jumlah populasi

n = jumlah sampel Contoh: N = 1000 n = 100 maka: k= 10

Bila pada pertama kali mengambil bilangan random diperoleh angka 8, maka sampel berikutnya akan ditambah interval 10 menjadi 18, 28, 38, 48, dan seterusnya sampai n =100

Cara ini dipergunakan bila ada sedikit Stratifikasi pada populasi.

Keuntungan dari Systematic Random Sampling adalah perencanan dan penggunaanya yang mudah dan sampel tersebar di daerah populasi. Sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan daftar populasi.

c. Stratified Random Sampling (Sampel Acak Stratifikasi)

Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan


(58)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak.

Dalam teknik ini, sampel yang akan dipelajari mula-mula dibagi-bagi ke dalam lapisan-lapisan atau strata yang relatif homogen, sehingga keragaman dalam lapisan atau stratum lebih kecil daripada keragaman antar lapisan atau antar stratum. Atau dengan kata lain stratified sampling adalah suatu sampel yang diperoleh melalui pemisahan unit-unit populasi ke dalm kelompok yang tidak bersifat tumpang-tindih, di mana kelompok-kelompok ini disebut sebagai strata atau lapisan-lapisan dan kemudian memilih sampel acak sederhana dari setiap stratum atau lapisan.

Misalkan sebuah N populasi dibagi 3 strata: 1. 1500 populasi

2. 1000 populasi 3. 500 populasi

Sedangkan sampel yang akan digunakan sebanyak 150 saja. Cara memilihnya:

- n1= (1500/3000) x 150 = 75 - n2= (1000/3000) x 150 = 50 - n3= (500/3000) x 150 = 25


(59)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Kemudian, dari ketiga populasi tersebut diambil sampel dengan teknik simple random sampling sesuai dengan pembagian yang telah ditentukan.

d. Cluster Sampling (Sampel Gugus)

Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatannya, beda tingkat manajerialnnya dan perbedaan-perbedaan lainnya.

Secara garis besar dapat dikemukakan langkah petunjuk untuk menggunakan teknik cluster sampling, antara lain :

1. Menetapkan kelompok-kelompok (cluster) yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

2. Apabila semua cluster yang tepat telah ditentukan, maka kerangka penarikan sampel dapat berupa daftar semua cluster dalam populasi harus disusun.

3. Lakukan pemilihan sampel cluster dengan menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana.(dirapikan).


(60)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Contohnya, misalkan akan dipilih siswa untuk program pertukaran pelajar antar sekolah, populasi yang akan dipilih pertama-tama dari beberapa kabupaten yang masih terbelakang, lalu populasi tersebut diperkecil lagi menjadi hanya 2 kabupaten saja yang dipilih secara acak.

2. Nonrandom Sampling (Sampel tidak acak)

Pada nonrandom sampling setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih artinya kemungkinannya nol. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.

Jenis-jenis teknik nonrandom sampling:

a. Purposive Sampling

Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.


(61)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu

perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai information rich.

Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik.

c. Quota Sampling

Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40%. Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua ` jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

d. Snowball Sampling (Sampel Bola Salju)

Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia


(62)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotika, para gay atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup).

Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling (tidak disengaja) atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang objektif.

3.4. Hukum Newton

Hukum dasar dalam Biomekanika oleh Isaac Newton (1643 – 1727) untuk mempelajari gerakan mekanik pada manusia dan hewan. Pada awalnya Newton mengembangkan hukum gerakan dan menjelaskan gaya tarik gravitasi antara dua benda. Terdapat tiga hukum dasar mekanika yang di cetuskan oleh Newton.


(63)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

1. Hukum Newton pertama

Hukum Newton Pertama ini disebut pula hukum inersia (hukum kelembaman), bahwa benda mempunyai sifat untuk mempertahankan keadannya. Apabila suatu benda sedang bergerak maka benda itu akan bergerak terus, sebaliknya apabila suatu benda sedang tidak bergerak maka benda itu bersifat malas untuk mulai bergerak. Dapat pula dikatakan bahwa semua objek atau benda akan bergerak apabila ada gaya yang mengakibatkan pergerakannya. Hukum Newton I adalah “Setiap benda akan diam atau bergerak lurus beraturan jika resultan gaya yang bekerja pada benda itu sama dengan nol”5

0 =

F

. Hukum Newton I ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

0

=

Fx ; ∑Fy=0

2. Hukum Newton kedua

Hukum Newton Kedua menyatakan bahwa apabila ada gaya yang bekerja pada suatu benda maka benda tersebut akan mengalami suatu percepatan yang arahnya sama dengan arah gaya. Percepatan (a) dan gaya (F) adalah sebanding dalam besaran. Apabila kedua besaran ini sebanding maka salah satu adalah sama dengan hasil perkalian bilangan konstan. Hubungan gaya (F) dan percepatan (a) dirumuskan Newton sebagai berikut :

F = m.a (1kg m/dt2 = 1N)

5


(64)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

R

F A

dimana :

m = Massa Benda (m dinyatakan 1kg massa) a = Percepatan (1m/dt2)

Massa benda mengandung makna yang berbeda dengan berat benda, massa benda adalah kuantitas skalar, sedangkan berat benda adalah gaya gravitasi yang bekerja pada benda tersebut dan merupakan kuantitas vektor (Fg = gaya gravitasi, Fg = m.a)

3. Hukum Newton ketiga

Hukum Newton Ketiga menyatakan bahwa bilamana benda A memberi gaya F pada benda B, pada waktu bersamaan benda B memberi gaya R pada benda A; maka gaya R sama dengan gaya F tetapi mempunyai arah yang berlawanan.

Gambar 3.10 Setiap Aksi Selalu Ada Reaksi dengan Arah Berlawanan Hasil pengamatan Newton ini disimpulkan sebagai hukum Newton ketiga yang berbunyi sebagai berikut: “Untuk setiap aksi, selalu ada reaksi yang arahnya berlawanan”.

Terdapat gaya yang bekerja di dalam tubuh kita sendiri. Gaya yang bekerja dalam tubuh dapat diketahui ketika kita menabrak suatu objek. Sedangkan gaya yang berada dalam tubuh, sering tidak kita ketahui, padahal gaya itu ada, misalkan gaya otot menyebabkan mengalirnya darah dan paru-paru yang


(65)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

memperoleh udara. Newton telah membuat hukum gravitasi secara universal yang merupakan dasar gaya yang dikenal dengan gaya gravitasi. Hukum ini merupakan gaya tarik antara dua benda, misalkan berat badan, ini merupakan gaya tarik bumi terhadap aliran darah yang mengalir secara berlawanan.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan diawali dengan studi literatur mengenai penerapan biomekanika terhadap fasilitas kerja, dengan biomekanika dapat diterapkan


(1)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

Dengan membandingkan usulan gerobak sorong yang baru dengan gerobak sorong yang digunakan di lapangan, rancangan ini ternyata dapat meminimalkan beban yang ada di lapangan.

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Kegiatan untuk menggunakan gerobak sorong terdiri dari dua, yaitu mengangkat dan mendorong. Dua kegiatan ini menghasilkan beban yang cukup besar, untuk kegiatan mengangkat berat pada gerobak sorong sebesar 4,6 kkal, sedangkan untuk mendorong dihasilkan beban sebesar 7,9 kkal. Untuk meminimalkan beban saat menggunakan gerobak sorong, maka digunakan pendekatan biomekanika untuk memperoleh kriteria-kritera fasilitas kerja yang akan diusulkan. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan empat roda untuk menumpu beban

Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kegiatan mengangkat, sehingga di sini beban sebsar 4,6 kkal sudah dapat dihilangkan. Dengan menggunakan empat roda, beban operator hanyalah berupa mendorong saja, namun beban untuk mendorong ini tidak lagi sebesar 7,9 kkal, hal ini diakibatkan beban sudah terbagi rata pada empat roda tersebut, sehingga jumlah beban yang dialami oleh operator untuk mendorong menjadi 400 N, total beban yang telah diminimalkan dari penggunaan empat roda ini adalah sebesar 10,87 kkal. Selain dapat meminimalkan beban kerja sebesar 10,87 kkal, hal ini juga dapat


(2)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

meminimalkan rasa sakit pada bagian lengan atas, lengan bawah dan bahu, sebab beban untuk mendorong sudah tidak ada lagi.

2. Posisi handles sejajar dengan siku operator

Pada keadaan di lapangan, operator mengalami rasa sakit pada bagian lengan bawah, lengan atas, punggung dan bahu saat mengangkat dan mendorong gerobak sorong, hal ini dakibatkan posisi handles yang mengharuskan operator membungkuk dan mengangkat beban pada handles yang besar yaitu 34,31 kg. Dengan posisi handles yang sejajar, operator hanya mendorong saja dan tidak mengalami rasa sakit pada bagian lengan, bahu dan punggung, apalagi beban yang didorong lebih kecil dari yang ada di lapangan, dengan menggunakan pemasangan empat roda untuk menumpu beban kayu tersebut. 3. Menggunakan rel sebagai lintasan gerobak sorong

Rel ini digunakan untuk meminimalkan hanbatan (blocking) seperti relief yang tidak datar dan batuan yang menghambat jalannya roda gerobak sorong. Hal ini terbukti dengan relief yang tidak datar seperti pada pengolahan data, digunakan sudut relief 180, dengan relief ini menambah beban bagi operator yaitu sebesar 14,2 kkal, hal ini disebabkan beban untuk mendorong dan mengangkat bertambah, seperti pada beban handles bertambah menjadi 45 kg dari 34,31 kg. Oleh karena itu perlu digunakan rel sebagai lintasan, sehingga beban operator menjadi kecil sebab tidak ada lagi hambatan, selain itu operator juga tidak akan mengalami rasa sakit pada bagian lengan dan bahu,


(3)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

sebab operator tidak perlu lagi mengatasi masalah hambatan ataupun blocking di jalan seperti batu dan relief jalan yang tidak datar.

4. Menaikkan alas bak gerobak sorong

Hal ini dilakukan untuk meminimalkan rasa sakit pada bagian punggung saat memasukkan dan mengeluarkan kayu dari gerobak sorong sehingga operator tidak perlu lagi membungkuk. Alas dinaikkan sebesar 60 cm, supaya berada di sekitar siku, dengan demikian operator hanya perlu menggunakan lengan bawahnya tanpa harus membungkuk untuk menjangkau kayu yang ada di gerobak sorong.

Dengan menggunakan kriteria-kriteria tersebut, beban untuk menggunakan gerobak sorong berhasil diminimalkan sebesar 10,87 kkal.


(4)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu:

1. Urutan persentase rasa sakit pada beberapa bagian tubuh yang dialami oleh operator saat menggunakan fasilitas di lapangan, antara lain:

a. Punggung (6,2%) b. Pinggang (5,8%)

c. Lengan dan bahu (5,6%)

2. Jumlah beban yang digunakan operato di lapangan adalah sebesar 12,5 kkal. 3. Kriteria dari usulan fasilitas kerja dengan mengguakan pendekatan

biomekanika, antara lain:

a. Handles ditempatkan sejajar dengan siku, supaya lengan bawah sejajar dengan handles dan hal ini akan menghasilkan kekuatan yang besar dan tidak cepat lelah.

b. Jumlah tumpuan roda pada bak gerobak sorong nantinya adalah empat c. Menggunakan rel sebagai lintasannya


(5)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

4. Berdasarkan kriteria yang diperoleh berdasarkan pendekatan biomekanika, jumlah beban yang diminimalkan sebesar 10,87 kkal.

5. Spesifikasi dari fasilitas yang diusulkan adalah sebagai berikut: Tinggi handles dari lantai : 80 cm

Kedalaman bak : 35 cm Bahan bak : Alumunium Tinggi permukaan bak terhadap lantai : 60 cm Panjang bak : 120 cm

Lebar bak : 72 cm (sudut pada sisi 400) Diameter roda : 30 cm

6. Beban yang akan dialami jika operator menggunakannya adalah 2,63 kkal

7.2. Saran

Usulan fasilitas kerja yang baru ini sebaiknya digunakan di lapangan untuk memberikan rasa nyaman kepada operator dan oporator tidak akan cepat lelah saat menggunakannya sehingga produktivitas operator bagi perusahaan akan meningkat.


(6)

Armensius Purba : Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika Untuk Meminimalkan Beban Kerja, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Chaffin, Don B. 1999. Occupational Biomechanics, Third Edition. Canada: John Wiley & Son, Inc.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi-Konsep, Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Guna Widya.

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Supiyanto.2001. Fisika SMU, Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Jakarta: Guna Widya.