Tabel 14. Norma Kategorisasi Persepsi Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Rentang Nilai
Kategori Jumlah
Persentase
X ≤ 42 Negatif
42 X ≤ 66
Netral 74
96.1 X 66
Positif 3
3.89
Total 77
100
Berdasarkan tabel 14, dapat diketahui bahwa tidak ada subjek penelitian yang memiliki persepsi negatif terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan 0,
sebanyak 3 orang dari subjek penelitian 3,89 memiliki persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan yang positif, dan sebanyak 74 orang dari subjek
penelitian 96,1 memiliki persepsi yang netral yang mana persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan tidak positif dan juga tidak negatif.
C. PEMBAHASAN
Melalui penelitian yang dilakukan pada Pengurus DPD Partai Golkar Sumut, peneliti hendak menguji hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan terhadap OCB. Hasil analisis data mendukung hipotesis penelitian, dimana persepsi kualitas interaksi
atasan-bawahan mampu memberikan pengaruh terhadap OCB pengurus partai. Berdasarkan persamaan garis regresi yang dihasilkan oleh kedua variabel,
yakni Y = 23,20 + 0,49 X. Organizational citizenship behavior dilambangkan dengan Y dan persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan dilambangkan dengan
X, maka perilaku Y akan bertambah 23,20 + 0,49 ketika terjadi penambahan pada tiap skor variabel X. Hal ini berarti bahwa bila semakin positif persepsi
kualitas interaksi atasan-bawahan maka akan semakin mudah bagi pengurus partai untuk meningkatkan OCB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besaran
pengaruh persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan terhadap OCB adalah 18,6 sedangkan 81,4 sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini seperti persepsi dukungan organisasional, masa kerja, jenis kelamin, kepribadian, dan lain sebagainya.
Menurut Eisenberger, Fasdo, LaMastro 1990, sikap bawahan terhadap organisasi mereka ditentukan oleh persepsi mereka pada perilaku pemimpin,
dukungan organisasi, dan karakteristik organisasi. Perilaku pemimpin dapat dilihat dari bagaimana kualitas interaksi yang terjalin antara atasan dengan
bawahan. Atasan akan cenderung mengelompokkan bawahannya ke dalam kategori in-group dan out-group. Kelompok in-group akan mempunyai banyak
keuntungan dibandingkan kelompok out-group seperti kepercayaan yang tinggi, dukungan, dan interaksi yang baik. Hal ini tentu akan membuat bawahan lebih
mudah untuk mengembangkan OCB Widiyati, 2013. Interaksi yang baik akan menentukan bagaimana hubungan yang terjalin
diantara atasan dengan bawahan. Menurut Prisetyadi 2011, bawahan yang merasa memiliki interaksi yang baik dengan atasan diyakini akan lebih
menunjukkan sikap yang dapat menguntungkan organisasi. Hal ini sesuai dengan dimensi dari LMX yaitu dimensi afeksi. Begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Murphy et..al 2003 bahwa bila di dalam hubungan atasan dan bawahan memiliki kualitas interaksi yang baik maka akan saling memberikan
manfaat satu sama lain. Ada banyak faktor yang dapat menumbuhkan OCB pada anggota dalam
organisasi seperti karakteristik kepemimpinan organisasi Bacrach, et..al, 2006,
dimana kualitas interaksi atasan-bawahan termasuk di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas interaksi atasan-bawahan merupakan salah satu
kunci untuk dapat menumbuhkan OCB pada setiap anggota dalam organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Prisetyadi 2011 menyatakan bahwa bila interaksi
yang terjadi antara atasan-bawahan baik maka akan membuat atasan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan dan potensi bawahannya. Sehingga membuat
bawahan akan bersedia menerima tanggungjawab di luar dari pekerjaan yang biasa ia lakukan. Hal ini sesuai dengan dimensi dari LMX yaitu dimensi loyalitas.
Alasan lain yang menyebabkan persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan dapat mempengaruhi OCB adalah atasan mampu memberikan motivasi, umpan
balik, dan bersosialisasi dengan baik kepada bawahan pada akhirnya dapat meningkatkan OCB Rivanda, 2013. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi
kualitas interaksi atasan-bawahan memang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi OCB.
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada Pengurus DPD Partai Golkar Sumut yang memiliki persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan yang negatif.
Selanjutnya 96,1 memiliki persepsi yang netral terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan, sedangkan sisanya 3,89 memiliki persepsi yang positif
terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan. Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas interaksi yang terjadi di Partai Golkar Sumut terjalin cukup baik. Hal ini
membuktikan bahwa pimpinan partai sudah mampu menjaga kualitas interaksi dengan para Pengurus DPD, namun pimpinan partai harus lebih meningkatkan
kualitas interaksinya dengan para Pengurus DPD agar seluruh Pengurus DPD
mempersepsikan secara positif interaksi atasan dan bawahan sehingga mampu meningkatkan OCB mereka dan akan memberikan efek positif bagi partai.
Selanjutnya, jika ditinjau dari tingkat OCB, sekitar 88,31 Pengurus DPD Partai Golkar Sumut berada direntang sedang, 9,09 berada pada kategori tinggi,
dan sisanya 2,60 berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa Pengurus DPD partai telah memiliki OCB yang baik, walaupun masih ada
pengurus yang memilki OCB yang rendah. Sehingga OCB dalam Pengurus DPD Partai Golkar masih perlu ditingkatkan agar seluruh Pengurus DPD memiliki
OCB yang tinggi dan dapat memberikan manfaat kepada partai itu sendiri, yaitu Partai Golkar Sumatera Utara.
42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada akhir bab, peneliti akan mengemukakan beberapa saran terkait dengan hasil penelitian maupun penelitian yang akan dilakukan di masa
mendatang.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang telah diperoleh, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan terbukti memiliki pengaruh positif terhadap OCB pada pengurus DPD Partai Golkar Sumut. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin positif persepsi pengurus terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan, maka akan semakin tinggi pula tingkat OCB,
begitu juga sebaliknya. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi kualitas interaksi atasan-
bawahan memiliki pengaruh sebesar 18.6 terhadap OCB Pengurus DPD Partai Golkar Sumatera Utara.
3. Nilai rata-rata empirik OCB yang didapatkan termasuk ke dalam kategorisasi sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pengurus partai telah
memiliki OCB walaupun masih dalam kategori sedang. 4. Nilai rata-rata empirik persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan yang
didapatkan termasuk ke dalam kategorisasi netral. Persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan yang dimiliki tidak positif dan tidak negatif.