Peralatan Equipment Utilitas Penjadwalan Mesin Dengan Metode CDS (Campbell, Dudek & Smith) Dan Metode Palmer Pada Bagian Casting Shop Di PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum)

2.9.2. Peralatan Equipment

Peralatan yang digunakan untuk menunjang aktivitas produksi adalah :

1. Crane

1. Overhead Crane 203 ton Spesifikasi dari overhead crane adalah sebagai berikut : a Jumlah : 1 unit b Tipe : overhead crane gerakan horizontal c Daya angkut : 203 ton d Beban standar : beban normal : 20 ton; tambahan : 3 ton e Lebar rentangan : 18,5 m f Tinggi pengangkatan : normal 9 m ; tambahan 9 m. g Kecepatan pengangkatan : normal 8 m menit, tambahan 12 m menit h Gerak melintang dan memanjang : 40 mmenit. 2. Hoist Crane 10 ton Spesifikasi dari hoist crane adalah sebagai berikut : a Jumlah : 3 unit b Tipe : hoist crane dengan gerakan vertikal c Daya angkat : 10 ton d Beban Standar : 10 ton e Tinggi pengangkatan : 12 m f Kecepatan Pengangkatan : 4,3 m menit g Kecepatan arah memanjang : 15 m menit Universitas Sumatera Utara Gambar overhead crane 203 ton dapat dilihat pada Gambar 2.15, dan Gambar hoist crane 10 ton dapat dilihat pada Gambar 2.16. Gambar 2.15. Overhead crane 203 ton Gambar 2.16. Hoist crane 10 ton Universitas Sumatera Utara 3. Overhead Crane 1 ton Spesifikasi dari overhead crane 1 ton adalah sebagai berikut : a Jumlah : 1 unit b Tipe : overhead crane horizontal dan vertikal c Daya angkat : 1 ton d Beban standar : 1 ton e Kecepatan angkat : 10 m menit f Kecepatan arah memanjang : 35 mmenit g Kecepatan gerakan melintang : 21mmenit h Lebar rentangan : 9 m

2. Alat Penimbangan

1. Timbangan 40 ton Spesifikasi dari alat penimbang 40 ton ini adalah : a Jumlah : 2 unit b Tipe : timbangan truk AD 4347 c Kapasitas : 40 ton d Range timbangan : 0 – 40.000 kg ± 10 kg e Ukuran platform : 3 m x 7,5 m f Obyek timbangan : MTC Metal Transportation Car 2. Timbangan Platform 2 ton Spesifikasi dari timbangan platform 2 ton ini adalah : a Jumlah : 5 unit b Tipe : timbangan platform tahan panas AD 4322 Universitas Sumatera Utara c Kapasitas penimbangan : 2 ton d Range timbangan : 0 – 2.000 kg ± 1 kg e Ukuran Panggung : 1,2 m x 1,2 m

2.9.3. Utilitas

1. Ruang Pendinginan Dross Dross Cooling Room a Luas ruangan : 360 m 2 b Luas kamar pendingin : 5 m x 8 mkamar x 3 kamar = 120 m 2 c Luas jalan : 4 m x 30 m = 120 m 2 d Struktur bangunan : Rangka baja dan dinding asbes 2. Peralatan Penyedia Minyak Berat a Tangki penyimpanan minyak berat, berjumlah satu unit terbuat dari baja dengan atap dan tipe tangki yang berada diatas tanah. b Pompa pengisian minyak berat, 2 buah 1 persediaan, tipe pompa motor kopel langsung, kapasitas 0,3 m 3 jam, tekanan 5 kgcm 2 . 3. Peralatan Persediaan LPG Peralatan ini digunakan untuk mengirim LPG yang akan digunakan pada alat pembakar pada burner untuk dapur pelebur, dan juga digunakan untuk memanaskan saluran tuang serta cetakan ingot 50 lb pada mesin pencetak. Peralatan ini terdiri dari tabung-tabung LPG, alat pengatur tekanan, jaringan pipa dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 4. Jaringan Pipa-Pipa Air Industri a Tekanan pengaliran : 3 kgcm 2 b Volume pengaliran : 38,5 m 3 jam c Volume air yang disirkulasikan : total keseluruhan pompa 495,8m 3 jam 5. Peralatan Menara Pendingin Cooling tower a Menara Pendingin Cooling tower Jumlah : 1 unit Tipe : aliran silang dengan ventilasi Kapasitas : max 500 m 3 jam x 1 ruang Temperatur air : temperatur masuk 45 o C temperatur keluar 28 o C Rangka : rangka bangunan kayu b Kipas menara pendingin : 1 unit, kapasitas 10360 m 3 jam. c Pompa air panas P 1 untuk memompakan air panas dari casting machine ke cooling tower : 2 unit , dengan tipe motorkopel langsung, kapasitas 500 m 3 jam, tekanan pengaliran 1,5 kgcm 2 . d Pompa air pendingin P 2 untuk memompakan air dingin dari kolam pendingin ke casting machine : 3 unit, dengan tipe motorkopel langsung, kapasitas langsung 250 m 3 jam tekanan pengaliran 2,5 kgcm 2 e Pompa air pendingin P 3 untuk memompakan air pendingin ke silinder hidrolik di bawah dapur : 2 unit 1 stand by, tipe motorkopel langsung dengan kapasitas 20 m 3 jam, tekanan pengaliran 2,5 kgcm 2 . f Kolam air panas : terbuat dari semen beton dengan ukuran 6m x 5m x 4,5m g Kolam air dingin : terbuat dari semen beton dengan ukuran 9,6m x 6m x 2,2m. Universitas Sumatera Utara

2.10. Safety Fire Protection

Beberapa jenis safety protector atau pelindung keselamatan kerja yang digunakan PT. Indonesia Asahan Aluminium INALUM, adalah : 1. Helm Sebagai pengaman kepala dari benturan dan benda-benda yang jatuh dari atas. 2. Sarung Tangan Sebagai pelindung jari atau tangan dari bahan yang panas, bahan kimia yang beracun dan berbahaya, atau ketika melakukan pekerjaan yang memotong. 3. Kacamata Sebagai pelindung mata dari debu, sinar ultraviolet dan radiasi. 4. Masker Sebagai pelindung paru-paru dan saluran pernafasan dari debu dan gas beracun. 5. Kaca Pelindung Muka Sebagai pelindung muka dari logam yang panas, dan api atau sinar pada saat mengelas dan proses pengisian aluminium cair ke dalam dapur Charging. 6. Tutup Telinga Sebagai pelindung telinga dari kebisingan di pabrik. 7. Apron Sebagai pelindung tubuh, yaitu bagian dada hingga lutut, dari percikan- percikan api dari cairan logam panas. Universitas Sumatera Utara 8. Sabuk Pengaman Sebagai pelindung diri yang digunakan pada tempat yang tinggi, untuk mencegah jatuh. 9. Sabuk Pengaman Perut Sebagai pelindung perut dari guncangan atau tekanan pada saat mengendarai kendaraan-kendaraan khusus seperti forklift dan Metal Transportation Car. 10. Sepatu Pengaman Sebagai pelindung kaki dan sebagai anti kontak terhadap sengatan listrik. 11. Sepatu Boot Sebagai pelindung kaki yang digunakan pada area yang banjir dan kotor. 12. Pakaian Karet. Sebagai pelindung diri ketika berada di kolam yang mengandung zat kimia. 13. Baju Bengkel Baju yang dipakai orang yang bekerja di bengkel berbahan blue jeans. 14. Baju Hujan Baju hujan yang terbuat dari plastik dan parasut yang digunakan untuk melindungi badan dari hujan. 15. Jaket Komputer Jaket berbahan tetron yang digunakan untuk melindungi tubuh dari sinar radiasi komputer. Universitas Sumatera Utara

2.11. Waste Treatment

1. Proses Pengolahan Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan operasional pabrik dikumpulkan pada tempat penyimpanan sementara, dan tempat penyimpanan ini ditutup dengan baik. Limbah padat ini pada umumnya ditanam di tempat yang sudah ditentukan. 2. Proses Pengolahan Limbah Cair Limbah cair diolah dengan cara pengolahan atau pemurnian air industri pada Water Purifying Facilities. Setelah diolah dan dimurnikan air ini kemudian digunakan kembali baik untuk keperluan industri, maupun keperluan konsumsi. 3. Proses Pengolahan Limbah Gas Proses pengolahan limbah gas ialah dengan proses dry scrubbing system sistem pembersih gas kering, dimana alumina sebagai adsorbent direaksikan dengan gas buang HF di dalam sebuah reaktor. Gas yang dilepas dari tungku reduksi termasuk flourida dan debu dihisap ke dalam sistem pembersih gas kering dengan ventilator penghisap melalui pipa gas. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Penentuan Waktu Standar

1 Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu standar penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Sistem kerja yang terbaik adalah sistem kerja yang memiliki efisiensi dan produktifitas setinggi-tingginya. Cara-cara pengukuran untuk mendapatkan sistem kerja terbaik ini dilakukan dengan suatu teknik yang disebut pengukuran kerja. Bagian ini berisi pengukuran waktu, tenaga dan akibat-akibat sosiologis dan psikologis. Tetapi mengingat keterbatasan waktu tenaga dan biaya, maka dalam penyusunan laporan karya akhir ini pembahasan tentang pengukuran kerja dan sistem kerja ini tidak dilakukan. Sehingga waktu kerja yang diperoleh adalah waktu kerja yang dihasilkan oleh sistem kerja yang ada saat ini. Penentuan waktu standar dilakukan secara sistematis seperti yang akan diuraikan berikut ini dan skemanya dapat dilihat pada Gambar 3.1. 1 Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu; Hal 127-189 Universitas Sumatera Utara Pengukuran pendahuluan Waktu rata-rata Waktu normal Waktu standar Jumlah pengamatan N’ Peta kontrol Rating factor Allowance Gambar 3.1. Langkah-Langkah Penentuan Waktu Standar 1. Pengamatan Pendahuluan Tujuan pengamatan pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran yang harus dilakukan pada tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan yang diinginkan. Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam pengamatan pendahuluan : a. Memilih Memilih pekerja, jenis pekerjaan atau mesin yang akan diteliti. Seperti pada metode penelitian lain, langkah pertama pada pengamatan pendahuluan penelitian waktu adalah memilih pekerjaan yang akan diteliti. Ada beberapa alasan mengapa pekerjaan tertentu harus dipilih, yaitu : - Pekerjaan bersangkutan baru dan belum pernah diselenggarakan sebelumnya. Universitas Sumatera Utara - Telah diadakan perubahan bahan atau metode pelaksanaan lalu diperlukan waktu standard yang baru. b. Mencatat Mencatat semua keterangan yang berhubungan dengan keadaan lingkungan tempat pekerjaan, metode serta unsur kegiatan di dalamnya, juga elemen-elemen kerja yang akan diamati, jumlah operator dan jumlah mesin yang akan diamati. c. Memeriksa Memeriksa dengan seksama keterangan yang dicatat itu serta perinciannya untuk menjamin bahwa metode serta gerak yang paling efektif digunakan dan unsur yang tidak produktif serta asing dipisahkan dari unsur produktif. d. Mengukur Mengukur jumlah pekerja yang terlibat dalam masing-masing unsur dalam bilangan waktu dengan menggunakan teknik pengukuran kerja yang cocok. e. Menentukan Waktu Siklus Mengukur dan menentukan waktu siklus dari suatu elemen kerja yang akan diamati. f. Menyusun Menyusun standard operasi yang termasuk juga kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah, keperluan pribadi, hal-hal tak terduga dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara g. Merumuskan Merumuskan secara tepat rangkaian kegiatan dan metode operasi yang waktunya telah ditetapkan itu dan umumnya waktu itu sebagai standard untuk kegiatan yang metode kerjanya telah diperincikan. h. Pemberitahuan dan Pendekatan Terhadap Pekerja Kebanyakan pekerja akan menjadi gugup dan banyak melakukan kesalahan dalam bekerja apabila diamati, oleh karena itu sebaiknya peneliti memberitahukan terlebih dahulu kepada para pekerja bahwa mereka akan diamati dan melakukan pendekatan agar para pekerja tidak gugup dalam melaksanakan pekerjaan sehingga hasilnya dapat mempengaruhi data Tempat berdiri dari peneliti dalam berhubungan dengan pekerja adalah penting. Peneliti harus menempatkan diri sedemikian rupa sehingga dapat melihat segala sesuatu yang dilakukan pekerja khususnya gerak tangan, tanpa menghambat atau mengalihkan perhatian pekerja. Tempat pengamatan tenaga peneliti tergantung pada jenis pekerjaan yang diteliti, tetapi tempat umumnya dianjurkan ialah disebelah pekerja, atau kira-kira sejauh 2 meter dari pekerja. i. Melatih Pekerja Apabila waktu memungkinkan maka sebaiknya pekerja yang diamati harus dilatih terlebih dahulu, sehingga pada saat diamati pekerja dalam keadaan normal atau steady state, sehingga tidak mempengaruhi data waktu yang diukur. Universitas Sumatera Utara j. Mempersiapkan Peralatan Langkah terakhir pengamatan pendahuluan sebelum peneliti melakukan pengukuran waktu adalah mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam melakukan pengukuran waktu, seperti stopwatch, jam tangan, pensil, papan sebagai alas tulis, dan form-form atau tabel-tabel yang digunakan untuk menuliskan data waktu yang diukur. Semua langkah yang diutarakan diatas hanya perlu dilakukan bila standard waktu telah diumumkan. Apabila pengukuran kerja hanya digunakan sebagai alat untuk menyelidiki waktu tidak efektif sebelum dan selama penelitian untuk mengadakan pemilihan metode, maka hanya empat langkah pertama yang diperlukan. Langkah serta teknik yang diperlukan dalam hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.2. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2. Prosedur Pengamatan Pendahuluan 1. Penetapan Jumlah Pengamatan 2 Penetapan jumlah pengamatan yang dibutuhkan dalam aktivitas stop watch time study selama ini dikenal lewat formulasi-formulasi tertentu dengan 2 Ibid; Hal. 186-187 Universitas Sumatera Utara mempertimbangkan tingkat kepercayaan convidence level dan derajat ketelitian degree of accuracyprecision yang diinginkan. Cara penetapan dengan prosedur formulasi tersebut membutuhkan analisis perhitungan kuantitatif yang memerlukan waktu penyelesaian lama. Untuk itu diuraikan satu prosedur yang diintroduksi dan dikembangkan pertama kali oleh The Maytag Company. Untuk membuat estimasi mengenai jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan, maka The Maytag Company telah mencoba memperkenalkan prosedur sebagai berikut : 1. Laksanakan pengamatanpengukuran awal dari elemen kegiatan yang ingin diukur waktunya dengan ketentuan sebagai berikut : a. 10 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus sekitar 2 menit atau lebih. 2. Tentukan nilai range, yaitu perbedaan nilai terbesar H dan nilai terkecil L dari hasil pengamatan yang diperoleh. 3. Tentukan harga rata-rata average atau µ yang merupakan jumlah hasil waktu data pengamatan yang diperoleh dibagi dengan banyaknya pengamatan N yang telah dilaksanakan. Harga N di sini seperti yang telah ditetapkan sebelumnya berkisar antara 1 atau 10 kali pengamatan. Harga rata-rata tersebut secara kasar bisa didekati dengan cara menjumlahkan nilai data yang tertinggi dan data yang terendah dibagi dengan 2, atau H + L2. 4. Tentukan nilai daripada range dibagi dengan harga rata-rata. Nilai tersebut bisa diformulasikan sebagai Rµ. Universitas Sumatera Utara 5. Tentukan jumlah pengamatan yang diperlukan atau seharusnya dilaksanakan dengan menggunakan tabel 3.1 berikut. Cari nilai Rµ yang sesuai dan kemudian dari kolom untuk sample size yang diambil 5 atau 10 akan bisa diketahui berapa jumlah pengamatan N yang diperlukan. Tabel tersebut berlaku untuk kondisi 95 convidence level dan 5 degree of accuracy. 6. Apabila harga Rµ tidak bisa dijumpai persis sama seperti yang tertera dalam tabel yang ada, maka dalam hal ini bisa diambil harga yang paling mendekati. Berdasarkan nilai yang diketemukan, kemudian dilaksanakan evaluasi dan tambahan pengamatan bilamana ternyata hasil yang diperoleh lebih besar dari pengamatan yang telah dilaksanakan. Rumus The Maytag Company, yaitu : 2 L H L H R     Tabel 3.1 Jumlah Pengamatan yang Diperlukan N untuk 95 Convidence Level dan 5 Degree of Accuracy Precision Jumlah pengamatan buah Jumlah pengamatan buah Jumlah pengamatan buah Indeks Pengukuran Rµ 5 10 Indeks Pengukuran Rµ 5 10 Indeks Pengukuran Rµ 5 10 0,10 0,12 0,14 0,16 0,18 0,20 0,22 0,24 0,26 0,28 0,30 0,32 0,34 0,36 0,38 0,40 3 4 6 8 10 12 14 17 20 23 27 30 34 38 43 47 2 2 3 4 6 7 8 10 11 13 15 17 20 22 24 27 0,42 0,44 0,46 0,48 0,50 0,52 0,54 0,56 0,58 0,60 0,62 0,64 0,66 0,68 0,70 0,72 52 57 63 68 74 80 86 93 100 107 114 121 129 137 145 153 30 33 36 39 42 46 49 53 57 61 65 74 74 78 83 88 0,74 0,76 0,78 0,80 0,82 0,84 0,86 0,88 0,90 0,92 0,94 0,96 0,98 1,00 162 171 180 190 199 209 218 229 239 250 261 273 284 296 93 98 103 108 113 119 125 131 138 143 19 156 162 169 Sumber : The Maytag Company Keterangan : R : Range Data terbesar-data terkecil , µ : harga rata-rata average, Rµ: Indeks Pengukuran Universitas Sumatera Utara 2. Uji Kecukupan Data “Dalam hal pengujian kecukupan data pengamatan, diperlukan penentuan tingkat ketelitian dalam penelitian ini ditentukan tingkat ketelitian 5 dan tingkat kepercayaan 95, dengan pengertian bahwa dari 100 jumlah populasi data terdapat 5 galat atau kesalahan pada data dan 95 dari data dianggap representative atau mewakili data yang lainnya ” 3 Langkah pertama adalah cari nilai x , dimana x adalah harga rata-rata sebenarnya dari waktu penyelesaian yang dirumuskan dengan : N x x i   Dengan : i x = harga-harga waktu penyelesaian yang tercatat dalam pengukuran. N = banyaknya pengukuran yang telah dilakukan. x  = standar deviasi distribusi harga rata-rata sampel waktu penyelesaian yang diukur besarnya :   1     n X X i  N` = banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan tersebut. Sehingga :   2 2 2 40 `                i i i x x x N N 3 Ibid; Hal. 273 Universitas Sumatera Utara 3. Uji Keseragaman Data “Untuk mendapatkan informasi apakah proses pengumpulan data hasil pengukuran waktu memenuhi spesifikasi, maka diteliti dengan peta kontrol. Jika diinginkan peluang dalam kontrol sebesar 95, maka batas kontrol atas BKA dan batas kontrol bawah BKB, serta garis tengah GT” 4 adalah : BKA =  3  x GT = N x x i   BKB =  3  x 4. Waktu Rata-Rata 5 Apabila uji keseragaman data telah dipenuhi dan jumlah data yang dibutuhkan pada tingkat ketelitian dan kepercayaan diperoleh, dapat ditentukan waktu rata-rata. Ada dua cara dalam menentukan waktu rata-rata ini, yaitu melalui perhitungan waktu rata-rata average, merupakan rata-rata dari harga masing- masing elemen kegiatan, dan cara yang lain adalah modal method yakni nilai waktu yang paling sering muncul dalam data. Dengan menggunakan perhitungan waktu rata-rata, rumus menentukan waktu rata-rata adalah : X = N x i  Dimana : X = waktu rata-rata = jumlah seluruh data  i x N = jumlah pengamatan 4 Ibid; Hal. 430 4 Ibid; Hal. 200 Universitas Sumatera Utara 5. Rating Factor 6 Dalam kenyataannya apabila seorang pekerja melakukan pekerjaan yang sama dengan metode yang sama, hasil pekerjaan yang mereka peroleh cenderung tidak sama. Hal ini disebabkan perbedaan-perbedaan yang ada pada setiap individu baik kemampuan fisik, pendidikan, kemauan dan bakat untuk suatu jenis pekerjaan tertentu atau faktor lainnya. Selama pengukuran berlangsung, peneliti harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran bisa saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-oleh diburu waktu atau karena kesulitan-kesulitan seperti kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti itu sering mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu lamanya waktu penyelesaiannya. Rating factor diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan waktu yang wajar. Dalam tugas akademis ini, sistem rating yang digunakan adalah Westinghouse System of Rating. Cara ini mengarahkan penilaian terhadap empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu : keterampilan skill, usaha effort, kondisi kerja condition, dan konsistensi consistency. Keempat faktor di atas diklasifikasikan lagi masing- masing atas enam kelas yang terlihat dalam Lampiran IV-1 sampai Lampiran IV-4. 6 Ergonomi Studi Gerak dan Waktu; Hal. 197 Universitas Sumatera Utara 6. Waktu Normal 7 Setelah waktu terpilih WT diperoleh, maka selanjutnya ditentukan waktu normalnya WN dengan mengalikan WT dengan suatu rating factor yang dirumuskan sebagai : WN = WT x 1+p Dimana : WN = waktu normal. WT = waktu terpilih p = factor Westinghouse 7. Allowance 8 Allowance adalah penambahan terhadap waktu normal yang telah didapatkan. Allowance diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue keletihan dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari. Penentuan besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh dapat dilihat pada Lampiran IV-1 sampai Lampiran IV-4. 8. Waktu Standar 9 Waktu standar suatu pekerjaan ditentukan dengan jalan mengukur waktu normal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan ditambah dengan allowance untuk kepentingan pribadi, kelelahan dan hal-hal yang tidak dapat dihindari. 7 Ibid; Hal. 200 8 Ibid; Hal. 201 9 Ibid; Hal 202 Universitas Sumatera Utara Waktu standar WS diperoleh dengan rumus : WS = WN x [100100 – Allowance] Dimana : WS = waktu standar. WN = waktu normal. Allowance = Kelonggaran dalam

3.2. Pengertian Penjadwalan

10 Pengertian penjadwalan secara umum dapat diartikan seperti : “ Scheduling is the allocation of resources overtime to perform collection of risk” 11 , yang artinya penjadwalan adalah pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk mengerjakan sejumlah pekerjaan. Permasalahan muncul apabila pada tahapan operasi tertentu beberapa atau seluruh pekerjaan itu membutuhkan stasiun kerja yang sama. Dengan dilakukannya pengurutan pekerjaan ini unit-unit produksi resources dapat dimanfaatkan secara optimum. Pemanfaatan ini antara lain dilakukan dengan jalan meningkatkan utilitas unit-unit produksi melalui usaha- usaha mereduksi waktu menganggur idle time dari unit-unit yang bersangkutan. Pemanfaatan lainnya dapat juga dilakukan dengan cara meminimumkan in-process inventory melalui reduksi terhadap waktu rata-rata pekerjaan yang menunggu antri dalam baris antrian pada unit-unit produksi. Pengertian penjadwalan diatas tidak terbatas hanya untuk penjadwalan mesin saja sebagai faktor utama dalam penentuan penjadwalan tetapi meliputi 10 Introduction to Sqeuncing and Scheduling; Hal. 2 11 Ibid; Hal. 2 Universitas Sumatera Utara unit-unit produksi resources yang berkaitan langsung pada proses produksi, seperti yang dikemukakan berikut ini : “……. each activity requires certain amounts of specified resources for a specified time called the process time. Resources also have elementary parts called machine, cells, transport, delay and so on” 12 , yang artinya setiap aktivitas yang diminta pada jenis sumber daya untuk sebuah waktu yang disebut waktu proses. Sumber daya juga memiliki bagian- bagian yang disebut mesin, sel, transportasi, penundaan dan sebagainya. hal ini menunjukkan bahwa penjadwalan tidak hanya terbatas pada mesin saja tetapi setiap elemen kerja yang membutuhkan waktu. Untuk dapat mencapai tujuan di atas, dilakukan melalui pengurutan pekerjaan pada proses produksi. Pada kenyataannya, seringkali masalah yang dihadapi bersifat kompleks, sehingga sulit untuk melakukan pendekatan optimal. Dalam keadaan ini, pendekatan tidak menjamin penyelesaian yang optimum. Secara garis besar, pengurutan pekerjaan pada mesin terdiri atas 2 jenis : 1. Pengurutan n pekerjaan terhadap 1 mesin. 2. Pengurutan n pekerjaan terhadap m mesin. Pengurutan n pekerjaan terhadap m mesin juga terdiri atas dua jenis, disesuaikan dengan kondisi permasalahan, yaitu : 1. m mesin pararel, maksudnya masing-masing pekerjaan job diproses pada 1 mesin yang disusun secara pararel. 2. m mesin seri, maksudnya masing-masing pekerjaan harus melewati masing- masing mesin. 12 A Heuristic Algorithm for the m-Machine n-Job Flow-Shop Sqeuncing Problem; Hal. 6 Universitas Sumatera Utara

3.3. Teori Penjadwalan

13 Salah satu masalah yang cukup penting dalam sistem produksi adalah bagaimana melakukan pengaturan dan penjadwalan pekerjaan jobs, agar pesanan dapat selesai sesuai dengan kontrak. Di samping itu sumber-sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Salah satu usaha untuk mencapai tujuan di atas adalah melakukan penjadwalan proses produksi yang terencana. Penjadwalan proses produksi yang baik dapat mengurangi waktu mengganggur idle time pada unit-unit produksi dan meminimumkan barang yang sedang dalam proses work in process. Penjadwalan scheduling menurut Conway adalah pengurutan pembuatan produk secara menyeluruh yang dikerjakan oleh beberapa buah mesin. Sedangkan menurut Kenneth R. Baker, penjadwalan didefenisikan sebagai proses penggalokasian sumber untuk memilih sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian masalah penjadwalan senantiasa melibatkan pengerjaan sejumlah komponen yang sering disebut dengan istilah job. Job sendiri masih merupakan komposisi dari sejumlah elemen-elemen dasar yang disebut dengan aktivitas atau operasi. Tiap aktivitas atau operasi ini membutuhkan alokasi sumber daya tertentu selama periode waktu tertentu yang sering disebut dengan waktu proses. Selain itu sumber daya yang dimaksud juga meliputi elemen-elemen lain seperti mesin, transportasi, waktu tunggu, dan lain-lain. 13 Introduction to Sequencing and Scheduling, Hal. 2-4 Universitas Sumatera Utara Dari defenisi di atas, maka terdapat dua elemen penting dalam proses penjadwalan, yakni urutan sequence job yang memberikan solusi optimal dan pengalokasian sumber daya resources. Karakteristik sumber daya yang dibicarakan adalah kapasitas kualitatif dan kuantitatif, yakni jenis apa dan jumlah berapa sumber daya yang dimiliki. Pekerjaan job order yang diterima diuraikan dalam bentuk kebutuhan akan sumber daya, waktu proses, waktu dimulai dan waktu berakhirnya proses. Masalah penjadwalan sebenarnya masalah murni pengalokasian dan dengan bantuan model matematis akan dapat ditentukan solusi optimal. Model- model penjadwalan akan memberikan rumusan masalah yang sistematik berikut dengan solusi yang diharapkan. Sebagai alat bantu yang digunakan dalam menyelesaikan masalah penjadwalan dikenal satu model yang sederhana dan umum digunakan secara luas yakni peta Gantt Gantt chart. Gantt Chart Gambar 3.3 merupakan grafik hubungan antara alokasi sumber daya dengan waktu. Pada sumbu vertikal digambarkan jenis sumber daya yang digunakan dan sumbu horizontal digambarkan satuan waktu. Gambar 3.3. Peta Gantt Gantt Chart Universitas Sumatera Utara Dari Gantt Chart kemudian ditentukan urutan sequence dari job yang memberikan kriteria penjadwalan terbaik, miaslnya waktu pemrosesan tersingkat, utilitas mesinperalatan tertinggi, idle time minimum, dan lain-lain.

3.4. Beberapa Jenis Model Penjadwalan

14 Ada beberapa jenis model penjadwalan yang sering digunakan dalam proses produksi berdasarkan beberapa keadaan, sebagai berikut : 1. Berdasarkan mesin yang digunakan dalam proses a. Penjadwalan mesin tunggal Penjadwalan mesin tungggal adalah merupakan salah satu model pengurutan job dimana job yang hendak diurutkan sedang menunggu untuk diproses pada sebuah mesin tunggal. Dalam hal ini keputusan untuk menentukan job mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan job mana yang mengikuti, merupakan masalah yang utama. b. Penjadwalan mesin jamak Bila serangkaian job hendak diproses pada beberapa mesin, baik seri, pararel, maupun kombinasinya, maka model yang demikian dinamakan penjadwalan mesin jamak. 14 Ibid. Hal, 6 Universitas Sumatera Utara 2. Berdasarkan pola aliran proses a. Penjadwalan flowshop Penjadwalan flow shop merupakan model penjadwalan yang lain dimana job-job yang akan diproses seluruhnya mengalir pada arahjalur produk yang sama. Dengan perkataan lain, job-job memiliki routing kerja sama. b. Penjadwalan job shop Dalam penjadwalan job shop, tiap job memiliki aliranrouting yang berbeda. Karena aliran kerja yang tidak searah ini, maka setiap job yang akan diproses pada satu mesin dapat merupakan job yang baru atau job dalam proses, dan job yang keluar dari suatu mesin dapat merupakan job tadi atau job dalam proses. 3. Berdasarkan pola kedatangan job a. Penjadwalan statis Penjadwalan statis mengandung pengertian bahwa job yang hendak diurutkan datang dan tiba pada satu mesin pada saat yang bersamaan serta siap dikerjakan pada mesin yang menganggur. b. Penjadwalan dinamis Penjadwalan dinamis merupakan model pengurutan serangkaian job yang saat kedatangannya tidak menentu. 4. Bedasarkan Karakteristik Informasi a. Deterministik Sifat informasi yang diterima relatif pasti dari sumbernya. Universitas Sumatera Utara b. Stokastik Sifat informasi yang diterima tidak pasti.

3.5. Beberapa Defenisi Dalam Penjadwalan

15 “Sebelum membahas teori yang berkenaan dengan penjadwalan yang akan dikerjakan pada mesin-mesin yang ada dalam sistem produksi, terlebih dahulu diberikan pengertian beberapa defenisi yang digunakan dalam penjadwalan mesin 1. Processing time t i Adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dalam waktu proses ini sudah termasuk waktu yang dibutuhkan untuk persiapan dan pengaturan set-up selama proses berlangsung. 2. Due-date d i Adalah batas waktu dimana operasi terakhir dari suatu pekerjaan harus selesai. 3. Slack time SL i Adalah waktu tersisa yang muncul akibat dari waktu prosesnya lebih kecil dari due-date-nya. SL i = d i – t i 4. Flow time F i Adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu pekerjaan dari saat pekerjaan tersebut masuk ke dalam suatu tahap proses sampai pekerjaan yang bersangkutan 15 Integrated Production Control System Management Analysis Design; Hal.299 Universitas Sumatera Utara selesai dikerjakan. Dengan kata lain, flow time adalah waktu proses ditambah dengan waktu menunggu sebelum diproses. 5. Lateness L i Adalah selisih antara Completion time C i dengan due-date-nya d i . Suatu pekerjaan memiliki lateness yang bernilai positif apabila pekerjaan tersebut diselesaikan setelah due date-nya, pekerjaan tersebut akan memiliki keterlambatan yang negatif. Sebaliknya jika pekerjaan diselesaikan setelah batas waktunya, pekerjaan tersebut memiliki keterlambatan yang positif. 6. Completion time C i Adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mulai dari saat tersedianya pekerjaan t = 0 sampai pada pekerjaan tersebut selesai dikerjakan. 7. Tardiness T i Adalah ukuran waktu terlambat yang bernilai positif jika suatu pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat dari due-date-nya, pekerjaan tersebut akan memiliki keterlambatan yang negatif. Sebaliknya jika pekerjaan diselesaikan setelah batas waktunya, pekerjaan tersebut memiliki keterlambatan yang positif. 8. Makespan M Adalah total waktu penyelesaian pekerjaan-pekerjaan mulai dari urutan pertama yang dikerjakan pada mesin atau work center pertama sampai kepada urutan pekerjaan terakhir pada mesin atau work center terakhir” 16 . 16 Ibid; Hal. 299 Universitas Sumatera Utara

3.6. Kriteria Dalam Penjadwalan

17 Di dalam pengambilan keputusan tentang penjadwalan banyak kriteria yang ditampilkan sebagai evaluasi dari penjadwalan sejumlah job yang diproses di dalam sejumlah mesin yang merupakan fungsi dari sekumpulan waktu penyelesaian. Misalkan ada sebanyak n job yang akan dijadwalkan, maka kriteria penjadwalan dapat berupa : - Minimisasi waktu penyelesaian rata-rata mean flow time    n j j F n F 1 1 dimana j j j W t F   - Minimisasi mean lateness    n j j L n L 1 1 - Minimisasi Mean Tardiness    n j j T n T 1 1 dimana , j j L maks T  - Maksimisasi Tardiness max max 1 Tj n j T    - Maksimisasi keseluruhan waktu penyelesaian job yang ada maximum flow time max max 1 Fj n j F    17 Ibid, Hal. 12 Universitas Sumatera Utara -Minimisasi jumlah job yang terlambat number of tardy job  dimana :     1       j j j j T jika T T jika T      n j j T T N 1 -Maksimisasi utilitas rata-rata mesin U   m U U n j m    1 dimana max 1 F t U n j j m    Utilitas mesin U m merupakan rasio dari seluruh waktu proses yang dibebankan pada mesin dengan rentang waktu untuk menyelesaikan seluruh tugas pada mesin tersebut. Kriteria penjadwalan dapat pula dibagi berdasarkan waktu, ongkos maupun kombinasi dari keduanya. Berdasarkan waktu, maka kriteria ini dapat dibedakan atas minimisasi makespan dan pemenuhan due date. Makespan merupakan jangka waktu penyelesaian dalam suatu penjadwalan yang mana merupakan jumlah dari seluruh waktu proses. Due date, seperti yang telah diutarakan sebelumnya, merupakan batas waktu penyerahan produk oleh produsen yang ditetapkan oleh konsumen. Produsen selalu berusaha untuk memenuhi due date tersebut, terutama untuk produk-produk kritis, misalnya produk yang akan diproduksi lagi oleh perusahaan lain dan produsen bertindak sebagai supplier bagi perusahaan lain, maka keterlambatan yang terjadi akan menyebabkan idle bagi perusahaan lain dan ini akan berdampak negatif pada hilangnya kepercayaan perusahaan kepada produsen. Universitas Sumatera Utara Kriteria lain yang berkaitan dengan ongkos terutama ditujukan ke biaya produksi. Kriteria ini tidak memperhatikan kriteria waktu yang ada sehingga dengan suatu penjadwalan produksi tertentu diharapkan mendapatkan ongkos produksi yang minimal. Kriteria gabungan kombinasi merupakan jenis yang menggabungkan beberapa kriteria yang ada sehingga menjadi suatu model penjadwalan dengan multi-kriteria.

3.7. Jenis-Jenis Penjadwalan

18

3.7.1. Penjadwalan n Pekerjaan Terhadap 1 Mesin