47
Treatment Shortcourse DOTS yang merupakan strategi pengobatan dalam penanggulangan TB Paru nasional yang direkomendasikan oleh WHO sejak tahun
1995 dan terbukti cukup efektif dalam menyembuhkan penderita TB Paru. DOTS merupakan strategi pengobatan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan ketat
oleh petugas kesehatan dan PMO. Dengan menggunakan strategi DOTS maka proses penyembuhan TB Paru dapat secara cepat, DOTS menekankan pentingnya
pengawasan terhadap penderita TB Paru agar menelan obatnya secara teratur sesuai kebutuhan sampai dinyatakan sembuh Depkes RI, 2002. Penyuluhan
kesehatan tentang TB Paru juga mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan program penanggulangan TB Paru dan sebagai pendukung pelaksanaan strategi
DOTS. Penyuluhan TB Paru memberikan informasi yang penting kepada penderita tentang penyakit TB Paru. Penyuluhan dapat merubah perilaku
khususnya penderita dan keluarga dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal Effendy, 1998.
2.2.1. Komitmen Politik dari Para Pengambil Keputusan Termasuk Dukungan Dana
Hasil penelitian tentang komitmen politik dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana menunjukkan hasil yang kurang optimal.
Hal ini karena kurangnya pengetahuan khususnya penderita sendiri dan masyarakat akan program yang dilaksanakan oleh pemerintah di puskesmas
untuk memberantas TB Paru. Adanya faktor-faktor penghambat yang
Universitas Sumatera Utara
48
menyebabkan pelaksanaan program penanggulangan TB Paru tidak berjalan dengan baik mencakup pendidikan yang rendah atau tidak adanya
pengetahuan yang cukup terhadap penyakit dan penyebab penyakit TB Paru tersebut, sikap acuh penderita terhadap penyakit yang dideritanya, masalah
sosial budaya yang meliputi lingkungan tinggal yang layak dan sehat, masalah kemiskinan atau faktor ekonomi dan masalah yang bersumber dari
petugas kesehatan sendiri Yunus dkk, 1992. Faktor-faktor penghambat yang tersebut diatas yang menjadikan penderita TB Paru enggan untuk datang ke
puskesmas, sehingga penderita kurang mengetahui informasi tentang adanya program penanggulangan TB Paru melalui strategi DOTS khususnya
komitmen politik dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana berupa pengobatan TB Paru secara gratis di puskesmas yang terdiri dari
pemberian OAT dan pemeriksaan dahak secara gratis di puskesmas. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu masih kurang optimalnya persentase
responden menjawab setuju bahwa petugas puskesmas memberitahu mereka di puskesmas ini ada program penanggulangan TB Paru 53,3, responden
setuju memeriksakan dahaknya secara gratis di puskesmas ini 60, responden setuju mendapatkan obat TB Paru secara gratis di puskesmas
66,6 Depkes RI, 2002.
2.2.2. Penemuan Penderita dengan Pemeriksaan Dahak secara Mikroskopis
Universitas Sumatera Utara
49
Pada penelitian ini terlihat bahwa penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis menunjukkan hasil yang optimal.
Dalam program penanggulangan TB Paru diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Diagnosis pasti TB Paru
dapat dilakukan dengan pemeriksaan tiga spesimen SPS dahak, pemeriksaan dahak secara mikroskopis merupakan pemeriksaan yang paling efisien,
mudah dan murah, dan hampir semua unit laboratorium dapat melaksanakan. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis bersifat spesifik dan cukup sensitif.
Oleh karena itu mayoritas responden setuju dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis yang dilakukan petugas kesehatan yang ada di puskesmas untuk
menjaring penderita TB Paru. Berdasarkan penelitian, penderita TB Paru kooperatif saat petugas puskesmas meminta mereka untuk menampung
dahaknya sebanyak tiga kali SPS dalam waktu dua hari berturut-turut dan membawa dahaknya untuk diperiksa di puskesmas. Dengan demikian mereka
dapat mengetahui apakah terinfeksi TB Paru atau tidak. Hasil tersebut dapat dilihat dari persentase responden setuju memeriksakan dahaknya ke
puskesmas 80, responden setuju bahwa dahaknya diambil sebanyak tiga kali untuk diperiksa 90, responden setuju bahwa dahaknya diperiksa oleh
petugas kesehatan di puskesmas 73,3 Depkes RI, 2002.
2.2.3. Pengobatan dengan Paduan Obat Anti Tuberkulosis OAT Jangka Pendek dengan Pengawasan Langsung oleh Pengawas
Menelan Obat PMO
Universitas Sumatera Utara
50
Dari seluruh komponen pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat PMO menunjukkan hasil yang optimal. Hasil yang didapat tersebut sesuai jawaban responden bahwa PMO yaitu orang yang
mengawasi dan mengendalikan pengobatan mereka dengan pendekatan DOTS, mereka juga setuju dengan persyaratan seorang PMO sebaiknya yaitu
seseorang yang mereka kenal, mereka percaya dan segani dan disetujui oleh petugas kesehatan. Menurut penderita TB Paru dengan adanya PMO dapat
membantu mereka agar tidak lupa makan obat setiap hari, PMO memotivasi penderita TB Paru agar tidak putus untuk makan obat setiap hari, dan harus
makan obat sesuai dengan dasar pengobatan TB Paru terdiri dari 2 fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan dimana obat harus di minum setiap hari selama
6 bulan sampai dinyatakan sembuh. PMO dapat membantu mereka untuk mengambil obat ke puskesmas jika mereka tidak dapat mengambilnya sendiri.
Depkes RI, 2002; Aditama, 2002. Hasil yang optimal tersebut dapat dilihat dari persentase responden setuju bahwa orang yang menjadi PMO bisa saja
adalah keluarga, tetangga, petugas puskesmas, dan pemuka masyarakat yang sudah ditunjuk 80, responden setuju bahwa harus makan obat TB Paru
selama enam bulan dengan pengawasan PMO 73,3, responden setuju bahwa selalu diingatkan oleh PMO agar teratur makan obat setiap hari
73,3, responden setuju bahwa jika responden tidak dapat mengambil obatnya sendiri ke puskesmas, maka PMO akan membantu mengambilkan
obatnya ke puskesmas 83,3. Namun dari keseluruhan komponen tersebut
Universitas Sumatera Utara
51
19 orang responden 63,3 masih menyatakan kurang optimal untuk pernyataan PMO langsung mengawasi mereka ketika makan obat dan dua
orang responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, karena menurut mereka PMO tidak selalu berada di dekat mereka ketika makan obat
namun PMO tetap mengingatkan agar selalu makan obat secara teratur setiap hari. Hal yang tersebut di atas didukung juga oleh penelitian Novita bahwa
84,9 pasien memiliki persepsi positif terhadap kinerja PMO dalam mendukung pengobatan penderita.
2.2.4. Jaminan Tersedianya OAT secara Teratur, Menyeluruh dan Tepat Waktu dengan Mutu Terjamin