atau istri-istrinya; 2 adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka; 3 jaminan berlaku adil terhadap istri-
istrinya dan anak-anaknya apabila ia sudah menikah.
8
Di samping itu, tidak semua wanita Islam dapat menerima poligami. Tidak sedikit dari mereka yang merasa keberatan dengan ajaran itu. Maka oleh
karenanya para ulama dan fuqaha muslim serta dibantu oleh pemerintah telah berusaha menagantisipasi problem yang akan timbul dari pernikahan poligami
yang tidak sesuai dengan aturan, maka mereka memberikan persyaratan yang ketat untuk meminimalisir angka poligami dengan menetapkan persyaratan
berikut bila seseorang ingin menikah lebih dari seorang istri yakni: 1 dia harus memiliki kemampuan dan kekayaan cukup untuk membiayai berbagai kebutuhan
dengan bertambahnya istri yang dinikahinya itu; 2 dia harus memperlakukan semua istri-istrinya itu dengan adil. Setiap istri diperlakukan secara sama dalam
memenuhi hak perkawinan mereka serta hak-hak lainnya.
9
Apabila perkawinan lebih dari satu orang tidak dilakasanakan sebagaimana ketentuan tersebut, maka pelakunya dapat dikenakan sanksi
sebagaimana disebut dalam pasal 44 dan 45 Peraturan pemerintah Nomor 9
8
Lihat pasal 5 Ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
9
Abdur Rahman I Doi. Perkawinan Dalam Syariat Islam . Jakarta: Rineka Cipta, 1992, h.45.
Tahun 1975 ini.
10
Untuk membedakan persyaratan yang ada di pasal 4 dan 5 adalah, pada pasal 4 disebutkan dengan persyaratan alternatif yang artinya salah
satu harus ada untuk dapat mengajukan permohonan poligami. Sedangkan pasal 5 adalah persayaratn kumulatif dimana seluruhnya harus dapat dipenuhi suami yang
akan melakukan poligami.
11
Beranjak dari legalitas persyaratan hukum tertulis pada pasal 4 ayat 2 adalah bentuk aktualisasi hukum, dan juga sebgai asas untuk meminimalisir
terjadinya poligami yang tidak disertai dengan alasan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Maka mudahnya mendapatkan izin poligami
dalam praktiknya di pengadilan agama menimbulkan persepsi inkonsistensi pengadilan agama dalam memberikan izin poligami karena Realitas kongkritnya
mengizinkan permohonan berpoligami meskipun tidak sesuai dengan ketentuan alasan dan syarat perundang-undangan.
Berangkat dari latar belakang permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat sebuah judul
” IZIN POLIGAMI DENGAN ALASAN HAK LEGALITAS ANAK BERUPA AKTE KELAHIRAN STUDI KASUS
TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMU NOMOR: 717 Pdt. G2012 PAJT”
10
Lihat pasal 44 dan 45 PP No. 9 Tahun 1975 tentang aturan pelaksana UU No. 1 Tahun 1974.
11
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.164.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dari uraian di atas banyak sekali permasalahan yang muncul, untuk menghindari pembahasan yang sangat luas itu maka penulis menguraikan
dasar-dasar hukum dan pertimbangan-pertimbangan yang digunakan hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur mengabulkan permohonan Izin Poligami
dengan Nomor : 717 Pdt.G2012 PAJT.
2. Perumusan Masalah
Menurut Peraturan perundang-undangan tidak terdapat alasan poligami dengan alasan untuk mendapatkan legalitas anak berupa keterangan
poligami guna mengurus akte kelahiran anak. Akan tetapi pada realitas konkritnya di lapangan terdapat Putusan Pengadilan Agama, Legalitas Anak
menjadi alasan poligami. Rumusan tersebut dirinci dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana aturan pemberian izin poligami menurut prespektif Undang-
undang No. 1 Tahun 1974 dan hukum Islam di Indonesia? b.
Hal-hal apa saja yang menjadi dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam memberikan izin poligami pada perkara Nomor: 717 Pdt.G2012
PAJT ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Adapun Tujuan Penelitian ini adalah:
a. Memberikan wawasan yang utuh terkait pengaturan poligami dalam perundang-undangan di Indonesia dan hukum Islam.
b. Mengetahui hal-hal yang menjadi dasar hukum dan pertimbangan yang dipergunakan hakim dalam mengabulkan permohonan izin poligami
Nomor: 717Pdt.G2012 PAJT.
2. Sedangakan Manfaat dari Penelitian ini adalah:
a. Secara akademik academic interests, menambah ilmu pengetahuan di
bidang hukum perdata Islam serta mengembangkan wawasan ilmu di bidang hukum keluarga, khususnya dalam bidang perkawinan dan
mengetahui dasar hukum dan pertimbangan hakim dan memutuskan perkara pemberian izin poligami.
b. Secara praktis, agar masyarakat mengetahui gambaran pengaturan
poligami dalam hukum Islam dan perundang-udangan di Indonesia. Serta memperoleh hak atas informasi keilmuan secara memadai.
D. Kajian Terdahulu
Untuk mengetahui lebih jelas tentang penelitian ini, ada baiknya mengetahui penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini baik secara
teori maupun kontribusi keilmuan. Sudah cukup banyak studi yang dilakukan seputar hukum perkawinan poligami baik ditinjau menurut prespektif hukum
Islam maupun perundang-undangan.Namun, sepanjang yang penulis ketahui belum ada seorang pun menulis tentang izin poligami di Pengadilan Agama
Jakarta Timur pada perkara Nomor: 717 Pdt.G2012 PAJT Berdasarkan hasil penulusuran kepustakaan, ada beberapa karya ilmiah
yang secara sepesifik serumpun dengan judul yang diangkat oleh penulis. Biarpun objek kajiannya sama, namun masih terdapat perbedaan yang mendasar.
Misalnya: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Izin Poligami Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Wates Tahun 2008. Yang disusun oleh Rahman
Bahari.Skripsi ini membahas apakah pengaturan izin poligami hanya sebatas aturan normatif saja, karena data yang didapati di lapangan dalam relaitas
masyarakat, umumnya poligami dilakukan bukan karena alasan yang sesuai dengan undang-undang melainkan karena alasan syahwat.
Sementara skripsinya Ristyaningrum lebih fokus pada penekanan aspek teknis prosedur permohonan izin poligami dan alasan mengajukan poligami
disebabkan istri kurang dapat melayani suaminya. Dengan judul skripsi yang dia angkat Izin Poligami Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Agama Jakarta
Pusat Tahun 2009. Lain halnya dengan Ahmad Faozi skrisi ini lebih membahas pada
perbandingan poligami menurut Fiqh dan KHI serta mekanisme dan alasan mengajukan poligami disebabkan kurang sanggup lagi melayani kebutuhan sexuil
suami, dia juga membandingkan putusan-putusan hakim pengadilan agama mengaenai poligami.Izin Poligami Kasus Putusan Pengadilan Agama Cianjur
Tahun 2009. Berbeda dengan Dani Tirtana yang mengangakat judul skripsinya Analisis
Yuridis Izin Poligami dalam Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2008. Skripsi ini lebih fokus menganalisis putusan hakim dari aspek hukum
Islam dan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Alasan suami untuk berpoligami karena menjalankan syariat agama. Karena tidak mau terjebak pada
perbuatan zina. Dari beberapa kajian terdahulu, seluruhnya mengambil dari kajian
mengenai poligami dan mayoritas alasan yang diajukan pemohon untuk mengajukan permohonan poligami disebabkan aspek ketidapuasan suami dengan
berbagai alasan seperti yang dikemukakan diatas . Sepengetahuan penulis hingga saat ini belum ada penelitian lain yang menjadikan judul penelitian
” IZIN POLIGAMI DENGAN ALASAN HAK LEGALITAS ANAK BERUPA AKTE
KELAHIRAN STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMU NOMOR: 717 Pdt. G2012 PAJT”
E. Metode Peneltian
1. Jenis dan Pendekatan
Jenis penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif, yaitu dalam pnelitian ini pada umumnya menganalisis fakta-fakta atau kejadian-kejadian