Cara Penularan dan Resiko Penularan TB Paru Infeksi TB Paru

12 luas misalnya Kotrimoksasol atau Amoksillin selama 1 – 2 minggu. Bila tidak ada perubahan namun gejala klinis tetap mencurigakan TB Paru, ulangi pemeriksaan dahak SPS. Kalau hasil positif SPS, didiagnosis sebagai penderita TB Paru BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk mendukung diagnosis TB Paru. Bila hasil rontgen mendukung TB Paru, diagnosis sebagai penderita TB Paru BTA negatif rontgen positif. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB Paru, penderita tersebut bukan TB Paru Depkes RI, 2002.

1.4. Cara Penularan dan Resiko Penularan TB Paru

Sumber penularan adalah penderita TB Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet percikan dahak. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran napas, atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat kuman, maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Universitas Sumatera Utara 13 Kemungkinan seseorang terinfeksi TB Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Resiko penularan setiap tahun Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1 – 2. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 sepuluh orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB Paru, hanya 10 dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB Paru. Dari keterangan tersebut, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 seratus penderita tuberkulosis setiap tahun, dimana 50 penderita BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB Paru adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIVAIDS Depkes RI, 2002.

1.5. Infeksi TB Paru

Infeksi tuberkulosis dapat terjadi secara primer dan paska primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman Tuberkulosis. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman Tuberkulosis berhasil berkembangbiak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman Tuberkulosis ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Universitas Sumatera Utara 14 Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 – 6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh imunitas seluler. Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman Tuberkulosis. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau dormant tidur. Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan. Infeksi Tuberkulosis paska primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari Tuberkulosis paskaprimer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi fleura Depkes RI, 2002; Crofton, dkk, 2002.

1.6. Penemuan Penderita TB Paru