Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur dalam Perkara Permohonan Izin

menolak suatu perkara dengan alasan ketiadaan hukum atau hukumnya tidak jelas mengaturnya, apabila hakim dihadapkan pada situasi ketiadaan hukum atau hukum yang tidak jelas, sedangkan perkara harus diselesaikan, hakim wajib mencari kaidah-kaidah hukum yang hidup dalam masyarakat atau hakim dapat berpedoman pada putusan hakim yang terdahulu yurisprudensi Mahmakah Agung, memperhatikan kewajiban hakim yang demikian itu, menunjukan bahwa hakim bukanlah corong undang-undang melainkan berperan menemukan hukum rechtsvinding atau membentuk hukum rechtsvorming. Poligami dibenarkan agama dengan syarat-syarat tertentu. Ia bagaikan pintu darurat di pesawat. Tidak boleh dibuka kecuali atas izin pilot dalam situasi yang sangat gawat. Yang duduk di kursi pintu darurat haruslah memenuhi syarat pula, yakni yang mampu dan mengetahui cara-cara membukanya. 2 Untuk menelaah lebih lanjut kasus poligami yang telah diputuskan oleh hakim di Pengadilan Agama Jakarta Timur, maka penulis akan menjelaskan beberapa konstruksi hukum yang digunakan di dalam persidangan dari mulai syarat-syarat diperbolehkannya poligami, alat-alat bukti yang dipergunakan di persidangan, dan alasan-alasan yang diajukan di depan hakim untuk mendapatkan pertimbangan yang berujung pada pengambilan keputusan dari dewan hakim persidangan. Di antaranya sebagai berikut: 2 M. Quraish Shihab, Menjawab 101 Soal Perempuan Yang Patut Untuk Anda Ketahui, Jakarta: Lentera Hati, 2010, h.76. 1. Mengenai syarat yang harus dipenuhi pemohon untuk mengajukan poligami adalah dengan dibacakan surat permoohonan yang isinya tetap dipertahankan oleh pemohon dan atas permohonan tersebut di atas termohon telah mengajukan jawaban yang pada pokoknya membenarkan dalil pemohon dan selanjutnya termohon menyatakan tidak keberatan pemohon menikah lagi dengan Yayah Awaliyah binti Suma. Dan telah membuat surat pernyataan berlaku adil serta membuat pernyataan akan berbuat dan bertindak adil serta bertanggung jawab terhadap istri sesuai syariat islam. Jikalau kita melihat Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 5 Ayat 1 dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 58 Ayat 1 maka permohonan yang dilakukan pemohon sudah memenuhi syarat diperbolehkannya melakukan poligami. 2. Mengenai alat-alat bukti yang diajukan pemohon, tidak hanya dilakukan secara oral lisan tetapi juga secara tertulis dan disampaikan di persidangan dengan mengajukan beberapa bukti tertulis dari mulai pertama, bukti P1 bahwa pemohon dan termohon adalah suami istri sampai sekarang dan belum pernah bercerai. Kedua, baik permohon dan termohon dengan Yayah Awaliyah binti Suma tidak ada hubungan nasab atau sepersusuan sehingga secara yuridis tidak ada halangan untuk melangsungkan perkawinan dengan pemohon. Ketiga, termohon tidak keberatan pemohon kawin lagi dengan calon istrinya tersebut sesuai dengan bukti P5. Keempat, surat pernyataan