Bentuk-bentuk Kejahatan Perang dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-

dibuat. Pakta perdamaian harus dipegang teguh sejauh pihak musuh masih menghormati isi perjanjian damai tersebut. 7

B. Bentuk-Bentuk Kejahatan Perang

1. Bentuk-bentuk Kejahatan Perang dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-

Bangsa Suatu tindakan dapat dikategorikan sebagai tindakan ilegal atau dilarang berdasarkan aturan-aturan hukum humaniter yang dilanggar atau berdasarkan konsekuensinya bagi si pelaku. Beberapa tindakan tersebut melibatkan cara atau metode peperangan yang dilarang menurut “hukum Den Haag,” yaitu, hukum yang berasal dari Konvensi-Konvensi Den Haag tahun 1899 dan 1907. Tindakan lainnya adalah tindakan yang menyakiti orang-orang yang dilindungi—yang sakit dan terluka, korban kapal karam atau rakyat sipil menurut “hukum jenewa”, yaitu hukum yang berasal dari Konvensi-Konvensi Jenewa. Berikut bentuk-bentuk kejahatan perang: a Kejahatan perang pada jiwa dan raga, seperti pembunuhan; perlakuan kejam dan penganiayaan kepada tawanan perang termasuk eksperimen medis; perkosaan; tindakan sengaja yang menyebabkan penderitaan berat atau luka serius pada tubuh atau kesehatan; dan mutilasi. 7 L. Amin Widodo, Fiqih Siyasah dalam Hubungan Internasional, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 1994, h. 69. b Kejahatan perang pada harta dan benda, seperti membakar hasil panen; perampasan barang-barang publik atau harta milik pribadi; perusakan pada kota-kota tanpa ada alasan; penghancuran tanpa kepentingan militer; serangan atau pembombardiran terhadap kota yang tidak dipertahankan, pemukiman, atau bangunan-bangunan; tindakan perusakan sengaja dilakukan terhadap lembaga-lembaga kebudayaan tertentu. c Kejahatan perang pada kehormatan dan keadilan, seperti deportasi penduduk sipil dalam wilayah yang telah diduduki; memaksa tahanan perang atau penduduk sipil untuk masuk angkatan bersenjata dari penguasa musuh; dengan sengaja menghilangkan hak tawanan perang atau warga sipil yang dilindungi untuk mendapat pengadilan regular yang adil; dan eksekusi tanpa pengadilan. d Kejahatan perang pada aturan dalam peperangan, seperti berlaku curang dalam penggunaan lambang Palang Merah Internasional; penggunaan senjata beracun atau senjata lain yang terhitung menyebabkan penderitaan yang tidak seharusnya. Akhirnya, pembentukan badan hukum kejahatan terhadap pelanggaran tertentu dalam hukum perang tidak berarti pelaku kejahatan perang sebenarnya kan dituntut. Ini tetap menjadi persoalan bagi negara-negara dan PBB serta organisasi internasional lainnya. Konvensi Jenewa mewajibkan semua pihak untuk mencari dan atau mengekstradisi atau mengadili seluruh tersangka pelaku pelanggaran berat dan hukum internasional memberikan hak sah kepada negara-negara untuk menuntut pelaku-pelaku kejahatan perang berdasarkan teori yuridiksi internasional. Sementara beberapa negara beberapa kali menuntut pelaku kejahatan perang, contohnya Pengadilan Amerika Serikat terhadap penyerang My Lai, dengan pola yang lebih tidak begitu umum, meski ada kewajiban dari Konvensi Jenewa, biasanya sekedar hukuman administratif belaka atau pengampunan. Pengadilan ad hoc untuk Yugoslavia dan Rwanda memiliki yuridiksi terhadap kedua pelanggaran berat atas Konvensi Jenewa dan kejahatan lain yang dilakukan dalam konflik tersebut dan ICC akan mempunyai yuridiksi terhadap hampir semua kejahatan perang. 8

2. Bentuk-bentuk Kejahatan Perang dalam Hukum Islam