Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Definisi Hepatitis B Epidemiologi VHB 1. Distribusi Frekuensi. Menurut Orang

1996, pada cabang laboratorium Prodia di 10 kota besar di Indonesia dari 40.035 orang yang diperiksa diperoleh proporsi 17,78. 9 Penelitian Gunawan dkk 2004 di RSU Mataram dari 5.262 Tenaga Kerja Indonesia diperoleh proporsi pengidap HBsAg positif 12,5. Penelitian oleh Nurjanah dkk 2005 dari 3.000 pendonor darah di Mataram diperoleh proporsi pengidap HBsAg positif 6,7. 11 Hasil penelitian Handri 2004, di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu terdapat 114 penderita hepatitis B rawat inap periode tahun 1999-2003 dengan proporsi sebesar 0,33 dari seluruh jumlah pasien rawat inap 34.453 pasien, 12 Penelitian Friska 2007 di RSU Dr. Pirngadi Medan periode tahun 2002-2006 terdapat 106 orang yang menderita hepatitis B. 13 Di RSUD Rantau Prapat tahun 2006-2009, dimana pada survei pendahuluan didapat penderita hepatitis B rawat inap sebanyak 104 orang. Rincian tiap tahun yaitu pada tahun 2006 jumlah penderita sebanyak 29 orang, tahun 2007 jumlah penderita sebanyak 18 orang, tahun 2008 jumlah penderita sebanyak 32 orang, tahun 2009 jumlah penderita sebanyak 25 orang. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita hepatitis B rawat inap RSUD Rantau Prapat tahun 2006-2009.

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita hepatitis B rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009. Universitas Sumatera Utara 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita hepatitis B rawat inap di RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu tahun 2006-2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan sosiodemografi umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan status ikterus. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan tipe hepatitis B. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan kadar HBsAg. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan kadar SGOT. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan kadar SGPT. g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan lama rawatan. h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hepatitis B berdasarkan keadaan sewaktu pulang. i. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan tipe hepatitis B. Universitas Sumatera Utara j. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan kadar SGOT penderita hepatitis B. k. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan kadar SGPT penderita hepatitis B. l. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan kadar SGOT penderita hepatitis B. m. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan kadar SGPT penderita hepatitis B. n. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang. o. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan berdasarkan tipe hepatitis B. p. Untuk mengetahui proporsi tipe hepatitis B berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pelayanan penderita hepatitis B. 1.4.2. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah hepatitis B dan tambahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B, suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. 31 Infeksi virus hepatitis B suatu infeksi sistemik yang menimbulkan peradangan dan nekrosis sel hati yang mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan klinik, biokimiawi, imunoserologik, dan morfologik. 7 2.2. Anatomi dan Fungsi Hati 2.2.1. Anatomi Hati Hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 berat orang badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus kaudatus, dan lobus kuadratus. 14,15 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Anatomi Hati Gambar 2.2. Hati yang terkena hepatitis B Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : 16 a. Vena porta hepatika yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral. b. Arteri hepatika, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen. Universitas Sumatera Utara Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatika dan arteri hepatika mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan ke peredaran darah tubuh.

2.2.2. Fungsi Hati

Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai banyak fungsi dan penting untuk mempertahankan hidup. Ada 4 empat macam fungsi hati yaitu : 5 a. Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu. Empedu dibentuk oleh hati. Melalui saluran empedu interlobular yang terdapat di dalam hati, empedu yang dihasilkan dialirkan ke kantung empedu untuk disimpan. Dalam sehari sekitar 1 liter empedu diekskresikan oleh hati. Bilirubin atau pigmen empedu yang dapat menyebabkan warna kuning pada jaringan dan cairan tubuh sangat penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu. b. Fungsi Pertahanan Tubuh Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan. Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim hati terhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari luar maupun yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Dengan proses detoksifikasi, zat berbahaya akan diubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kuffer yang berada pada dinding sinusoid hati. Dengan cara vagositosis, sel kuffer dapat membersihkan sebagian Universitas Sumatera Utara besar kuman yang masuk ke dalam hati melalui vena porta sehingga tidak menyebar keseluruh tubuh. c. Fungsi Metabolik Disamping menghasilkan energi dan tenaga, hati mempunyai peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. d. Fungsi Vaskuler Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati diperkirakan sekitar 1.200- 1.500 cc per menit. Darah tersebut berasal dari vena porta sekitar 1.200 cc dan dari arteri hepatica sekitar 300 cc. Bila terjadi kelemahan fungsi jantung kanan dalam memompa darah, maka darah dari hati yang dialirkan ke jantung melalui vena hepatica dan selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Akibatnya terjadi pembesaran hati karena bendungan pasif oleh darah yang jumlahnya sangat besar. 2.3. Sejarah Hepatitis B Hepatitis B pertama kali dikenal dengan istilah “Penyakit kuning” dan sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu yaitu sejak abad 5 SM di Babilonia. Kemudian Hipocrates seorang tabib Yunani Kuno 460-375 SM, yang menemukan bahwa penyakit kuning ini menular sehingga ia menamakan penyakit tersebut sebagai icterus infectiosa. 17 Sifat menular dari penyakit ini telah diketahui pada abad 8 M, ketika Paus Zacharias menganjurkan suatu tindakan untuk mencegah penularan lebih lanjut yaitu dengan melakukan isolasi terhadap penderita. 17 Universitas Sumatera Utara Penyakit kuning yaitu hepatitis virus yang dikenal sebagai Water Viral Hepatitis tercatat sebagai wabah untuk pertama kali pada tahun 1895 di Inggris, kemudian timbul di Skandinavia pada tahun 1916 dan tahun 1944, lalu di New Delhi tahun 1955. 17 Pada tahun 1963 jenis hepatitis ini dikenal dengan Hepatitis Serum yaitu hepatitis yang penularannya melalui darah dengan masa tunas 2-6 bulan. Pada tahun 1965 virus hepatitis B VHB ditemukan pertama kali oleh Dr. Baruch S. Blumberg dan asistennya Dr. Barbara Werner. Mereka mendeteksi adanya suatu antigen dalam darah seorang warga Suku Aborigin Australia penderita hemophilia. Antigen ini kemudian dinamakan australian antigen. Sekarang lebih dikenal nama antigen permukaan VHB HBsAg karena terdapat dipermukaan VHB. Atas jasanya tersebut beliau mendapat hadiah nobel untuk bidang kedokteran pada tahun 1976. 5 2.4. Gejala Klinis 2.4.1. Hepatitis B Akut Perjalanan hepatitis B akut terjadi dalam empat 4 tahap yang timbul sebagai akibat dari proses peradangan pada hati yaitu : 7 1. Masa Inkubasi Masa inkubasi yang merupakan waktu antara saat penularan infeksi dan saat timbulnya gejalaikterus, berkisar antara 1-6 bulan, biasanya 60-75 hari. Panjangnya masa inkubasi tergantung dari dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis virus yang ditularkan, makin pendek masa inkubasi. Universitas Sumatera Utara 2. Fase Prodromal Fase ini adalah waktu antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala dan ikterus. Keluhan yang sering terjadi seperti : malaise, rasa lemas, lelah, anoreksia, mual, muntah, terjadi perubahan pada indera perasa dan penciuman, panas yang tidak tinggi, nyeri kepala, nyeri otot-otot, rasa tidak enaknyeri di abdomen, dan perubahan warna urine menjadi cokelat, dapat dilihat antara 1-5 hari sebelum timbul ikterus, fase prodromal ini berlangsung antara 3-14 hari. 3. Fase Ikterus Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara berangsur akan berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih terus berlangsung, dan nyeri abdomen kanan atas bertambah. Untuk deteksi ikterus, sebaliknya dilihat pada sklera mata. Lama berlangsungnya ikterus dapat berkisar antara 1-6 minggu. 4. Fase Penyembuhan Fase penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan- keluhan, walaupun rasa malaise dan cepat lelah kadang masih terus dirasakan, hepatomegali dan rasa nyerinya juga berkurang. Fase penyembuhan lamanya berkisar antara 2-21 minggu.

2.4.2. Hepatitis B Kronis

Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang berlanjut lebih dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit. 7 Perjalanan hepatitis B kronik dibagi menjadi tiga 3 fase penting yaitu : 8 Universitas Sumatera Utara 1. Fase Imunotoleransi Pada masa anak-anak atau pada dewasa muda, sistem imun tubuh toleren terhadap VHB sehingga konsentrasi virus dalam darah tinggi, tetapi tidak terjadi peradangan hati yang berarti. Pada fase ini, VHB ada dalam fase replikatif dengan titer HBsAg yang sangat tinggi. 2. Fase Imunoaktif Fase clearance Pada sekitar 30 individu dengan persisten dengan VHB akibat terjadinya replikasi VHB yang berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang tampak dari kenaikan konsentrasi Alanine Amino Transferase ALT. Pada keadaan ini pasien sudah mulai kehilangan toleransi imun terhadap VHB. 3. Fase Residual Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi VHB. Sekitar 70 dari individu tersebut akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel VHB tanpa ada kerusakan sel hati yang berarti. Pada keadaan ini titer HBsAg rendah dengan HBeAg yang menjadi negatif dan anti HBe yang menjadi positif, serta konsentrasi ALT normal. Penderita infeksi VHB kronis dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu : 18 1. Pengidap HBsAg positif dengan HBeAg positif Pada penderita ini sering terjadi kenaikan ALT eksaserbasi dan kemudian penurunan ALT kembali resolusi. Siklus ini terjadi berulang-ulang sampai terbentuknya anti HBe. Sekitar 80 kasus pengidap ini berhasil serokonversi anti Universitas Sumatera Utara HBe positif, 10 gagal serokonversi namun ALT dapat normal dalam 1-2 tahun, dan 10 tetap berlanjut menjadi hepatitis B kronik aktif. 2. Pengidap HBsAg positif dengan anti HBe positif Prognosis pada pengidap ini umumnya baik bila dapat dicapai keadaan VHB DNA yang selalu normal. Pada penderita dengan VHB DNA yang dapat dideteksi diperlukan perhatian khusus oleh karena mereka berisiko menderita kanker hati. 3. Pengidap hepatitis B yang belum terdiagnosa dengan jelas. Kemajuan pemeriksaan yang sangat sensitif dapat mendeteksi adanya HBV DNA pada penderita dengan HBsAg negatif, namun anti HBc positif.

2.4.3 Hepatitis B Carrier

Hepatitis B carrier adalah individu dengan HBsAg positif yang tidak menunjukkan keluhan dan tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit hati dan pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil tes fungsi hati yang normal. Karena penyakit hati akibat infeksi VHB umumnya tidak banyak gejala dan tes fungsi hati sering tidak dapat menunjukkan penyakit hati, maka penderita hepatitis B carrier adalah individu yang sebenarnya menderita VHB yang tidak terdeteksi secara fisik maupun laboratorik. 27 2.5. Epidemiologi VHB 2.5.1. Distribusi Frekuensi.

a. Menurut Orang

Penyakit hepatitis B dapat terjadi pada semua umur dan jenis kelamin. Data menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi VHB sebelum usia satu tahun mempunyai Universitas Sumatera Utara risiko kronisitas sampai 90, sedangkan bila infeksi VHB terjadi pada usia antara 2- 5 tahun risikonya menurun menjadi 50, bahkan bila terjadi infeksi pada anak berusia diatas 5 tahun hanya berisiko 5-10 untuk terjadi kronisitas. 10 Penelitian Sofianto, W 2002 di Rumah Sakit Dr. M Djamil Padang dari 212 penderita infeksi VHB sebanyak 89 orang 55,3 berumur 20-34 tahun. 19 Penelitian Handri 2003, di Rumah Sakit Dr. M. Yunus Bengkulu dari 114 penderita infeksi VHB sebanyak 71 orang 62,2 berumur 12-40 tahun. 12 Berdasarkan jenis kelamin ternyata pria cenderung lebih banyak dari pada wanita. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM sejak Juli 1992-April 2000, dari 28 penderita hepatitis B kronis yang dirawat, diperoleh 19 orang HBsAg positif adalah pria 67,86. 10 Penelitian Sujono Hadi 1996 di beberapa kota di Indonesia seperti : Jakarta, dari 9.498 orang yang diperiksa, diperoleh 2.447 orang HBsAg positif, 1.783 orang adalah pria 72,86, sedangkan wanita sebanyak 664 orang 27,14. Di Surabaya, dari 7.759 orang yang diperiksa, diperoleh 1.805 orang dengan HBsAg positif, 1.176 orang adalah pria 65,15, sedangkan wanita sebanyak 629 orang 34,85, kemudian di Bandung dari 7.365 orang yang diperiksa, diperoleh 1.080 orang dengan HBsAg positif, didapati 673 pria 62,31, sedangkan pada wanita sebanyak 407 orang 37,69. Di Denpasar dari 2.179 orang yang diperiksa, diperoleh 217 orang dengan HBsAg positif, ditemukan pria dengan jumlah lebih banyak yaitu 168 orang 77,42, sedangkan pada wanita 49 orang 22,58. Selanjutnya di Manado dari 603 orang yang diperiksa, ditemukan 60 orang yang dinyatakan HBsAg positif, ditemukan pria Universitas Sumatera Utara dengan jumlah 46 orang 76,66, sedangkan pada wanita sebanyak 14 orang 23,34. 9

b. Menurut Tempat