Aspek sosial Kehidupan Pengguna Narkoba dan Miras Sesudah Menikah

tetunya sangat berbeda dengan lingkungan sebelumnya, pengguna narkoba tidak lagi bebas seperti sebelum menikah, ini dikarenakan adanya istri ataupun keluarga yang harus ia perhatikan, semacam ada tuntutan tangggung jawab sosial, moral dan spritual yang harus ia penuhi setelah menikah; seperti ia harus menjadi pemimpin imam dalam rumah tangga tersebut guna keharmonisan rumah tangganya, selain itu ia juga harus membawa keluarganya tersebut selalu di dalam fitrah-Nya, dan sebagai tanggung jawab sosial ia dituntut harus menafkahi seorang istri dan anak setelahnya. Tetapi demikian, pernikahan tidak secara langsung bisa membuat pengguna Narkoba atau Miras jera berhenti total. Seperti apa yang di tuturkan oleh informan dengan sebagai berikut :

1. Aspek sosial

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada 8 informan tersebut di atas dapat diketahui bahwa kehidupan sosial keagamaan pengguna narkoba atau miras sebelum menikah sangat jauh dari nilai-nilai agamis atau sesuai norma masyarakat seperti misalnya kebiasaan yang suka malaknodong, mencuri, freesex atau prostitusi. Namun menarik setelah pengguna narkoba tersebut menikah ada perubahan pola-pola sosial yang terjadi pada mereka, sadar atau tidak sadar pengguna narkoba tersebut mengalaminya. Walaupun perubahan tersebut pada dasarnya tidak frontal, yang terkadang masih juga ada pengguna narkobamiras walaupun telah menikah masih memakainya. Seperti perubahan sosial yang dialami oleh pengguna narkobaminuman keras EK nama samaran, setelah menikah ia mengatakan sebagai berikut: “Setelah menikah Ya... kadang-kadang masih minum, buat iseng- iseng ajala. tapi tidak sesering waktu sebelum menikah dulu, freesex juga dah gak ” 15 Pada dasarnya pernikahan tersebut adalah ibadah, banyak nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. menikah dengan bertujuan mengharapkan rahmat dari yang Maha Esa adalah langkah awal untuk senantiasa selalu dalam lindungannya. Dan pernikahan tersebut dalam pandangan pengguna narkoba atau peminum minuman keras adalah ikatan yang sakral dalam menempuh hidayah Tuhan untuk keluar dari jurang kemaksiatan narkoba dan minuman keras. Walaupun pengguna narkobamiras tersebut setelah menikah tidak semerta-merta langsung bisa berhenti total dari memakai narkoba dan minuma keras seperti apa yang di katakan oleh informan BW nama samaran, seperti berikut: “Alhamdulillah Setelah menikah saya dah jarang minum-minuman keras lagi. Bahkan saya meninggalkan semuanya. 20 Baik itu yang suka nyolong, atau menodong. Sebelum menikah istri saya tau kalau saya adalah peminum, tapi saya punya komitmen sama dia kalau mau menikah harus berhenti dari semuanya. Baginya arti pernikahan itu adalah ibadah, dan upaya membangun rumah tangga. Dan setelah menikah ini istri saya sangat membatasi pergaulan saya”. 16 Hal ini ditambahkan oleh DD nama samaran, Menurutnya: “Saya inget waktu saya masih menggunakan Narkoba saya dikucilkan oleh masyarakat, Alhamdulillah Setelah menikah saya bisa mengurangi minum-minuman keras itu, kalau nyolong dah gak lagi. Bahkan sekarang kalau saya punya rezeki suka ngasih kepada anak yatim, bukan pamir yach. Karena arti pernikahan bagi saya adalah suatu ikatan dalam menjalin rumah tangga, siapa tau dengan ikatan tersebut dapat merubah diri kita, merubah kita ke arah yang lebih baik.” 17 15 Wawancara pribadi dengan informan EK, Tangerang tanggal 11 April 2009, jam 21.30 16 Wawancara pribadi dengan informan BW, Tangerang tanggal 06 April 2009 17 Wawancara pribadi dengan informan DD, Tangerang tanggal 11 April 2009 Kalau bagi sebagian pengguna narkoba atau peminum minuman keras seperti EK dan BW pernikahan tidak langsung membuat mereka jera, secara total langsung menghentikan kebiasan buruknya, yang suka nodong, malak dan mencuri yang ia lakukan sebelum menikah dulu. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi pada informan NF. Setelah menikah, ia benar-benar taubat, bisa berhenti secara total dan berjanji tuk tidak lagi memakainya, karena takut azab Tuhan dan kasihan sama istri, itulah sekelumit potret suami tauladan yang terpatri pada informan NF nama samaran, menuturkan tentang perubahannya setelah menikah: “Saya sudah tidak minum-minuman keras lagi setelah menikah, melacur juga dah gak berani sekarang, takut kena azab Allah, selain itu saya juga kasihan sama istri saya, dia dah banyak membantu saya keluar dari masa lalu saya yang tidak baik itu, karena dibatasi oleh istri saya, dan saya menghormatinya, karena pernikahan bagi saya itu nambah saya terikat sama istri dan nambah saya dewasa.” 18 Selain itu informan PH nama samaran juga mengungkapkan apa yang yang teradi kepadanya setelah ia menikah: ia mengatkan kalau setelah menikah sudah tidak lagi memakai narkoba atau minum-minuman keras, dan baginya pernikahan itu adalah ikrar suci yang harus dijunjung tinggi-tinggi dan sebagai pasangan suami-istri harus saling menghormatinya, itulah mengapa saya setelah menikah langsung berhenti, dan saya langsung berjanji sama isteri saya untuk berubah. Alhamdulillah ternyata saya bisa meninggalkan kebiasaan buruk saya dulu. Hal ini tergambar dalam ucapannya: 18 Wawancara pribadi dengan informan NF, Tangerang tanggal 11 Januari 2009 “Gak.. saya bena-benar taubat setelah menikah gak mau mabok lagi, saya dah berjanji sama istri saya.” 19 Dan apa yang diungkapkan oleh informan PH, di atas tentunya tidak mungkin langsung searah dengan apa yang dialamai oleh informan lainnya. Makanya hal ini berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh PT dan ZM, yang masih suka minum-minuman keras walaupun telah menikah. Dan hal ini membuktikan kalau seseorang yang sudah kecanduan narkoba atau minuman keras sangat sulit untuk melepaskannya, walaupun PT dan ZM mengakui kalau perilaku menyimpang mereka seperti mencuri, nodong atau malak dijalanan, sudah ia hentikan setelah menikah, namun untuk menghentikan meminum menurutnya sangat sulit waktu di awal-awal pernikahannya. Seperti yang ia katakan kepada saya “Kalau di awal-awal pernikahan masih minum walaupun sedikit, lama-kelamaan gak lagi”. 20

2. Aspek keagamaan