b. Melalui Selaput Lendir
Selaput lendir yang diduga menjadi jalan masuk VHB ke dalam tubuh adalah selaput lendir mulut, hidung, mata, dan selaput lendir kelamin. Melalui selaput lendir
mulut dapat terjadi pada mereka yang menderita sariawan atau selaput lendir mulut yang terluka. Melalui selaput lendir kelamin dapat terjadi akibat hubungan seks
heteroseksual maupun homoseksual dengan pasangan yang mengandung HBsAg positif yang bersifat infeksius.
17
2.8. Kelompok Risiko Tinggi
Ada beberapa kelompok yang mempunyai resiko tertular infeksi VHB baik secara vertikal maupun horizontal, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
9
a. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif b. Lingkungan penderita dengan HBsAg positif terutama anggota keluarga yang
selalu berhubungan langsung c. Tenaga medis, paramedis, dan petugas laboratorium yang selalu kontak langsung
dengan para penderita hepatitis B. Dari kelompok ini yang terbanyak ditemukan ialah petugas unit bedah, kebidanan, gigi, petugas hemodialisa.
d. Penderita bedah, gigi, penerima transfusi darah, pasien hemodialisa. e. Mereka yang hidup di daerah endemis VHB dengan prevalensi tinggi, misalnya di
Indonesia : Lombok, Bali, Kalimantan Barat.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Pencegahan
Untuk menurunkan angka kesakitan maupun kematian akibat infeksi VHB perlu dilakukan pencegahan yang meliputi pencegahan primordial, primer, sekunder,
dan tersier.
25
2.9.1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan,
gaya hidup, maupun kondisi lain yang merupakan faktor risiko untuk munculnya suatu penyakit.
26
Pencegahan primordial yang dapat dilakukan adalah :
29
a. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi makanan
dengan gizi seimbang. b.
Bagi ibu agar memberikan ASI pada bayinya karena ASI mengandung antibodi yang penting untuk melawan penyakit.
c. Melakukan kegiatan fisik seperti olah raga dan cukup istirahat.
2.9.2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum terjadi penyakit ketika seseorang
sudah terpapar faktor resiko
32
. Pencegahan primer yang dilakukan antara lain :
a. Program Promosi Kesehatan
Memberikan penyuluhan dan pendidikan khususnya bagi petugas kesehatan dalam pemakaian alat-alat yang menggunakan produk darah agar dilakukan
sterilisasi.
9
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat umumnya agar melaksanakan program imunisasi untuk mencegah penularan hepatSecara konservatif
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pencegahan penularan secara parenteral dengan cara menghindari pemakaian darah atau produk darah yang tercemar VHB, pemakaian alat-alat
kedokteran yang harus steril, menghindari pemakaian peralatan pribadi terutama sikat, pisau cukur, dan peralatan lain yang dapat menyebabkan luka.
25
b. Program Imunisasi
Pemberian imunisasi hepatitis B dapat dilakukan baik secara pasif maupun aktif. Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan hepatitis B Imunoglobulin
HBIg yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. Imunisasi aktif dilakukan dengan vaksinasi hepatitis B. Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi yang
lahir dari ibu penderita hepatitis B perlu diberikan HBIg mendahului atau bersama- sama dengan vaksinasi hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap terhadap
VHB diberikan secara intra muskular selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan. Vaksin hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah persalinan. Untuk
mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, sebaiknya HBIg dan vaksin hepatitis B diberikan segera setelah persalinan.
5
Universitas Sumatera Utara
Secara rinci program imunisasi dasar yang dilaksanakan di Indonesia adalah sebagai berikut :
4
UMUR VAKSIN
Bayi yang lahir di rumah 0 bulan
Hepatitis B1 1 bulan
BCG 2 bulan
Hepatitis B2, DPT1, Polio1 3 bulan
Hepatitis B3, DPT2, Polio2 4 bulan
DPT3, Polio3 9 bulan
Campak Bayi yang lahir dirumah sakit
0 bulan Hepatitis B1
2 bulan Hepatitis B2, DPT1, polio1
3 bulan Hepatitis B3, DPT2, polio2
UMUR VAKSIN
4 bulan DPT3, Polio3
9 bulan Campak
Pemberian vaksin hepatitis B juga dianjurkan kepada pasangan seksual yang kontak langsung dengan penderita HBsAg positif, kelompok yang mempunyai
pasangan seksual berganti-ganti, terutama yang didiagnosa terinfeksi Penyakit Menular Seksual PMS, pasangan homoseksual, pasien yang mendapatkan tindakan
pengobatan dengan cuci darah, dan Petugas kesehatan yang sehari-hari kontak dengan darah atau jaringan tubuh penderita HBsAg positif, seperti perawat dan petugas
laboratorium.
9
2.9.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan terhadap orang yang sakit agar lekas sembuh dan menghambat progresifitas penyakit melalui diagnosis
dini dan pengobatan yang tepat.
26
Universitas Sumatera Utara
a. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut WHO 1994 untuk mendeteksi virus hepatitis digolongkan dengan tiga 3 cara yaitu : Cara Radioimmunoassay RIA, Enzim Linked Imunonusorbent
Assay Elisa, imunofluorensi mempunyai sensitifitas yang tinggi. Untuk meningkatkan spesifisitas digunakan antibodi monoklonal dan untuk mendeteksi
DNA dalam serum digunakan probe DNA dengan teknik hibridasi.
27
Pemeriksaan laboratorium yang paling sering digunakan adalah metode Elisa. Metode Elisa digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan pada hati melalui
pemeriksaan enzimatik. Enzim adalah protein dan senyawa organik yang dihasilkan oleh sel hidup umumnya terdapat dalam sel. Dalam keadaan normal terdapat
keseimbangan antara pembentukan enzim dengan penghancurannya. Apabila terjadi kerusakan sel dan peninggian permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar
ke ruangan ekstra sel, keadaan inilah yang membantu diagnosa dalam mengetahui kadar enzim tersebut dalam darah. Penderita hepatitis B juga mengalami peningkatan
kadar bilirubin, kadar alkaline fosfat. Pemeriksaan enzim yang sering dilakukan untuk mengetahui kelainan hati adalah pemeriksaan SGPT dan SGOT Serum
Glutamic Pirivuc Transaminase dan Serum Glutamic Oksalat Transaminase. Pemeriksaan SGPT lebih spesifik untuk mengetahui kelainan hati karena jumlah
SGPT dalam hati lebih banyak daripada SGOT.
28
Kejadian hepatitis akut ditandai dengan peningkatan SGPT dan SGOT 10-20 kali dari normal, dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT. SGPT dan SGOT normal
adalah 42 UL dan 41 UL. Pada hepatitis kronis kadar SGPT meningkat 5-10 kali dari normal.
28
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah berbagai macam pertanda serologik infeksi VHB yaitu:
11
a.1. HBsAg Hepatitis B Surface Antigen Yaitu suatu protein yang merupakan selubung luar partikel VHB. HBsAg
yang positif menunjukkan bahwa pada saat itu yang bersangkutan mengidap infeksi VHB.
a.2. Anti-HBs Antibodi terhadap HBsAg. Antibodi ini baru muncul setelah HBsAg
menghilang. Anti HBsAg yang positif menunjukkan bahwa individu yang bersangkutan telah kebal terhadap infeksi VHB baik yang terjadi setelah suatu infeksi
VHB alami atau setelah dilakukan imunisasi hepatitis B. a.3. Anti Hbc
Antibodi terhadap protein core. Antibodi ini pertama kali muncul pada semua kasus dengan infeksi VHB pada saat ini current infection atau infeksi pada masa
yang lalu past infection. Anti HBc dapat muncul dalam bentuk IgM anti HBc yang sering muncul pada hepatitis B akut, karena itu positif IgM anti HBc pada kasus
hepatitis akut dapat memperkuat diagnosis hepatitis B akut. Namun karena IgM anti HBc bisa kembali menjadi positif pada hepatitis kronik dengan reaktivasi, IgM anti
HBc tidak dapat dipakai untuk membedakan hepatitis akut dengan hepatitis kronik secara mutlak.
a.4. HBeAg Semua protein non-struktural dari VHB bukan merupakan bagian dari VHB
yang disekresikan ke dalam darah dan merupakan produk gen precore dan gen core.
Universitas Sumatera Utara
Positifnya HBeAg merupakan petunjuk adanya aktivasi replikasi VHB yang tinggi dari seorang individu HBsAg positif.
a.5. Anti HBe Antibodi yang timbul terhadap HBeAg pada infeksi VHB. Positifnya anti
HBe menunjukkan bahwa VHB ada dalam fase non-replikatif. a.6. DNA VHB
Positifnya DNA VHB dalam serum menunjukkan adanya partikel VHB yang utuh dalam tubuh penderita. DNA VHB adalah petanda jumlah virus yang paling
peka. Apabila penderita sudah terbukti menderita VHB, maka setiap penderita
sebaiknya melaporkan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk dilakukan penanganan khusus, karena mereka dapat menularkan penyakitnya. Diberi
pengawasan terhadap penderita agar sembuh sempurna ketika dirawat dirumah sakit.
9
b. Pengobatan