Definisi Perilaku Sosial Bentuk-bentuk Perilaku Sosial

C. Perilaku Sosial

1. Definisi Perilaku Sosial

Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku adalah aksi, rekasi, terhadap rangsangan. 37 Perilaku adalah suatu tindakan rutin yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi ataupun kehendak untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkannya, dan hal itu mempunyai arti baginya. 38 Perilaku sosial bisa juga diartikan sebagai tindakan sosial. Dalam hal ini Max Weber mengartikan tindakan sosial sebagai tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat. dalam bertindak atau berperilaku seorang individu hendaknya memperhitungkan keberadaan individu lainnya dalam masyarakat, hal ini perlu diperhatikan mengingat tindakan sosial menjadi perwujudan dari hubungan atau perilaku sosial. 39

2. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial

Mengenai bentuk-bentuk perilaku sosial, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Max Weber. Weber membuat peralihan dari aksi sosial ke kehidupan sosial umum adalah tipologi aksi. Aksi diklasifikasikan ke dalam empat macam untuk keperluan penyusunan komponen-komponen, yang tercakup di dalamnya. Aksi adalah zweckrational berguna secara rasional 37 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995, h. 5 38 K.J. Veeger, Realitas Sosial Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, Cet. Ke-4, h. 171 39 Yadi Mulyadi, Panduan Sosiologi Jakarta: Yudistira, 1995, h. 16 manakala ia diterapkan dalam suatu situasi dengan suatu pluratilas cara-cara dan tujuan-tujuan di mana si pelaku bebas memilih cara-caranya secara murni untuk keperluan efisiensi; aksi adalah wertirational rasional dalam kaitannya dengan nilai-nilai manakala cara-cara dipilih untuk keperluan efisiensi mereka karena tujuannya pasti yaitu keunggulan; aksi adalah afektif manakala faktor emosional menetapkan cara-cara dan tujuan-tujuan daripada aksi; dan aksi adalah tradisional manakala baik itu cara-caranya dan tujuan-tujuannya adalah pasti sekedar kebiasaan. 40 Untuk lebih jelasnya, berikut ini empat tipe tindakan sosial yang dianggap sebagai tipe ideal. a. Rasinalitas Instrumental Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang digunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai memiliki macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar suatu kriterium menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang saling bersaingan ini. Individu itu lalu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dipilih tadi. Hal ini mungkin mencakup pengumpulan informasi, mencatat kemungkinan-kemungkinan serta hambatan-hambatan yang terdapat dalam lingkungan, dan mencoba untuk meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari beberapa alterinatif tindakan itu. Akhirnya suatu pilihan dibuat atas alat yang dipergunakan yang kiranya mencerminkan pertimbangan individu atas 40 Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, dari Comte hingga Parson Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. Ke-1, h. 276 efisiensi dan efektivitasnya. Sesudah tindakan itu dilaksanakan, orang itu dapat menentukan secara obyektif sesuatu yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai. Weber, sebagaimana yang dikutip oleh Doyle Paul Johnson, menjelaskan: Tindakan diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari tujuan- tujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri apabila tujuan itu, alat dan akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara rasional. Hal ini mencakup pertimangan rasional atas alat alternatif untuk mencapai tujuan itu, pertimbangan mengenai hubungan-hubungan tujuan itu dengan hasil-hasil yang mungkin dari penggunaan alat tertentu apa saja, dan akhirnya pertimbangan mengenai pentingnya tujuan-tujuan yang mungkin berbeda secara relatif. b. Rasionalitas yang berorientasi nilai Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalita yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar; tujuan- tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai-nilai akhir bersifat nonrasional dalam hal di mana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih. Lebih lagi, komitmen terhadap nilai-nilai ini adalah sedemikian sehingga pertimbangan-pertimbangan rasional mengenai kegunaan, efisiensi, dan sebagainya tidak relevan. Juga orang tidak memperhitungkannya kalau nilai-nilai itu benar-benar bersifat absolut dibandingkan dengan nilai-nilai alternatif. Individu mempertimbangkan alat untuk mencapai nilai-nilai seperti itu, tetapi nilai-nilai itu sendiri sudah ada. Hal ini dibenarkan oleh James S. Coleman, yang mengatakan bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu dan juga tindakan ditentukan oleh nilai atau pilihan. Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. 41 c. Tindakan tradisional Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat nonrasional. Kalau seorang individu memperlihatkan perilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan yang sadar, atau perencanaan, perilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Individu itu akan membenarkan atau menjelaskan tindakan itu, kalau diminta, dengan hanya mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara seperti itu atau perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya. Apabila kelompok- kelompok atau seluruh masyarakat didominasi oleh orientasi ini, maka kebiasaan dan institusi mereka diabsahkan atau didukung oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah lama mapan sebagai kerangka acuannya, yang diterima begitu saja tanpa persoalan. Satu-satunya pembenaran yang perlu adalah bahwa, “Inilah cara yang sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kami, dan demikian pula nenek moyang mereka sebelumnya; ini adalah cara yang sudah begini dan akan selalu begini terus”. Weber melihat bahwa tipe tindakan ini sedang hilang lenyap karena meningkatnya rasionalitas instrumental. 41 Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Jakarta: Kencana, 2005, Cet. Ke-3, h. 396 d. Tindakan afektif Tipe tindakan ini ditandai oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa reflekasi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideologi, atau kriteria rasionalitas lainnya. 42 42 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M. Z. Lawang Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994, h. 220-221 35

BAB III DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

A. Kondisi Geografis dan Demografis

Sudimara Selatan merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang Provinsi Banten. Sudimara Selatan terletak pada jarak 1,5 km dari pusat kecamatan, 12 km dari kabupaten, dan 93 km ke ibukota Provinsi. Sudimara Selatan merupakan daerah strategis yang memiliki peranan penting, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, politik, sosial, budaya maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena kelurahan Sudimara Selatan berada di daerah pinggiran Jakarta dan memiliki banyak potensi yang menunjang menuju Jakarta dan sekitarnya. Letak geografis Sudimara Selatan berada pada 14 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan 2400 mmtahun dan tofografi rendah serta suhu udara rata-rata 30 derajat selcius. Wilayahnya terbagi menjadi 12 Rw dan 32 Rt, meliputi seluruh Kampung Dukuh, yang berbatasan dengan sebelah timur Kampung Pulo, sebelah barat Parung Serab, serta selatan Perumahan Puri Kartika. Berdasarkan sensus tahun 2005, penduduk Sudimara Selatan berjumlah 12.050 jiwa, yang terdiri dari 5.977 jiwa laki-laki dan 6.073 jiwa penduduk perempuan. Data ini sesuai dengan prosentase penduduk dunia, dimana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dan data yang lebih rinci dapat dilihat dari tabel berikut ini.