kematangan emosi individu pada ketegori sedang sebesar 27,69. Keberfungsian keluarga yang dimiliki individu pada kategori tinggi, sedangkan kematangan
emosi yang dimiliki individu pada kategori sedang sebanyak 26,15. Keberfungsian keluarga yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan
kematangan emosi individu pada kategori tinggi sebanyak 15,38.
D. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa Ha diterima. Hasil pengujian korelasi sebesar r = 0,580 dengan p = 0,000. Tingkat signifikansi korelasi p =
0,000 p0,05 menunjukkan adanya hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi remaja laki-laki. Kualitas keterkaitan antara
keberfungsian keluarga terhadap kematangan emosi remaja laki-laki sebesar 0.580. Dengan menggunakan kriteria interpretasi harga r menurut Hadi 2000,
menyatakan hubungan keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki menunjukkan korelasi yang agak rendah.
Hasil perhitungan korelasi ini sejalan dengan Hurlock 2004 yang menyatakan bahwa keluarga dapat mengajarkan bagaimana individu dapat
mengeksplorasi emosi. Perhatian, kasih sayang, dan perasaan aman akan membantu individu menghadapi masalah-masalah tertentu dengan memperhatikan
keseimbangan emosinya. Perhatian, kasih sayang, dan perasaan aman dapat terpenuhi ketika keluarga dapat berfungsi dengan baik.
Keberfungsian keluarga didefinisikan sebagai kualitas interaksi antar anggota keluarga. Secara spesifik dapat dilihat dari jumlah komunikasi, keluarga dapat
Universitas Sumatera Utara
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, konflik yang terjadi dalam keluarga, dukungan dan kasih sayang antar anggota keluarga, kemampuan
mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkan, menghabiskan waktu bersama, kebebasan antar anggota keluarga, orientasi prestasi, moral, keagamaan,
dan penyelesaian masalah yang dapat dilakukan anggota keluarga Moos dan Moos dalam Stewart, 1998.
Keluarga yang saling memberikan dukungan dan memiliki kohesivitas dapat mengurangi kenakalan remaja Bal, et.al dalam Reinherz, et.al, 2003. Sebaliknya,
remaja yang berada dalam keluarga penuh dengan konflik dapat memicu kenakalan remaja, karena cenderung mengalami ketidakmampuan dalam
mengendalikan emosi Brook, et.al dalam Santrock, 2003. Pengawasan orangtua juga berperan penting dalam mencegah kenakalan remaja Dishion, et.al dalam
Coley, 2008. Adanya pengawasan orangtua dapat menjadi salah satu ciri keluarga yang dapat menjalankan fungsi dengan baik.
Berdasarkan penjelasan mengenai teori yang berkaitan dengan keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil matriks
kategorisasi dalam penelitian ini yang menunjukkan kebanyakan terlihat remaja
laki-laki yang memiliki keberfungsian keluarga dalam kategori tinggi dengan kematangan emosi yang dicapai oleh remaja laki-laki berada pada kategori tinggi
yaitu 32,30, artinya ketika keluarga telah berfungsi dengan baik pada kategori tinggi, remaja laki-laki juga memiliki kematangan emosi pada kategori tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi yang agak rendah. Hal ini dapat disebabkan adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kematangan
Universitas Sumatera Utara
emosi dan tidak dikontrol oleh peneliti. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor lingkungan disekitar kehidupan keluarga yang dapat memungkinkan tercapainya
kematangan emosi remaja laki-laki. Chaube, 2002. Faktor pola asuh orangtua juga dapat mempengaruhi kematangan emosi. Pola asuh orangtua dapat berupa
cara orangtua memperlakukan anak-anaknya yang akan memberikan akibat permanen bagi kehidupan anak Goleman, 2001. Namun tidak dapat dikatakan
jika pola asuh orangtua otoriter memiliki keberfungsian keluarga yang rendah. Dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut tidak terkontrol.
Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kematangan emosi adalah faktor teman sebaya. Adakalanya meskipun keluarga telah berfungsi dengan baik, namun
individu memiliki kematangan emosi yang rendah dikarenakan adanya faktor teman sebaya yang dapat membuat remaja mudah terpengaruh dengan perbuatan
negatif. Hurlock 2004 menyatakan bahwa remaja lebih sering berada dengan teman sebaya daripada di dalam rumah. Pengaruh teman sebaya terhadap minat,
penampilan, sikap, dan perilaku lebih besar jika dibandingkan dengan pengaruh keluarga. Hal ini dapat dilihat ketika anggota kelompok mencoba mengikuti
perilaku merokok, minum-minuman keras, tawuran, dan menggunakan obat terlarang, kemudian akan diikuti oleh anggota lainnya tanpa memperhatikan
akibatnya. Perilaku negatif yang diikuti oleh remaja tersebut mencerminkan ketidakmatangan emosi. Namun pada penelitian ini, faktor ini tidak dikontrol oleh
peneliti. Keberfungsian keluarga berada pada kategori tinggi sebanyak 37 orang
56,92, yang artinya keluarga dapat menjalankan fungsi yang ada dalam
Universitas Sumatera Utara
keluarga dengan baik; adanya komunikasi yang lancar antar anggota keluarga; keluarga dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi; adanya
keterbukaan dan penyelesaian konflik yang terjadi dalam keluarga; saling memberikan dukungan dan kasih sayang; adanya kesempatan untuk
mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkan; serta adanya orientasi terhadap nilai-nilai tertentu Moos dan moos, dalam stewart 1998. Keberfungisan
keluarga pada kategori sedang sebanyak 28 orang 43,07, yang artinya keluarga cukup dapat berfungsi dengan baik dan dapat diandalkan ketika individu
membutuhkan bantuan dan individu cukup merasakan bantuan keluarga terhadap
dirinya. Keberfungsian keluarga yang berada pada kategori rendah sebanyak 0
orang 0, yang artinya keluarga gagal dalam memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga; keluarga mengabaikan kebutuhan untuk bertahan hidup anggota
keluarga, misalnya kebutuhan makan, pakaian, dll, padahal dalam status ekonomi menengah ke atas; keluarga tidak menciptakan rasa aman bagi anggota keluarga;
keluarga tidak menciptakan rasa tanggung jawab dan kemandirian bagi anggota keluarga; tidak adanya komunikasi yang lancar antar anggota keluarga; serta
orang tua tidak memberikan kebebasan kepada anggota keluarga Jamiolkowski, 1993. Sebagian besar siswa remaja laki-laki MAN 3 dan SMA Krakatau yang
menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kategori sedang dalam keberfungsian keluarga.
Kematangan emosi berada pada kategori tinggi sebanyak 31 orang 47,69 artinya individu mampu mengendalikan emosi diri dan mampu menghadapi
tekanan yang datang dari luar yang dapat mempengaruhi emosi; mampu
Universitas Sumatera Utara
memahami situasi yang dihadapi tanpa terpengaruh oleh dominasi emosi yang dirasakan; selalu memiliki pertimbangan dalam bertindak berdasarkan kondisi
yang ada Puspasari, 2009. Kematangan emosi pada kategori sedang sebanyak 34 orang 52,30, artinya individu dapat mengendalikan emosi diri; terkadang sulit
mengendalikan emosi jika ada kondisi diluar batas yang dapat memicu emosi; belum dapat mengendalikan kondisi dari luar yang dapat memicu emosinya,
sehingga ketika tekanan itu muncul di luar perkiraan menyebabkan individu kehilangan kendali terhadap emosi yang dirasakan dan cenderung impulsif.
Kematangan emosi pada kategori rendah sebanyak 0 orang 0, artinya individu lebih mengutamakan apa yang dirasakan daripada apa yang dipikirkan; lebih
melihat sesuatu berdasarkan nilai yang negatif jika bertentangan dengan nilai perasaan yang diyakini Puspasari, 2009. Sebagian besar siswa remaja laki-laki
MAN 3 dan SMA Krakatau yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kematangan emosi pada kategori sedang.
Jika dilihat dari matriks kategorisasi kedua variabel. Keberfungsian keluarga yang dimiliki remaja laki-laki pada kategori tinggi dan memiliki kematangan
emosi pada kategori sedang sebesar 26,15. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya faktor teman sebaya dan lingkungan sekitar keluarga seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Meskipun keluarga telah berfungsi dengan baik, namun ketika pengaruh teman sebaya dan lingkungan sekitar kehidupan lebih kuat
terhadap diri remaja laki-laki maka dapat menyebabkan remaja laki-laki hanya mencapai kematangan emosi pada kategori sedang.
Universitas Sumatera Utara
Ketika keberfungsian keluarga pada kategori sedang, ada juga remaja laki-laki memiliki kematangan emosi yang tinggi yaitu sebesar 15,38. Hal ini dapat
dijelaskan dengan faktor temperamen yang dapat mempengaruhi tingginya kematangan emosi remaja laki-laki meskipun dalam keluarga yang berfungsi pada
kategori sedang. Temperamen merupakan suasana hati yang mencirikan emosi individu dan bawaan sejak lahir dan dapat diubah sejalan dengan perkembangan
individu Goleman, 2001.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Sumatera Utara