Penyuluhan TB Paru Pelaksanaan Program Penanggulangan TB Paru dengan Strategi DOTS dan Penyuluhan Tentang TB Paru

53 terlihat dari persentase bahwa responden setuju petugas kesehatan memberikan kartu tanda berobat TB Paru yang berwarna kuning kepada pasien untuk mencatat pengobatan 90, responden setuju bahwa petugas kesehatan selalu mengingatkan penderita agar selalu membawa kartu berobat ketika datang untuk mengambil obat lanjutan agar pencatatan sesuai dengan jadwal 86,6, responden setuju bahwa petugas puskesmas selalu memantau kondisi penderita dan selalu membuat catatan tentang perkembangan kondisi penderita 73,3. Namun pada pernyataan pasien harus selalu membawa kartu berobat jika pergi agar dapat mengambil obat di puskesmas lain jika obat habis, responden menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut dengan persentase 53,3, karena jika pasien akan pergi biasanya puskesmas memberikan persediaan obat yang cukup sesuai kebutuhan pasien. Kemudian pada pernyataan petugas puskesmas selalu memantau kondisi responden dan selalu membuat catatan tentang perkembangan kondisi responden, satu responden menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut karena responden tersebut merasa bahwa dirinya tidak sembuh-sembuh setelah makan obat selama 8 bulan. Hal tersebut terjadi karena setelah 6 bulan pengobatan dan diperiksa kembali dahaknya ternyata hasilnya masih positif, sehingga pasien harus makan obat lanjutan.

2.2.6. Penyuluhan TB Paru

Pada pernyataan tentang penyuluhan TB Paru mayoritas responden menyatakan kurang optimal. Responden menyatakan, biasanya Universitas Sumatera Utara 54 penyuluhan yang dilakukan oleh petugas puskesmas berupa penyuluhan secara langsung kepada penderita TB Paru berupa pendidikan kesehatan tentang TB Paru. Selain itu di puskesmas juga memasang beberapa poster tentang TB Paru yang bertujuan agar setiap pasien yang datang dapat melihat dan membaca informasi tentang TB Paru. Namun penyuluhan yang disampaikan secara langsung dan dalam bentuk media poster tersebut menurut mereka belum efektif. Adanya keterbatasan sarana dan prasarana di puskesmas membuat penyuluhan dalam bentuk yang besar kepada semua masyarakat tidak dapat dilaksanakan. Namun petugas puskesmas tetap memberikan penyuluhan kepada penderita untuk mendukung strategi DOTS yang dilaksanakan. Secara tidak langsung walaupun hasilnya kurang optimal, penyuluhan telah merubah perilaku khususnya penderita dan keluarga dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal Depkes RI, 2002; Effendy, 1998. Kurang optimalnya hasil penelitian tentang penyuluhan TB Paru dapat dilihat dari persentase responden setuju di puskesmas Aek Kanopan dilaksanakan penyuluhan TB Paru 63,3, responden setuju bahwa petugas kesehatan di puskesmas biasanya memberikan penyuluhan secara langsung pada penderita TB Paru 66,6, responden setuju bahwa penyuluhan juga dilaksanakan secara tidak langsung, dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet, poster atau spanduk 60, responden setuju bahwa petugas kesehatan di puskesmas memberi responden penyuluhan yang lengkap tentang TB Paru 63,3, responden setuju bahwa setelah mendapatkan penyuluhan tentang Universitas Sumatera Utara 55 TB Paru, penderita menjadi lebih mengerti dan paham tentang penyakit TB Paru 66,6, responden setuju bahwa penyuluhan tentang TB Paru dari petugas kesehatan, membuat penderita ingin cepat sembuh dengan makan Obat Anti Tuberkulosis secara teratur dan selalu memeriksakan kondisi penderita sesuai jadwal berobat ke puskesmas 66,6. Namun dari keseluruhan responden yang menjawab ada lima orang responden yang menjawab tidak setuju bahwa di puskesmas ini dilaksanakan penyuluhan TB Paru, karena menurut mereka penyuluhan itu seharusnya dilakukan secara besar masal dan bukan hanya pada satu orang saja atau beberapa orang. Kemudian tiga orang responden menjawab tidak setuju untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan di puskesmas biasanya memberikan penyuluhan secara langsung pada penderita TB Paru, karena menurut mereka informasi yang diberikan hanya dalam bentuk poster atau gambar yang ada. Kemudian untuk pernyataan penyuluhan juga dilaksanakan secara tidak langsung dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet, poster atau spanduk, ada dua orang responden yang menjawab tidak setuju karena menurut mereka penyuluhan seharusnya menyampaikan informasi dengan jelas tanpa menggunakan media perantara seperti leaflet, poster atau spanduk. Universitas Sumatera Utara 56

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian yang dilakukan mengenai pelaksanaan program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Aek Kanopan Labuhanbatu Utara menghasilkan kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1. Kesimpulan

Dari keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Aek Kanopan Labuhanbatu Utara dengan strategi DOTS dan penyuluhan tentang TB Paru hasilnya optimal. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban dari setiap responden pada pernyataan tentang strategi DOTS dan penyuluhan tentang TB Paru yang menunjukkan nilai optimal, dengan skor 78,57. Hasil yang optimal diperoleh melalui kategori penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis 81,65, pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat PMO 74,64, jaminan tersedianya OAT secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu dengan mutu terjamin 82,2, sistem pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB Paru 75,8. Namun ada pernyataan menurut responden yang hasilnya masih kurang optimal yaitu komitmen politik dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana dan penyuluhan tentang TB Paru. 63 Universitas Sumatera Utara