Remaja Laki-Laki LANDASAN TEORI

seks bebas, dan penggunaan obat-obatan terlarang. Mereka menganggap bahwa perilaku tersebut akan memberikan citra dewasa.

D. Remaja Laki-Laki

Laki-laki dan perempuan memiliki streotipe peran jenis kelamin yang berbeda. Laki-laki memiliki streotip aktif, agresif, individualistik, percaya diri, suka melanggar peraturan, sedangkan perempuan lebih bersifat ekspresif, hangat secara emosional, suka menolong, dan sensitif Rathus, 2005. Perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu hal yang berhubungan dengan kematangan emosi. Faktor perbedaan jenis kelamin memiliki hubungan yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara anak laki-laki dan anak perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial, yang berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya Davis, dalam Astuti 2005. Laki-laki memiliki emosi yang cenderung kurang matang jika dibandingkan dengan perempuan karena laki-laki memiliki tingkat yang lebih tinggi dalam hal agresif, rendah diri, kegelisahan, dan mementingkan diri sendiri Srivastava, 2005. Ketika remaja laki-laki tidak mampu mengekspresikan emosi terhadap suatu masalah, laki-laki lebih cenderung menghadapi masalah dengan melakukan perilaku agresi, merespon masalah dengan menggunakan kemarahan, dan mengikuti dorongan hati tanpa kendali Broidy dalam Sigfusdottir, et.al, 2008. Travis dalam Santrock, 2003 juga menyatakan bahwa remaja laki-laki lebih sering menunjukkan kemarahan terhadap orang asing terutama laki-laki lain, Universitas Sumatera Utara ketika mereka merasa ditantang, dan laki-laki lebih suka mengubah kemarahannya itu ke dalam perilaku agresif. Broidy dan Hall dalam Goleman, 2001 menyatakan bahwa laki-laki kurang mampu mengutarakan perasaan, menggantikan reaksi-reaksi emosional melalui perkelahian fisik, dan kurang peka terhadap keadaan emosi diri sendiri maupun diri orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki memiliki perilaku delikuensi lebih tinggi daripada perempuan Broidy and Agnew, dalam Sigfusdottir 2008. Pria 39 lebih agresif daripada wanita Frodi dalam Matlin, 2004. Sedangkan menurut teori biologi, hal itu disebabkan karena hormon testosteron laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan hormon testosteron dipercaya sebagai pembawa sifat agresif Sarwono, 2002.

E. Hubungan Antara Keberfungsian Keluarga Dengan Kematangan Emosi Remaja Laki-laki