2. Jenis Supervisi Pendidikan
a. Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial adalah berfokus pada pemantauan dan pembinaan terhadap pengelolaan dan administrasi sekolah. Dengan demikian fokus supervisi ini
ditujukan pada pelaksanaan bidang garapan manajemen sekolah, yang antara lain meliputi:
a. Manajemen kurikulum dan pembelajaran,
b. Kesiswaan,
c. Sarana dan prasarana,
d. Ketenagaan,
e. Keuangan,
f. Hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
g. Layanan khusus.
19
Supervisi manajerial berfokus pada suatu pengamatan yaitu aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung
terlaksananya pembelajaran dan agar lebih efektif. Dalam melakukan supervisi terhadap hal-hal di atas, pengawas sekaligus
juga dituntut melakukan pematauan terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan yang meliputi delapan komponen, yaitu:
1 Standar isi
2 Standar kompetensi lulusan
3 Standar proses
4 Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5 Standar sarana dan prasarana
6 Standar pengelolaan
7 Standar pembiayaan
8 Standar penilaian.
20
Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah tersebut dapat terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional
pendidikan. Dalam konteks kehidupan internasional kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan sistem penjaminan mutu pendidikan nasional agar dapat
menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam persaingan internasional.
19
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Metode dan Teknik Supervisi, 2008,
hlm. 8.
20
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Metode dan Teknik Supervisi…,
hlm.8.
b. Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah “serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan pembelajaran.”
21
Dengan demikian, pengertian supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola
pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa
dihindarkan prosesnya. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga konsep pokok dalam
pengertian supervisi akademik, yaitu: 1
Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran.
2 Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan
kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut.
3 Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu
memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.
22
Dari tiga konsep tersebut supervisi akademik harus mampu mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran agar
lebih efektif dan efisien.
21
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Metode dan Teknik Supervisi…,
hlm.9.
22
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Metode dan Teknik Supervisi…,
hlm.10.
B. Disiplin Guru
1. Pengertian Disiplin
Masalah disiplin merupakan suatu hal yang penting bagi seorang guru. Tanpa adanya kedisiplinan yang besar di dalam setiap diri guru maka alam
kelabu akan selalu menutupi dunia pendidikan dan pengajaran. Menurut Subari pengertian disiplin mempunyai batasan-batasan, yaitu:
a. Kreasi dan kesiapan kondisi pokok untuk bekerja.
b. Kontrol diri sendiri...
c. Melatih dan belajar tingkah laku yang dapat diterima.
d. Sejumlah pengontrolan guru terhadap murid.
e. Penurunan yang dipaksa.
f. Pengontrolan dan pengarahan energi yang menghasilkan tingkah laku yang
produktif.
23
Batasan-batasan tersebut terlihat bahwa ada disiplin yang menekankan pada tujuan, ada yang meninjaunya dari sudut katanya. Dari tujuan kedua dari
dirumuskan pengertian disiplin adalah melakukan suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya tujuan peraturan itu.
Menurut D. Sumarmo, ”disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-
nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.”
24
Dalam buku Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, ”disiplin merupakan faktor yang esensial dalam menegembangkan potensi individu dan
menciptakan kehidupan yang harmonis dan menimbulkan hasil dalam proses kelompok.”
25
Menurut Sondang P. Siagian, ”disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan
berbagai ketentuan tersebut.”
26
Menurut T. Hani Handoko, ”disiplin merupakan kegiatan manajemen yang menjalankan standar-standar organisasional.”
27
Pada tingkat individu, disiplin mempunyai tiga aspek, yaitu: pertama,
pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang
menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, aturan, kriteria atau standar
23
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, hlm. 163-164
24
D. Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, PT. Sekala Jalmakarya, 1997, hlm. 20.
25
Piet A. Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1994, Cet.I, hlm. 126.
26
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara ,2008, Cet.XV, hlm. 305.
27
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Yogyakarta: BPFE, 2001, Cet.XV, hlm. 208.