LandasanYuridis Putusan Izin Poligami Nomor: 717 Pdt.G2012 PAJT.

Menimbang, bahwa termohon juga menyatakan kerelaannya apabila pemohon menikah lagi dengan Yayah Awaliyah binti Suma sebagaimana dalam surat pernyataan tidak keberatan untuk dimadu yang dibuatnya tanggal 13 Maret 2012 P4. Dengan demikian pemohon telah memenuhi syarat utama sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 58 ayat 1 KHI. Menimbang, bahwa apabila dalil-dalil permohonan pemohon dihubungkan dengan pengakuan termohon, keterangan calon istri dan bukti-bukti yang ada maka Majlis Hakim menemukan fakta-fakta sebagai berikut: 1. Bahwa pemohon dan termohon adalah suami istri yang sah selama berumah tangga telah dikarunia lima orang anak. 2. Bahwa pemohon akan menikah lagi dengan Yayah Awaliyah binti Suma. 3. Bahwa pemohon dan termohon tidak ada hubungan keluarga darah dengan calon istri pemohon. 4. Bahwa pemohon telah rela untuk dimadu. 5. Bahwa pemohon telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk berpoligami. Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka menurut majlis permohonan pemohon untuk beristri lagi telah mempunyai alasan dan telah sesuai dengan maksud ketentuan pasal 4 ayat …Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Jo pasal 57 KHI dan firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 3 artinya: “dan kamu boleh kawin dengan wanita yang hala bagi kamu, dua, tiga atau e mpat”. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka permohonan pemohon untuk menikah lagi dengan perempuan bernama Yayah Awaliyah binti Suma dapat dikabulkan. Menimbang bahwa perkara a quo masih dalam bidang perkawinan maka sesuai dengan ketentuan pasal 89 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang diamandemen dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 diubah kedua dengan Undang-undang No. 50 Tahun 2009 biaya perkara dibebankan kepada pemohon. Mengingat segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dalil-dali tersebut diatas.

C. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur dalam Perkara Permohonan Izin

Poligami Penetapan pengadilan dalam perkara perdata khususnya pada perkara permohonan izin poligami umumnya mengandung amar penetapan tunggal, yaitu pnetapan berupa pengabulan atau penolakan permohonan pemohon untuk melakukan perbuatan hukum. Selanjutnya terhadap putusan poligami di atas dengan Nomor: 717 Pdt. G2012 PAJT. Mutlak dikabulkan melalui pertimbangan-pertimbagan yang panjang, karena semua prosedur yang harus dijalankan pemohon sudah terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penetapan majlis hakim dalam putusan yang berbunyi: 1. Mengabulkan permohonan pemohon; 2. Memberi izin kepada pemohon Udjang Rosyid bin R Huzney Djoyonegoro untuk menikah lagi Poligami dengan seorang perempuan bernama Yayah Awaliyah binti Suma; 3. Membebankan kepada pemohon untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 516.000,- Lima ratus enam belas ribu rupiah. Demikianlah putusan ni dijatuhkan dalam musyawarah Majlis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur pada hari selasa tanggal 8 Mei 2012 Masehi, bertepatan dengan tanggal 16 Jumadil Akhir 1433 Hijriyah, oleh Hj. Yustimar B, SH, selaku Hakim Ketua dan H. Abdillah, SH., MH, serta Hj Shafwah, SH., MH. Selaku Hakim Anggota dan pada hari itu juga diucapkan dalam sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum dengan diabantu oleh Zulhemi, BA selaku panitera pengganti dengan dihadiri oleh pemohon dan termohon.

D. Analisis Penulis Dalam Menganalisa Kasus Poligami Terhadap Putusan

Majlis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Ahkam al-usrat atau family law adalah istilah lain yang sering juga digunakan adalah al-ahwal al-syakhshiyyah dan personal law, yang mana ini semua bisa kita sebut sebagai hukum keluarga yang mengatur hak dan kewajiban anggota keluarga, atas dasar keturunan nasab dan perkawinan. tapi hukum keluarga ahkam al-usrat yang dimaksud dalam penulisan ini adalah masalah poligami sebagaimana diatur dalam aturan perundang-undang yang berlaku di Indonesia. Peradilan sebagai tenda keadilan bagi para pencari kebenaran dan keadilan, bahkan harus mampu memerankan diri untuk memfungsikan putusan hakim sebagai sarana transformasi keadilan social a tool of social justice transformation. 1 Sebagai kaidah hukum, ia mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, ataupun prosedur apa yang harus dilalui, dimana sanksi-sanksi yang dijatuhkan masyarakat bagi individu yang tidak bisa menyesuaikan diri adalah tegas. Penciptaan hukum tersebut sejalan dengan keinginan alami manusia untuk mendapatkan atau memperoleh keadilan dalam kehidupan bersama sebagai anggota masyarakat, sehingga tercipta keteraturan dan ketertiban dalam suatu tatanan sosial social order. Kelembagaan peradilan ini merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, sehingga pengadilan wajib memeriksa dan memutus perkara, pengadilan tidak boleh 1 kata sambutan M Busyro Muqaddas, SH, M.Hum dalam bukunya Wajah Hakim Dalam Putusan: Studi Atas Putusan Hakim Berdimensi Hak Asasi Manusia yang ditulis oleh Amzulian Rifa’i, Suparman Marzuki, dan Andry Sujtamoko. Yang diterbitkan oleh pusat studi hak asasi manusia universitas Islam Indonesia. menolak suatu perkara dengan alasan ketiadaan hukum atau hukumnya tidak jelas mengaturnya, apabila hakim dihadapkan pada situasi ketiadaan hukum atau hukum yang tidak jelas, sedangkan perkara harus diselesaikan, hakim wajib mencari kaidah-kaidah hukum yang hidup dalam masyarakat atau hakim dapat berpedoman pada putusan hakim yang terdahulu yurisprudensi Mahmakah Agung, memperhatikan kewajiban hakim yang demikian itu, menunjukan bahwa hakim bukanlah corong undang-undang melainkan berperan menemukan hukum rechtsvinding atau membentuk hukum rechtsvorming. Poligami dibenarkan agama dengan syarat-syarat tertentu. Ia bagaikan pintu darurat di pesawat. Tidak boleh dibuka kecuali atas izin pilot dalam situasi yang sangat gawat. Yang duduk di kursi pintu darurat haruslah memenuhi syarat pula, yakni yang mampu dan mengetahui cara-cara membukanya. 2 Untuk menelaah lebih lanjut kasus poligami yang telah diputuskan oleh hakim di Pengadilan Agama Jakarta Timur, maka penulis akan menjelaskan beberapa konstruksi hukum yang digunakan di dalam persidangan dari mulai syarat-syarat diperbolehkannya poligami, alat-alat bukti yang dipergunakan di persidangan, dan alasan-alasan yang diajukan di depan hakim untuk mendapatkan pertimbangan yang berujung pada pengambilan keputusan dari dewan hakim persidangan. Di antaranya sebagai berikut: 2 M. Quraish Shihab, Menjawab 101 Soal Perempuan Yang Patut Untuk Anda Ketahui, Jakarta: Lentera Hati, 2010, h.76.