mayoritas dan dapat pula merupakan persekutuan hidup minoritas. Bahkan dalam suatu negara bisa terdapat beberapa persekutuan hidup ’bangsa’ dalam pengertian
antropologis dan dapat pula anggota satu bangsa itu tersebar di berbagai negara. Sedangkan yang dimaksud bangsa dalam pengertian politis adalah
masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Analogi dari
kedua pengertian diatas adalah seperti penyebutan Korea Utara-Korea Selatan sebagai ’satu bangsa dua negara’ yang memberi arti bahwa penyebutnya memotret
’bangsa’ dalam kerangka antropologis, dan merujuk ’negara’ sebagai suatu kolektivitas politik.
15
Oleh sebab itu kata nation atau natie sering tidak dibedakan dari kata ’rakyat’ atau ’negara’ dan kedua pengertian itu sering dianggap identik. Dalam
bahasa Inggris misalnya kata bangsa nation lazim disamakan artinya dengan rakyat people. Tetapi antara rakyat dan bangsa tentu ada perbedaan, disamping
persamaan-persamaannya yang fundamentil. Perbedaannya ialah bahwa bangsa senantiasa adalah rakyat. Natie berpangkal dan lahir dari rakyat yang sama. Tetapi
suatu rakyat tidak selalu merupakan suatu bangsa. Untuk menjadi nation atau natie, rakyat harus memiliki suatu esensi psychis tertentu. Menurut Prof. Kohn
esensi psychis ini ialah adanya kepentingan dan kehendak hidup bersama.
16
Istilah sosialisme selalu diidentikkan dengan seorang Karl Marx. Padahal cita-cita sosialisme sudah dicetuskan jauh sebelum Marx mulai memikirkan
revolusi proletariat. Banyak dari gagasan-gagasan yang akan menjadi pokok
1.2.2. Sosialisme
15
Adhyaksa Dault, Islam dan Nasionalisme, op.cit, hal.1-2
16
F.Isjwara S.H, Pengantar Ilmu Politik, op.cit, hal.124
Universitas Sumatera Utara
pemikirannya diperolehnya dari tulisan para pemikir sosialis sebelumnya. Cita- cita yang sekarang disebut sosialisme itu sudah ditemukan dalam budaya Yunani
kuno. Kasta para filosof yang menurut Plato harus memimpin negara tidak boleh mempunyai milik pribadi dan tidak berkeluarga, memiliki segalanya bersama, dan
hidup menurut aturan yang sama. Namun sosialisme ini terbatas pada kasta calon pemimpin.
Sosialisme untuk semua dikatakan dituntut oleh Euhemeros dan Jambulos abad ke-5 SM. Jambulos mendeskripsikan sebuah ’negara matahari’ dimana
segala-galanya, termasuk para istri dimiliki bersama. Menurut para filosof Stoa, pada zaman emas semula hanya ada milik bersama, suatu cerita yang kemudian
akan dicoba diberi dasar ilmiah oleh Marx dan Engels. Segala malapetaka adalah akibat diadakannya hak milik pribadi. Namun di zaman Yunani dan Romawi kuno
cita-cita itu terbatas pada beberapa orang saja dan tidak pernah muncul gerakan politis yang memperjuangkannya.
Motif-motif sosialis di Abad Pertengahan berkaitan erat dengan paham- paham religius tertentu yaitu Kristen terutama dengan pertimbangan bahwa untuk
menyambut kerajaan Allah orang harus bebas dari segala keterikatan. Sekarang muncul sejenis tulisan baru yang disebut ’utopi’ atau ’utopis’. Kata ’utopis’
berasal dari judul buku ’utopis’ paling terkenal yaitu Utopia yang ditulis oleh Sir Thomas More pada tahun 1516. Utopia adalah nama sebuah pulau dimana
segalanya dimiliki bersama, semua orang menikmati pendapatan sama, dan semua harus bekerja. Yang menarik adalah bahwa di pulau utopia masalah-masalah
politik tidak boleh dibahas umum. Pembatasan kebebasan untuk menyatakan
Universitas Sumatera Utara
pendapat memang akan menjadi ciri khas kebanyakan utopi tentang masyarakat komunis.
Zaman Pencerahan tidak mendukung perkembangan cita-cita sosialis karena dimotori oleh kelas borjuasi dan borjuasi memperjuangkan kebebasan
politik untuk dapat bebas berusaha dan berdagang justru agar dapat mengumpulkan milik pribadi sebebas-bebasnya. Pandangan sosialis modern
terbentuk antara 1789 dan 1848. Ada dua peristiwa yang menjadi konteks kelahiran cita-cita sosialisme modern itu yaitu Revolusi Prancis 1789-1795 dan
revolusi industri. Keyakinan dasar para pemikir sosialis modern adalah bahwa secara prinsipiil produk pekerjaan merupakan milik si pekerja. Milik bersama
dianggap tuntutan akal budi. Diyakini masyarakat akan berjalan jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan milik pribadi.
Kata ’sosialisme’ sendiri muncul di Prancis sekitar tahun 1830, begitu juga kata ’komunisme’. Dua kata ini semula sama artinya, tetapi segera ’komunisme’
dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal, yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan keadaan komunis
itu bukan dari kebaikan pemerintah, melainkan semata-mata dari perjuangan kaum terhisap sendiri.
17
Sementara itu untuk membedakan ajarannya dari gagasan-gagasan Sosialis Utopis, Marx menamakan ajarannya Sosialisme Ilmiah scientific socialism.
Untuk keperluan itu ia menyusun suatu teori sosial yang menurut dia didasari hukum-hukum ilmiah dan karena itu pasti akan terlaksana. Saintisme Marx
mempunyai keyakinan bahwa terdapat ’hukum-hukum gerak’ dalam masyarakat
17
Frans Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal.14-20
Universitas Sumatera Utara
yang dijalankan dengan prinsip ’kebutuhan yang mutlak’ didasarkan pada penjelasan yang naif dari kemajuan-kemajuan ilmu alam.
18
Klaimnya atas keilmiahan sosialismenya ini sangat penting dalam memahami teorinya. Marx menolak pendasaran sosialisme pada pertimbangan-
pertimbangan moral. Sosialisme tidak akan datang karena dinilai baik atau karena kapitalisme dinilai jahat, melainkan karena, dan kalau, syarat-syarat objektif
penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi terpenuhi. Dengan kata lain, Marx mengklaim bahwa sosialismenya bersifat ilmiah karena sosialisme tersebut
berdasarkan pengetahuan tentang hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat. Pengetahuan itulah yang disebut ’Pandangan Materialis Sejarah.’
19
Dalam menyusun teori mengenai perkembangan masyarakat, Marx sangat tertarik oleh gagasan filsuf Jerman George Hegel mengenai dialektika karena di
dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Dan unsur inillah yang dia perlukan menyusun teorinya mengenai perkembangan
masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori sosial, maka dia merumuskan terlebih dahulu teori mengenai materialisme dialektik dialectical materialism.
Kemudian konsep-konsep itu dipakainya untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakannya materialisme historis historical
materialism. Dan karena materi oleh Marx diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori marx juga sering disebut ’analisa ekonomis terhadap sejarah’. Dalam
menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah yang dimaksud hanyalah sejarah Barat menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau telah berkembang
menurut hukum-hukum dialektis yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan
18
Jon Elster, Karl Marx, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2000, hal.31
19
Frans Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionis, op.cit, hal.137-138
Universitas Sumatera Utara
oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu gerak spiral ke atas sampai menjadi masyarakat dimana Marx berada. Atas dasar analisa terakhir ia sampai
pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah dunia kapitalis akan mengalami revolusi -yang disebutnya revolusi proletariat- yang akan menghancurkan sendi-
sendi masyarakat kapitalis tersebut, dan akan meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.
20
Indonesia sendiri pada masa awal kemerdekaan pernah cukup dekat dengan ideologi ini. Hal ini terbukti adanya kedekatan dengan negara-negara
penganut ideologi sosialis komunis ini seperti Uni Soviet dan Cina, bahkan sampai membentuk trisula maut yang dikenal sebagai Poros Jakarta-Peking-
Moskow. Seperti juga yang tertera dalam Undang-Undang Dasar Proklamasi yang berlaku lagi sejak adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menyebutkan bahwa
’Masyarakat Adil dan Makmur yang berdasarkan Pancasila atau disebut juga masyarakat sosialisme atau masyarakat sosialisme Indonesia.’
21
Sosialisme Indonesia adalah suatu ajaran dan gerakan tentang tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Sebagai perwujudan
Sosialisme Indonesia bersendi pokok pada keadilan, kerakyatan dan kesejahteraan. Unsur-unsur keadilan, kerakyatan dan kesejahteraan terkandung
dalam asas-asas kekeluargaan dan gotong royong, yang merupakan ciri-ciri pokok dari kepribadian Indonesia seperti dirumuskan dalam ajaran Pancasila. Sosialisme
Indonesia bertujuan untuk mengakhiri dan melenyapkan segala penderitaan rakyat lahir-batin, dan memberikan kebahagiaan jasmaniah dan rohaniah dengan
20
Prof.Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1986, hal.78-81
21
Soemartono Mertolojo, Sosialisme Indonesia, Semarang: Mitra Jaya, 1961, hal.8
Universitas Sumatera Utara
menciptakan tata masyarakat Indonesia dalam wadah negara Indonesia yang mempunyai delapan karakteristik yaitu:
1. Yang merdeka, bersatu dan berdaulat;
2. Yang adil dan makmur;
3. Yang rakyatnya berkehidupan kebangsaan yang bebas;
4. Yang membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang meliputi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; 5.
Yang memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa;
6. Yang ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial; 7.
Yang kemerdekaan kebangsaannya disusun dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia;
8. Yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat.
22
1.2.3. Selintas Pemikiran Politik H.O.S Tjokroaminoto