Pemikiran Politik Tjokroaminoto Mengenai Sosialisme yang Berdasarkan Islam

berlandaskan semangat nasionalisme dan demokrasi, berarti mengajak seluruh komponen bangsa yang beragam ini untuk berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, tak mengenal istilah mayoritas-minoritas yang cenderung bermakna diskriminatif, untuk bersama-sama melepaskan diri dari cengkeraman penjajah. Jadi yang berusaha dijelaskan oleh beliau adalah bahwa Nasionalisme Islam bukanlah suatu nasionalisme yang buta, fanatis, atau cenderung fundamental. Melainkan nasionalisme yang menuju kepada sosialisme yang berdasarkan Islam. ”Islam sepertujuh bagian rambut pun tidak menghalangi dan merintangi kemajuan nasionalisme yang sejati, tetapi memajukan dia. Nasionalisme yang dimajukan oleh Islam bukannya ’eng’ nasionalisme yang sempit dan berbahaya, tetapi yang menuntun kepada sosialisme berdasar Islam. Yakni sosialisme yang menghendaki mono-humanisme persatuan manusia dikuasai oleh satu Yang Maha Kuasa, Allah SWT, dengan lantaran melalui hukum-hukum yang sudah dipermaklumkan kepada Utusan-Nya Nabi penutup Muhammad SAW.” 99 “Yang kita inginkan adalah sama rasa, terlepas dari perbedaan agama. CSI ingin mengangkat persamaan semua ras di Hindia sedemikian hingga mencapai tahap berpemerintahan sendiri. CSI menentang kapitalisme berdosa, CSI tidak akan mentolerir dominasi manusia atas manusia lainnya. CSI akan bekerja sama dengan siapa saja yang mau bekerja untuk kepentingan ini.”

3.2. Pemikiran Politik Tjokroaminoto Mengenai Sosialisme yang Berdasarkan Islam

Tjokroaminoto mulai mengangkat tentang sosialisme ini pada Kongres SI di Batavia pada Oktober 1917. Di Kongres tersebut Tjokroaminoto mulai mengecam kapitalisme Belanda. Ia berkata: 100 99 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996, hal.268 100 Safrizal Rambe, Sarekat Islam Pelopor Bangkitnya Nasionalisme Indonesia 1905-1942, op.cit, hal.125 Universitas Sumatera Utara Tjokroaminoto sendiri ketika harapan akan datangnya Ratu Adil merebak di tengah-tengah masyarakat, ia menyebut Ratu Adil bukan dalam pengertian fisik sebagai manusia, namun sistem yang melawan ketidakadilan yaitu sosialisme. Ide yang berlandaskan demokrasi dan nasionalisme yang diilhami oleh ajaran Islam. Ia kemudian memperkenalkan konsep ’kapitalisme berdosa’ yaitu setiap modal asing yang berusaha melipatgandakan modalnya melalui penghisapan atas bangsa Hindia dan ini pasti diikuti kolonialisme. Kapitalisme bertemu dengan kolonialisme tentu akan menghasilkan exploitation del’home par l’home serta explatation de nation par nation. Ia menyebutnya sebagai ’kapitalisme yang berdosa’, sesuatu yang mendasari pemikiran teoritiknya ’Sosialisme Islam’. Tak dapat disangkal pertarungannya dengan kelompok komunis selam beberapa tahun telah membuatnya semakin sungguh untuk membuktikan Islam juga sebagai ajaran yang mengadakan keberpihakan terhadap kaum tertindas Musthadh’afin, Tjokroaminoto mengatakan ’de Islam is de godsdient van de armen en de verdrukten’ Islam adalah agamanya kaum miskin dan yang tertindas. 101 Pada bulan Desember 1924, Tjokroaminoto menuangkan pemikirannya mengenai Sosialisme Islam tersebut ke dalam sebuah buku yang berjudul Islam dan Sosialisme . Menurut beliau di bukunya itu ’Sosialisme’ asalnya dari perkataan bahasa Latin socius, yang artinya dalam bahasa Belanda: Makker; dalam bahasa Indonesia: teman-sahabat; dalam bahasa Jawa: kanca; dan dalam bahasa Arab: asyrat atau sahabat. Sosialisme mengutamakan paham ’pertemanan’ atau ’persahabatan’ sebagai unsur pengikat di dalam pergaulan masyarakat. Jadi 101 Ibid, hal.129-130 Universitas Sumatera Utara paham Sosialisme itu bertentangan sama sekali dengan paham individualisme, yang hanya mengutamakan kepentingan ’individu’ kepentingan diri sendiri. Sosialisme menghendaki cara hidup satu buat semua dan semua buat satu, yaitu cara hidup yang memperlihatkan kepada kita, bahwa kita semua memikul pertanggung jawaban atas perbuatan kita bersama, satu sama lain. Sedang individualisme mengutamakan paham tiap-tiap orang buat dirinya sendiri. Dalam menuangkan pemikirannya tersebut, Tjokroaminoto banyak membaca tulisan-tulisan pengarang dari Barat terutama karangan Prof.Quack bangsa Belanda. Dari dalam kitab itu beliau bisa mengenal kaum sosialis dari berbagai abad dengan aturan masing-masing yang dibuat. Ternyata berdasarkan penelaahan beliau terdapat begitu besar perbedaan pengertian sosialisme antara satu dengan yang lainnya. Satu hal yang disepakati di antara mereka adalah sosialisme itu hendak melindungi kepentingan, hak-hak dan kewajiban bersama di atas hawa nafsunya orang perorang atau segolongan manusia saja. Beliau menguraikan bahwa pergerakan-pergerakan sosialistis zaman dahulu tersebut pertama kali timbul tidak hanya karena disebabkan kerusakan masyarakat pada masing-masing zaman yang bersangkutan, tetapi juga terutama sekali mendapat impuls dari perasaan keagamaan yang mendalam. Namun secara perlahan-lahan unsur kebaikan dan Agama yang banyak terdapat pada kalangan rakyat tersebut semakin lemah dan perlahan-lahan pergerakan rakyat yang bersifat sosialistis itu semakin lama semakin bertambah kuat berkiblat pada unsur kebendaan belaka stoffelijke dingen, terutama sekali di negeri-negeri Barat. 102 102 H.O.S Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, Bandung: Sega Arsy, 2008, hal.1-2 Universitas Sumatera Utara Seperti yang juga diungkapkan oleh Marx dalam Materialism Dialectic dan Historis Materialism. Materialism Dialectic adalah pandangan hidup yang menekankan pada aspek perkembangan kebendaan. Sedangkan Historis Materialism adalah ilmu sejarah yang disandarkan pada sejarah perubahan sistem produksi yang berasal pada benda yang nyata. 103 Marx juga mengatakan bahwa dunia itu terdiri atas benda yang dapat ditangkap oleh panca indera, dan dunia yang seperti itulah yang ada. Sedangkan pikiran, perasaan walaupun tampaknya berada di atas panca indera namun hanya merupakan hasil dari pemikiran otak tentang adanya benda. Kenyataan ini membuktikan Historis Materialism nyata- nyata menentang akan eksistensi Tuhan, malaikat, roh dan perkara gaib lainnya yang diajarkan oleh semua agama terutama sekali oleh Islam. Menurut Hegel sebagaimana yang ditirukan juga oleh Marx bahwa: ‘agama itu adalah kebingungan otak yang dibuat-buat oleh manusia untuk meringankan hidup yang sulit ini sehingga agama itu merupakan candunya rakyat.’ 104 103 Safrizal Rambe, Sarekat Islam Pelopor Bangkitnya Nasionalisme Indonesia 1905-1942 op.cit, hal.131 104 Tashadi dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Jakarta: Depdikbud, 1993, hal.115 Meskipun begitu banyak pendefinisian yang berbeda dari masa ke masa tersebut, namun bisa digeneralisir bahwa sosialisme itu bermaksud mengimplementasikan suatu teori cita-cita kemasyarakatan yang bertentangan dengan sistem masyarakat yang berlaku di negeri yang disebut sopan Barat, yaitu sistem yang memberi kebebasan seluas-luasnya kepada orang yang merdeka, untuk bersaing sebebas-bebasnya dalam bidang politik, bidang produksi dan pembagian hasilnya, dan bebas pula untuk mempunayi hak milik atas alat-alat produksi. Universitas Sumatera Utara Sekalipun teori-teori sosialisme tersebut juga mempunyai maksud dan tujuan untuk memperbaiki nasib golongan manusia yang termiskin dan dominan jumlahnya agar mereka bisa mendapatkan nasib yang sesuai dengan derajat mereka yaitu dengan jalan memerangi penyebab yang menimbulkan kemiskinan mereka. Namun teori-teori tadi juga bermaksud menentang kehidupan sosial masyarakat yang ada sekarang ini, baik yang berkaitan dengan soal ekonomi, pengadilan, bahkan soal kehidupan beragama. 105 Cita-cita sosialisme dalam Islam itu, tidak kurang berumur tiga belas abad, dan tidak dapat dikatakan bahwa berasal dari pengaruh orang Eropa. Walaupun tidak dapat dikatakan saat itu sudah ada propaganda sosialisme yang tersistematis seperti sekarang, namun sesungguhnya azas-azas sosialisme itu telah dikenal dalam masyarakat Islam pada zaman nabi Muhammad SAW dan azas-azas tersebut lebih banyak lebih mudah dilakanakan pada masa itu jika dibandingkan dengan pelaksanaannya di Eropa pada masa kapan pun juga. Ia kemudian menentang konsep-konsep sosialismenya Marx dan kapitalisme itu, karena konsep Marx menjauhkan manusia dari agama sedangkan kapitalisme memperlihatkan watak individualisme yang berlebihan untuk menimbun harta yang pada akhirnya digunakan sebagai alat penindas rakyat. Dalam pandangan Tjokroaminoto, sosialisme Marx dan kapitalisme menjadikan benda sebagai segalanya, dan manusia sebagai objek. Sedangkan yang dilihat dari sudut pandang Islam, manusia itu khalifah, subjek yang merupakan muara atas semua sistem sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. 106 105 H.O.S Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, op.cit, hal.3 106 Ibid, hal.8 Universitas Sumatera Utara Kemudian ia mencontohkan tentang dasar-dasar sosialisme dalam pengertian Nabi Muhammad adalah kemajuan akhlak dan budi pekerti rakyat. Diyakininya tiap-tiap sosialisme yang sejati tidak akan tercapai selamanya kalau tidak dengan kemajuan akhlak budi pekerti rakyat itu. Akhlak dan budi pekerti yang baik itu umumnya ada pada bangsa Timur terutama bagi yang beragama Islam. Meski umat Islam seperti juga bangsa-bangsa Timur telah turun derajatnya di mata dunia, tapi mereka itu masih memiliki sifat dan tabiat yang sangat diperlukan untuk menjadi dasar kemajuan sosialisme. 107 Hanya agamalah yang mampu membawa manusia kepada cita-cita yang mulia dan membekali manusia tidak hanya di dunia ini melainkan juga terutama untuk hidup di dunia yang baqa dan kekal. Hanya agamalah yang mampu Tabiat dan nafsu manusia itu pada dasarnya tergantung keadaan tempatnya, yang masing-masing akan berusaha membesar-besarkan dan menjunjung setinggi-tingginya diri sendiri, pribadi dan egonya. Maka obat untuk mengatasi atau mencegah datangnya penyakit tersebut adalah agama. Sosialisme haruslah berdasar atau sesuai dengan kepercayaan agama. Kalau tidak maka sosialisme akan menyimpang dan membawa kerusakan pada manusia. Terutama dalam dunia yang dikuasai oleh nafsu kebendaan, dimana tujuan hidup manusia hanya untuk memenuhi nafsunya kebendaannya semata, maka dalam dunia yang seperti itu akan sulit diharapkan seorang manusia mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan masyarakat. Dan dalam dunia yang hanya dikuasai oleh akal dan materialisme saja, segala keahlian itu pasti hanya untuk kepentingan ‘si kuat’ guna menindas ‘si lemah’. 107 Ibid, hal.15 Universitas Sumatera Utara menggerakkan manusia untuk megusahakan segala kekuatan rohani dan kekuatan budi pekerti yang terkandung di dalamnya. 108 Tjokroaminoto juga menegaskan kalau Nabi Muhammad ialah seorang nabi sejati dalam arti yang sebenarnya, tidak pernah melakukan paksaan atau pengerdilan dalam sosialisme. Nabi Muhammad pun tidak pernah melakukan suatu perjuangan kelas klassen stijd dan tidak pernah pula beliau melakukan atau memerintah orang untuk melakukan diktatur van het proletariat kekuasaan hanya dimonopoli oleh kaum miskin. Segala sesuatu yang beliau lakukan untuk memajukan masyarakat, merupakan pelajaran yang hak dan petunjuk jalan yang benar. Beliau melakukan interaksi dengan semua manusia, tanpa membedakan kepandaiannya, derajatnya, atau tempat tinggal mereka. Yang pertama sekali dilakukan beliau adalah memperbaiki dan mempertinggi akhlak masing-masing orang dan dengan demikian berarti beliau telah membersihkan masyarakat dari segala kekurangan, celaan, dan keburukan. Orang-orang sosialis Barat terlebih orang Bolsyevik atau komunis pada masa sekarang ini menjalankan sosialisme itu dari puncak dan tidak dimulai dari dasar. Sebaliknya, Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan sosialisme itu berbeda dengan orang-orang sosialis Barat, yaitu dimulainya dari bawah. Mula- mula beliau mengubah sifat dan tabiat masing-masing orang sehingga mampu untuk membangun masyarakat yang sosialistis dengan terlebih dahulu membangun sifat dan tabiat yang menjadi dasar dan sandaran dari suatu negara yang tinggi tingkat sosialisnya. 109 108 Ibid, hal.100-102 109 Ibid, hal.122-123 Universitas Sumatera Utara Tjokroaminoto kemudian menerangkan berbagai contoh dari pemerintahan Islam yang pada dasarnya mengenal dua macam sosialisme, masing-masing ialah: 1. Staats-socialisme, baik bekerja dengan kekuatan satu pusat gecentraliseers maupun bekerja dengan kekuasaan gemeente-gemeente gedecentraliseerd 2. Industrie-socialisme Menurut beliau sosialisme yang pertama itulah yang penting karena inilah yang dijalankan Islam. Jika suatu negara bersifat sosialistis, maka hendaknya pekerjaan kerajinan industri diaturnya secara sosialistis dengan seluas-luasnya. Maka dalam negara yang seperti itu, tanahlah yang menjadi sumber penghasil dan sumber pekerjaan industri besar, itupun jika dijalankan sebaik-baik Landsocialisme dan Staats-socialisme. Dengan begitu tanah menjadi milik negara, kemudian alat-alat produksi yang dapat menghasilkan barang diberikan negara kepada rakyat. Maka sosialisme seperti inilah yang terutama sekali dijalankan oleh Islam. Sejak Nabi Muhammad SAW memegang kekuasaan negara, maka secepatnya diaturnya secara sosialistis dan semua tanah dijadikan milik negara. 110 Terakhir beliau mengatakan bahwa keistimewaan sosialisme Islam ialah tidak merusak semangat berkarya dan kegiatan seseorang serta tidak menjadi penghambat cita-cita seseorang untuk maju sebaliknya dipantangkan bagi seseorang menindas dan merusak orang lain, atau menjadi kaya dengan cara merugikan atau memakai hasil usaha orang lain. Sosialisme Islam tentu saja dapat mencapai tujuannya karena setiap orang baik pria maupun wanita telah mampu untuk menerima azas sosialistis karena akhlak, sifat, serta tabiatnya telah 110 Ibid, hal.8-9 Universitas Sumatera Utara diperbaiki terlebih dahulu. Dasarnya sosialisme Islam adalah agama. Orang Islam baik pria maupun wanita semuanya berusaha untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar. 111 Dengan Sosialisme Islam, hak individu masyarakat tetap terjamin. Yang penting bukan membangun kondisi sama rata sama rasa belaka, tetapi membangun semangat berkompetisi dengan skill masing-masing, karena setiap orang memang dilahirkan tidak untuk sama rata sama rasa, apalagi kalau kemudian disama ratakan melalui proses yang dipaksakan secara diktator. Setiap orang bebas mengembangkan keahliannya, memperoleh kekayaan dengan keahliannya itu namun tidak dengan jalan menindas orang lain. Bahkan beliau menambahkan, dengan berusaha untuk menjadi kaya raya melalui cara yang halal, maka kekayaan atau harta benda yang menurut Islam hanya titipan Tuhan itu dalam persentase tertentu harus diberikan kepada orang yang tidak mampu yang disebut sedekah Tjokroaminoto disini berusaha memperlihatkan keunggulan Sosialisme Islam dalam konsep pembangunan masyarakat dibanding konsep-konsep lainnya, termasuk sosialisme Marx, komunisme, dan kapitalisme. Tjokroaminoto hanya memperkenalkan kandungan ajaran Islam tentang nasionalisme dan sosialisme yang manusiawi, tanpa harus melahirkan tirani jiwa seperti sosialisme yang dibangun atas dasar diktator proletariat. Dengan sistem pasar tunggal yang dikuasai negara, dan mencabut hak-hak rakyat atas kepemilikan alat-alat produksi, ternyata yang lahir adalah pemerataan kemiskinan dan kondisi anti demokrasi. Sementara itu Sosialisme Islam justru memperbolehkan setiap orang untuk berusaha dan berkompetisi secara jujur dan adil. 111 Ibid, hal.122 Universitas Sumatera Utara atau zakat. Sosialisme model ini tidak melahirkan kondisi sama rata, tetapi menimbulkan kondisi sama rasa seperti yang ditekankannya dalam pidato di Kongres SI di batavia sebelumnya, yang mana maksudnya sama-sama merasakan kebahagiaan satu sama lainnya. Maka Tjokroaminoto telah tiba pada pada suatu kesimpulan akhir bahwa sosialisme itu mudah dijalankan oleh mereka yang beragama Islam karena landasan nasionaliteit mereka adalah agama. 112 ”Sosialisme Islam mudah ditanam dan dilakukannya, oleh karena Nasionaliteit kebangsaannya orang Islam itu tidak terbatas oleh batas- batas kenegaraan, oleh perbedaan warna kulit, oleh perlainan bahasa, oleh perbedaan tanah air dan benua, tetapi kebangsaannya orang Islam adalah berdasarkan kepada agama, yang batas-batasnya sangat luas, melampaui batas-batas yang sempit.. Di tempat mana saja orang Islam tinggal, bagaimanapun juga jauhnya dari negeri tempat kelahirannya, di dalam negeri yang baru itu, ia masih menjadi satu bagian dari masyarakat Islam, di tempat manapun orang Islam itu berdiam, disitulah ia harus mencintai dan bekerja untuk keperluan negeri itu dan rakyatnya. Nasionalisme yang semacam itulah Nasionalisme Islam, yang menjadi dasar sosialisme yang tersiar di seluruh muka bumi.” Terhadap hal ini Tjokroaminoto tiba pada uraian kaitan sosialisme dengan kebangsaan dan berpendapat : 113 Bagi Tjokroaminoto pondasi dari sistem demokrasi harus didasarkan pada tauhid yaitu segala sesuatu berasal dari Allah, untuk Allah, dan kembali pada Allah. Bukan pondasi yang dianut oleh paham Kapitalisme dan Komunisme yang berakar pada pandangan hidup materialisme.

3.3. Pandangan Tjokroaminoto tentang Demokrasi dan Sistem Parlemen