Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

(1)

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

DENGAN DISIPLIN KERJA GURU

DI MADRASAH ALIYAH DAAR EL-QOLAM

GINTUNG, JAYANTI, TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

o

leh

:

Navida Handayani

107018200988

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Navida Handayani (107018200988)

“Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam, Gintung, Jayanti-Tangerang”

Skripsi di bawah bimbingan Bapak Drs. H. Mua’rif SAM, M.Pd. Program Studi Manajemen Pendidikan. Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung, Jayanti-Tangerang. Penelitian ini talah dilaksanakan pada bulan april 2012 sampai dengan mei 2013 di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung, Jayanti-Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Instrument penelitian yang digunakan adalah angket mengenai kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja guru, juga dengan wawancara kepada kepala sekolah.

Hasil yang ditemukan dari penelitian ini ialah diperoleh nilai rhitung sebesar 0.7876, sedangkan rtabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0.456 maupun pada taraf signifikan 1% sebesar 0.575, atau rhitung ≥ rtabel. Dengan demikian dapat dinyatakan terdapat korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru, dan dapat diperoleh KD sebesar 62.03%

Dengan diperoleh nilai koefisien sebesar 62.03%, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah terbukti terdapat hubungan terhadap disiplin kerja guru. Dengan demikian kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi dalam meningkatkan disiplin kerja guru selain faktor kompensasi, sarana prasarana serta iklim kerja yang ada di sekolah.

Dengan demikian hubungan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru di MA Daar el-Qolam setelah hasil rhitung dikonsultasikan dengan tabel pedoman interpretasi koefisien korelasi, berada pada taraf yang kuat.


(7)

ii

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا ها مسب

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha pemberi rahmat dan karunia kepada seluruh makhluk hidup sehingga penulis mendapat kemudahan dan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Disiplin Kerja Guru di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung, Jayanti-Tangerang”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW seorang suri tauladan yang mulia beserta keluarga, sahabat, serya umatnya yang setia kepada ajarannya hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimaksih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Mua’rif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan sekaligus sebagai dosen pembimbing yang membimbing dengan ikhlas dan sabar serta penuh dedikasi tinggi dalam memberikan arahan, dan memotivasi penulis untuk bisa meneliti dengan lebih baik.

3. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil., Ketua Jurusan Kependidikan Islam 4. Dr. Asril DT Padukosindo, M.Pd, Dosen Penasehat Akademik, atas motivasi

dan bimbingan yang tidak henti-hentinya telah diberikan selama menjalani masa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah.


(8)

iii

5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan KI- Manajemen Pendidikan yang telah membertikan ilmu selama perkuliahan hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan andil besar dalam menyediakan bahan pustaka guna terselesaikannya penulisan skripsi ini.

7. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Bapak Teruna Kusnandar S.Pd.I.

8. Guru-guru di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam yang telah bersedia membantu penulis untuk mengisi angket sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

9. Ayahanda H. Abdul Aziz dan Ibunda Amanih tercinta, atas doa dan kasih sayang serta dukungannya baik secara moril maupun materil yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan di perguruan tinggi ini.

10.Suamiku Tercinta Tamami Apif, S.Pd.I yang selalu mendampingi dikala suka dan duka, serta Anakku Tersayang Ahla Nuha Elkhalisa, kalian adalah penyemangat bunda untuk menyelesaikan skripsi ini, bunda cinta kalian. 11.Kakak tersayang Ninu, Bang Helmi, Nina, Imam serta keponakan ku Zalfa

dan Hanan, yang membuat hari-hari ku indah jika berkumpul dengan kalian. 12.Teman-teman KI-MP yang telah membantu memberi tahu dalam mencari

sumber refrensi dan teknis penulisan skripsi, penulis ucapkan terimaksih untuk Ahmad Zamahsari, Ahmad Hudori, Ana Setiani, usaha kalian berharga sekali buat aku.

13.Teman-teman KI-MP angkatan 2007 yang telah mendukung dan tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu namanya, penulis ucapkan terimakasih banyak, semoga tali silahturahmi kita akan terus terjalin.


(9)

iv

Penulis juga tak lupa untuk dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penulisan skripsi ini terdapat hal yang kurang berkenan. Penulis hanya dapat mendo’akan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dengan tulus dalam penyusunan skripsi ini mudah-mudahan menjadi amal shaleh yang akan dibalas oleh Allah SWT. Karya tulis yang sangat sederhana ini tentunya masih belum sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif penulis harapkan. Penulis juga berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan para pembaca umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah jua segala sesuatunya penulis kembalikan.

نيمل علا ر ه دمحلا

Jakarta, ……….…. 2013 Penulis


(10)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 7

C. PembatasanMasalah ... 8

D. PerumusanMasalah... 8

E. TujuanPenelitian ... 8

F. ManfaatPenelitian... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. KepemimpinanKepalaSekolah ... 10

1. PengertianKepemimpinanKepalaSekolah ... 10

2. Faktor-faktor yang MempengaruhiKepemimpinan ... 13

3. KompetensiKepalaSekolah ... 14

a. KompetensiProfesional ... 15


(11)

vi

c. KompetensiKepribadian... 17

d. KompetensiSosial ... 18

4. TugasKepalaSekolah ... 19

B. DisiplinKerja Guru ... 22

1. PengertianDisiplinKerja... 22

2. BentukdanMacamDisiplin ... 24

3. PendekatanDisiplinKerja ... 26

4. PerandanTugas Guru ... 28

5. Faktor-faktor yang MempengaruhiDisiplinKerja Guru ... 36

C. KerangkaBerpikir ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. TujuanPenelitian ... 41

B. TempatdanWaktuPenelitian ... 42

C. MetodePenelitian... 43

D. PopulasidanSampel ... 43

E. TeknikPengumpulan Data ... 43

F. Instrument Penelitian ... 44

G. Uji Instrument ... 47

H. TeknikPengolahan Data danPengujianHipotesis ... 49

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. GambaranUmum Madrasah AliyahDaar El-Qolam ... 52

1. SejarahBerdirinya MADaar El-QolamGintung, Jayanti-Tangerang 2. Visi MA Daar El-Qolam ... 56


(12)

vii

3. Misi MA Daar El-Qolam ... 57

4. ProfilKepalaSekolah ... 58

5. Keadaan Guru danSiswa ... 59

B. Deskripsi Data ... 62

1. Data KepemimpinanKepalaSekolah ... 63

2. Data DisiplinKerja Guru ... 65

C. PengujianHipotesis ... 66

D. PembahasanHasilPenelitian ... 70

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DaftarPustaka ... 76 Lampiran


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 42 Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Disiplin Kerja Guru ... 45 Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah.... 46 Tabel 4.1 : Nama Guru MA Daar El-Qolam ... 59 Tabel 4.2 : Jumlah Siswa Pertahun ... 62 Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Hasil Angket Kepemimpinan

Kepala Sekolah ... 64 Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Hasil Angket Disiplin Kerja Guru... 65


(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Tabel 4.4 : Gambar Histogram Kepemimpinan Kepala Sekolah... 64 Tabel 4.4 : Gambar Histogram Disiplin Kerja Guru ... 65


(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Tabel 4.4 : Gambar Histogram Kepemimpinan Kepala Sekolah………. 64 Tabel 4.4 : Gambar Histogram Disiplin Kerja Guru…………...………. 66


(16)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : AngketUjiCoba ... 78

Lampiran 2 : UjiValiditasdanReliabilitasInstrumenVariabel X ... 83

Lampiran 3 : UjiValiditasdanReliabilitasInstrumenVariabel Y ... 84

Lampiran 4 : LangkahPerhitunganValiditasdanReliabilitassVariabelX .... 85

Lampiran 5 : LangkahPerhitunganValiditasdanReliabilitasVariabel Y... 86

Lampiran 6 : AngketPenelitian ... 87

Lampiran 7 : ReliabilitasHasilAngketPenelitianInstrumenVariabel X ... 91

Lampiran 8 : ReliabilitasHasilAngketPenelitianInstrumenVariabel Y ... 92

Lampiran 9 : LangkahPerhitunganReliabilitasHasilAngketVariabel X... 93

Lampiran 10 :LangkahPerhitunganReliabilitasHasilAngketVariabel Y ... 94

Lampiran 11 :LangkahPerhitunganUjiNormalitasVariabel X ... 95

Lampiran 12 :LangkahPerhitunganUjiNormalitasVariabel Y ... 97

Lampiran 13 :PerhitunganKoefisienKorelasi ... 99

Lampiran 14 :PedomanWawancara Guru ... 100

Lampiran 15 :HasilWawancara Guru ... 101


(17)

xi

Lampiran 17 :DaftarNama Guru MA Daar El-Qolam ... 104

Lampiran 18 : Nilai-nilai r Product Moment ... 107

Lampiran 19 : Luas di BawahLengkunganKurve Normal dari 0 s/d Z ... 108


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan sebagaiorganisasi yang unik dan kompleks terdiridari unsur-unsur yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Unsur yang dimaksud, tidak lain yaknisumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru, staf, peserta didik atau siswa, dan orang tua siswa serta unsur-unsur pendukung lainnya. Namun dari sekian banyak elemen yang ada,kepala sekolah dan guru merupakan personil yang sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Hal senada dikatakan olehWahjosumidjo keberhasilan suatu lembaga pendidikan pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah dan profesionalisme gurunya1.

Dalam PP No. 19 tahun 2005 pasal 38 ayat 3 dikatakan bahwa untuk menjadi kepala sekolah diharuskan memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai

1

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), Cet ke-VII, h. 349.


(19)

2 agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku2. Untuk kualifikasi kepala sekolah dalam PP No. 13 Tahun 2007 telah diatur secara tersendiri, yaitu berkaitan dengan standar kepala sekolah.

1. Kualifikasi Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:

a. Memilliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;

b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun;

c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing;

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

2. Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut: a. Berstatus sebagai guru SMA/MA

b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan

c. Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.3

Regulasi tersebut memberikan gambaran bahwa untuk menjadi kepala sekolah bukan merupakan perkara mudah, mengingat tugas dan tanggung jawab yang diembannya begitu berat. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan merupakan personil sekolah yang paling bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

Kepala sekolah tidak hanya bertanggungjawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis, akan tetapi seluruh aspek kegiatan lainnya turut menjadi tanggung

2

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

3


(20)

3 jawab kepala sekolah, termasuk di dalamnya yang berkaitan denganhubungan antara sekolah dan masyarakat sekitarnya.

Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan rasanya semakin berat, mengingat cakupan atau ruang lingkup yang cukup luas. Dalam menjalankan tugasnya tersebut ia membutuhkan komitmen, kemauan keras, dan dukungan dari berbagai pihak sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Di era globalisasi seperti saat ini, tantangan yang dihadapi oleh setiap lembaga pendidikan tidak hanya datang dari dalam, tetapi tantangan tersebut juga bisa datang dari luar terutama yang paling terasa sekali berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari hal tersebut, kepala sekolah dihadapkan pada tugas baru untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, terencana, dan berkesinambungan demi meningkatkan kualitas pendidikan.

Dalam stuktur organisasi kepala sekolah mempunyai peran yang cukup krusial dalam memainkan perannya, seperti sebagai seorang edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Namun dalam perspektif kedepan kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai figur dan mediator bagi perkembangan masyarakat dan lingkungannya4. Untuk itu, kepala sekolah dituntut untuk selalu melahirkan terobosan-terobosanbaru seiringdengan perubahan yang terus terjadi.

Sekolah sebagai lembaga yang lebih sering berhubungan dengan manusia memiliki tingkat kesulitan yang cukup akut. Antara satu individu dengan individu lainnya mempunyai perbedaan, sehingga kepala sekolah diharuskan merancang suatu strategi yang tepat untuk mewadahi perbedaan tersebut serta dapat memberikan motivasi kepada para sumber daya yang ada di sekolah khususnya guru dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Salah satu hal terpenting yakni berkaitan dengan disiplin guru.

4

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-10, hal 98.


(21)

4 Disiplin dalam sebuah organisasi, terlebih di sekolah sangat diperlukan agar kegiatan sekolah dapat berlangsung secara efektif dan setiap guru beserta karyawan dalam organisasi sekolah merasa puas karena terpenuhi kebutuhannya. Depdikbud menyatakan tujuan disiplin dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Tujuan umum adalah agar terlaksananya kurikulum secara baik yang menunjang peningkatan mutu pendidikan

2) Tujuan khusus yaitu: (a). Agar kepala sekolah dapat menciptakan suasana kerja yang menggairahkan bagi seluruh peserta warga sekolah, (b). Agar guru dapat melaksanakan proses belajar mengajar seoptimal mungkin dengan semua sumber yang ada disekolah dan diluar sekolah, (c). Agar tercipta kerjasama yang erat antara sekolah dengan orang tua dan sekolah dengan masyarakat untuk mengemban tugas pendidikan.5 Uraian tersebut memberikan penjelasan bahwa sikap disiplindiperlukan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing siswa. Disiplin yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang professional sebab pemahaman disiplin yang baik guru mampu mencermati aturan-aturan dan langkah-langkah strategis dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.6Kemampuan guru dalam memahami aturan dan melaksanakan aturan yang tepat, baik dalam hubungan dengan personalia lain di sekolah maupun dalam proses belajar mengajar di kelas sangat membantu upaya pembelajaran siswa kearah yang lebih baik. Kedisiplinan bagi para guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Sikap disiplin tersebut pada dasarnya dapat ditumbuhkan oleh dua faktor, yakni internal dan eksternal. Menurut Walgito, “sikap yang ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal, yaitu berupa situasi yang dihadapi individu, norma-norma dan berbagai hambatan maupun dorongan yang ada dalam masyarakat”7. Dengan demikian faktor

5

http://mukhliscaniago.wordpress.com/2009/10/26/profesionalisme-kinerja-guru-menyongsong-masa-depan-presented-by-muhliks/

6

http://blog.tp.ac.id/faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-guru-kedisiplinan.

7

Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2001), h. 115-116.


(22)

5 eksternal yang dapat mempengaruhi disiplin kerja guru adalah situasi, norma, dan berbagai hambatan yang ada di lingkungan sekolah yang salah satunya adalah sikap kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya di sekolah.

Kepala sekolah sebagai pemimpin merupakan unsur yangcukup mendapat sorotan, karena kepala sekolah yang berhubungan secara langsung dengan penerapan prinsip manajemen di sekolah. Ketercapaian pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam sekolah yang bertugas mengatur semua sumber sekolah dan bekerja sama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan dan itu semua dapat diwujudkan oleh kepala sekolah yang berkualitas. Pernyatan tersebut juga ditekankan oleh Imam Gumawan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang berkualitas tentu akan dapat memotivasi dan mendorong segenap potensi yang ada disekolah tersebut untuk berfungsi dan berperan secara maksimal8.

Sosok kepala sekolah sangat berperan sentral dalam kegiatan-kegiatan pendidikan sekolah. Kepala sekolah selain berfungsi sebagai administrator kepala sekolah juga berfungsi sebagai pengambil kebijakan dan keputusan tertinggi di sekolah sekaligus dapat menindak tegas guru yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugas sesuai tuntutan dan kode keguruan.

Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya peran kepala sekolah dalam menjalankan dan menggerakkan guru sesuai mekanisme dan aturan yang berlaku tanpa ada intimidasi dan tekanan, maka dapat dipastikan guru akan professional, disiplin dan rajin dalam melaksanakan tugasnya, namun sebaliknya jika kepala sekolah dalam menjalankan dan menggerakkan guru tidak sesuai dengan aturan dan mekanisme yang berlaku tanpa memperhatikan asas kebijakan maka dipastikan guru akan tertekan dan akan

8


(23)

6 berjuang pada pelaksanaan tugas yang tidak professional bahkan guru cenderung membangkang dan malas masuk mengajar.

Menurut Drs. Tamarli, M.Si selaku dosen pada FKIP Universitas Abulyatama Aceh “kepala sekolah harus mampu meningkatkan disiplin di sekolah sehingga guru, karyawan dan siswanya merasa cinta kepada peraturan-peraturan atau disiplin-disiplin yang berlaku di sekolah”. Oleh karena itu, kepala sekolah merupakan „motor‟ bagi suatu sekolah yang dipimpinnya. Mutu pendidikan akan baik bila disiplin di sekolah tercipta dengan baik.

Kenyataan yang terjadi masih terdapat sebahagian kepala sekolah yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan disiplin di sekolah, terutama kepala sekolah kurang memberi arahan, bimbingan dan motivasi pada guru, untuk dapat meningkatkan disiplin di sekolah sehingga masih banyak guru yang kurang disiplin antara lain tidak membuat satuan pembelajaran, tidak memiliki administrasi yang baik, datang tidak tepat waktu dan mengajar dianggap sebagai pelepas tanggung jawab bukan sebagai pengabdian akibatnya proses belajar mengajar di sekolah tidak berjalan dengan baik yang akhirnya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tidak mencapai ketentuan yang telah digariskan.9

Berkaitan dengan hal tersebut Wahjosumidjo berpendapat, bagi kepala sekolah yang ingin berhasil menggerakkan para guru/staff dan para siswa agar berperilaku dalam mencapai tujuan sekolah,yakni:

1. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap guru, staff dan para siswa.

2. Mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staff dan siswa, dengan cara meyakinkan dan membujuk. Meyakinkan (persuade) dilakukan dengan berusaha agar para guru, staff dan siswa percaya bahwa apa yang dilakukan adalah benar.

9

http://www.unjabisnis.net/peranan-kepala-sekolah-dalam-meningkatkan-kedisiplinan-guru.html


(24)

7 Sedangkan membujuk (induce) adalah berusaha meyakinkan para guru, staff dan siswa bahwa apa yang dilakukan adalah benar10.

Dari uraian yang telah dikemukakannampak jelas bahwa sikap yang ditampilkan oleh kepala sekolah dalam menjalankan fungsi tugas, dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin di sekolah memainkan peranan yang sangat penting dalam memunculkan perilaku positif dari orang-orang yang dipimpinnya, terutama dari guru yang memegang peranan dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Maka dalam hal ini, disiplin dapat dipengaruhi oleh sikap kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya. Sikap yang ditunjukkan oleh kepala sekolah tentunya akan berdampak positif bagi guru, dan salah satu bentuk apresiasinya dengan bekerja penuh disiplin tinggi. Oleh karena itu, sebagai pimpinan tertinggi di sekolah kepala sekolah diharapkan dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya serta menjadi contoh bagi guru, staf, maupun siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan dituangkan dalam sebuah bentuk tulisan penelitian dengan judul “HubunganKepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung-Tangerang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diungkapkan di atas, masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Kurangnya kepemimpinan kepala sekolah dalam menerapkan disiplin di sekolah.

2. Belum terciptanya budaya disiplin di sekolah.

3. Minimnya pengetahuan guru tentang disiplin kerja di sekolah.

10

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), Cet ke-VII, h. 105.


(25)

8 C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut maka penulis membatasi hanya padaHubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah DenganDisiplin Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung-Tangerang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka penulis mengajukan rumusan masalahHubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah DenganDisiplin Kerja GuruDi Madrasah Aliyah Daar El-Qolam, yaitu:

1. Apakahterdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepala sekolah dengandisiplin kerja guru di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung-Tangerang?

2. Apakahterdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepala sekolah dengandisiplin kerja guru secara bersama-sama dengan kompetensi professional guru?

3. Apakah kegiatan yang dilakukan kepala sekolah efektif dalam meningkatkan disiplin kerja guru?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di MA Daar El-Qolam Gintung, Jayanti-Tangerang. Sedangkan secara lebih spesifik, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mendeskripsikan tingkat disiplin kerja guru di MA Daar El-Qolam

Gintung, Jayanti-Tangerang.

2. Untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru di MA Daar El-Qolam Gintung, Jayanti-Tangerang.

3. Untuk mendeskripsikan hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru MA Daar El-Qolam Gintung, Jayanti-Tangerang.


(26)

9 F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian antara lain:

1. Bagi penulis,menambah pengetahuan atau wawasan tentang pendidikan khususnya yang terkait dengan peran kepala sekolah dengandisiplin kerja guru di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung-Tangerang.

2. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kinerja guru.

3. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah kepustakaan pendidikan, khusunya mengenai peran kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru.


(27)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH 1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Istilah kepemimpinan sudah sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Biasanya di setiap tempat yang terdapat sebuah organisasi selalu mendengarkan, membicarakan dan membahas kepemimpinan. Baik organisasi di tingkat rumah tangga, sekolah, perusahaan dan lembaga pemerintah. Bahkan rakyat, mahasiswa dan elit pemerintah sekalipun seringkali memperbincangkan kepemimpinan di sela-sela aktifitas masing-masing.

Istilah kepemimpinan menyentuh lingkup kehidupan manusia, maka banyak ahli mencoba memberikan pengertian kepeminpinan dari setiap sudut pandang yang berbeda.


(28)

11 Menurut J. Riberu istilah kepemimpinan berarti orang atau kelompok orang yang memimpin, atau kepemimpinan dapat berarti seluruh usaha memimpin, atau berarti kemampuan atau kemahiranseseorang untuk memimpin, ia juga menyebutkan istilah kepemimpinan sering dikaitkan dengan wibawa sang pemimpin. Sedangkan istilah memimpin J. Riberu mengartikannya dengan mengantar seseorang atau sekelompok orang ke tujuan, sambil menggunakan sarana yang ada dan sambil berpegang kepada tata susila bersama.11

Pengertian lain tercantum dalam Dictionary of Education dari Carter V. Good sebagaimana dikutip oleh Soewaji Lazaruth dalam bukunya Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya dikemukakan bahwa kepemimpinan adalah: “(1) the ability and readiness to inspire, guide,

direct, or manage others; (2) the role of interpreter of theinterest and objectives of a group, the groups recognizing and accepting the interpreter as spokesman”.12

Kepemimpinan dari kamus Carter V. Good di atas memberikan pengertian bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mengarahkan, membimbing atau mengatur orang lain. Kepemimpinan juga diartikan sebagai peranan dan penerjemah keinginan-keinginan dan tujuan-tujuan kelompok, dan diterima oleh kelompok. Kelompok akan menerima kepemimpinan dengan suka rela karena adanya kesadaran akan kemampuan istimewa yang dimiliki oleh kepemimpinan. Sedangkan T. Hani Handoko dalam bukunya Manajemen mengutip pengertian kepemimpinan Stoner, menurutnya kepemimpinan adalah

11

Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h.2

12

Soewaji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta: Kanisius, 1994) h.60


(29)

12 suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari kelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.13

Beberapa definisi di atas menggambarkan kepada kita bahwa hakikat kepemimpinan adalah seni, proses, aktifitas mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Sebelum memberikan pengertian kepemimpinan kepala sekolah, ada baiknya mengetahui pengertian „kepala sekolah‟ terlebih dahulu.

Wahjosumidjo memberikan pengertian kepala sekolah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.14 Ia menambahkan bahwa kata „memimpin‟ yang dimaksud adalah kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kata „memimpin‟ di atas juga diartikan oleh Wahjosumidjo sebagai menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberi teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan dan sebaginya.

Berdasarkan pengertian-pengertian terkait kepemimpinan dan pengertian kepala sekolah, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah proses atau aktifitas yang dilakukan oleh tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin sekolah. Aktifitas tersebut berupa mempengaruhi, menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberi teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan kepada guru, murid, orang

13

T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2003), h. 294

14

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo, 2010), cet ke-VII h.83


(30)

13 tua, pegawai sekolah dan komponen sekolah lainnya. Semua kegiatan kepemimpinan kepala sekolah tersebut diarahkan kepada proses optimalisasi sumber daya yang ada guna pencapaian tujuan pendidikan nasional dan tujuan di tingkat satuan pendidikan yaitu sekolah.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan

Ketika memimpin sebuah lembaga pendidikan (sekolah), kepala sekolah dapat mempengaruhi oleh beberapa faktor baik intern dari pribadi kepala sekolah sendiri maupun faktor ekstern yang mengikutsertakannya, seperti kondisi lingkungan sekitar termasuk interaksi dengan guru, murid dan staf. H. Joseph Reitz (1981) mencoba mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepemimpinan seseorang, diantaranya:15

a. Kepribadian (personality) pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin. Kepemimpinan kepala sekolah akan terpengaruh dengan nilai-nilai dan pengalaman terdahulu, ia akan mencoba mempraktekkan gaya kepemimpinan tertentu bilamana menurut pengalamannya, gaya kepemimpinan tersebut telah efektif digunakan. b. Harapan dan perilaku atasan. Perilaku dan gaya kepemimpinan yang

diterapkan oleh kepala dinas pendidikan daerah, akan mempengaruhi pola kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah.

c. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan. Kepala sekolah akan terpengaruh cara kepemimpinannya tergantung bagaimana karakteristik dan perilaku bawahannya. Sebagai contoh, jika staf mempunyai kemampuan tinggi dalam tugasnya, maka kepala sekolah tak perlu menerapkan pola kepemimpinan direktif.

d. Kebutuhan tugas bawahan. Tugas yang telah dibagi-bagi kepada guru dan staf akan mempengaruhi kepemimpinan kepala sekolah, sebagi

15

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.98


(31)

14 contoh pola kepemimpinan kepada staf akan berbeda dengan guru, karena staf lebih berorientasi kepada tugas.

e. Iklim dan kebijakan organisasi. Bagaimana cara kepala sekolah memberikan imbalan dan penghargaan kepada guru atau staf akan sangat terpengaruh dengan iklim dan kebijakan organisasi yang disepakati.

f. Harapan dan perilaku rekan. Dalam memimpin sekolah, kepala sekolah juga memerlukan rekanan yang kooperatif dengannya guna mencapai visi misi yang hendak dicapai

3. Kompetensi Kepala Sekolah

Kompetensi kepala sekolah dibahas dalam UU No. 20 tentang Sistem pendidikan Nasional dan PP No. 19 tahun 2005, dan keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 162/13/2003 tentang pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah, pasal 9 ayat (2).16

Pasal-pasal diatas menunjukkan bahwa kepala sekolah yang kompeten secara umum harus memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap

performancedan etika kerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah, yang diuraikan dalam kompetensi professional, kompetensi wawasan pendidikan dan manajemen, kompetensi personal dan kompetensi sosial.

Dari beberapa kompetensi yang disebutkan di atas, buku “Standar Kompetensi Kepala Sekolah” yang diterbitkan oleh Pustaka Yustisia, menjabarkan kompetensi di atas ke dalam indikator-indikator di bawah ini:

A. Kompetensi Profesional


(32)

15 1. Kepala sekolah sebagai pemimpin: (a). Menyusun perencanaan sekolah, (b). Mengorganisasikan kelembagaan sekolah, (c). Menerapkan kepemimpinan dalam pekerjaan.

2. Kepala sekolah sebagai manajer: (a). Mengelola tenaga kependidikan, (b). Mengelola kesiswaan (c). mengelola sarana dan prasarana, (d). Mengelola hubungan sekolah-masyarakat.

3. Kepala sekolah sebagai pendidik; yaitu mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar.

4. Kepala sekolah sebagai administrator; yaitu mengelola ketatausahaan dan keuangan sekolah.

5. Kepala sekolah sebagai kewirausahaan; yaitu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan.

6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja; yaitu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif.

7. Kepala sekolah sebagai penyelia; (a). Melakukan supervisi, (b). Melakukan evaluasi dan pelaporan.

Kompetensi professional yang dikemukakan di atas juga disampaikan oleh Wahjosumidjo dalam buku “Kepemimpinan Kepala Sekolah” tentang peran kepala sekolah sebagai pejabat formal (melaksanakan statute yang telah ditetapkan), manajer (mengelola tenaga pendidik, sarana dan prasarana), seorang pemimpin (membantu guru, menciptakan iklim kerja kondusif), pendidik (menyusun kurikulumdan mengajar) dan staf (melaksanakan perintah atasan).

Kompetensi professional harus terus dikembangkan dan dikuasai oleh kepala sekolah agar setiap tindakan yang dilakukan bersumber dari pengalaman dan profesionalitas kepala sekolah. Selain kompetensi profesionalnya, kepala sekolah juga dituntut memiliki kompetensi


(33)

16 wawasan kependidikan dan manajemen, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial, sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

B. Kompetensi Wawasan Kependidikan dan Manajemen

1. Menguasai landasan pendidikan: (a). Memahami hakikat pendidikan, (b). Memahami pengembangan kurikulum sekolah, (c). Memahami tingkat perkembangan siswa, (d). Memahami macam-macam pendekatan pembelajaran.

2. Menguasai kebijakan pendidikan: (a). Memahami Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (b). Memahami program pembangunan pendidikan dan rencana strategis di bidang pendidikan, (c). Memahami kebijakan pendidikan.

3. Menguasai konsep kepemimpinan dan manajemen pendidikan: (a). Memahami konsep kepemimpinan pendidikan dalam tugas, peran, dan fungsi kepala sekolah, (b). Memahami konsep manajemen pendidikan dalam tugas, peran, dan fungsi kepala sekolah (c). Memahami konsep dan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), (d). Memahami konsep dan penerapan manajemen mutu sekolah.17

Kompetensi wawasan kependidikan dan manajemen penting dimiliki oleh kepala sekolah di sebuah institusi pendidikan, karena dengan kompetensi tersebut, kepala sekolah dapat mengambil kebijakan dan tindakan yang tepat sesuai dengan pengetahuan tentang kependidikan dan manajemen yang komprehensif.


(34)

17 C. Kompetensi Kepribadian

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa: (a). Menerapkan perintah-perintah ajaran agama yang dianutnya, (b). Menerapkan perbuatan yang menggambarkan sikap toleran terhadap agama lain.

2. Berakhlak mulia: (a). Melakukan perbuatan yang mencerminkan sikap suka menolong orang lain (b). Memberikan jalan keluar terhadap kesulitan orang lain tanpa pamrih.

3. Memiliki etos kerja yang tinggi: (a). Disiplin dalam bekerja, (b). Bersemangat dalam bekerja, (c). Memiliki rasa percaya diri, (d). Berinisiatif dalam bekerja, (e). Kreatif dalam bekerja, (f). Tekun dan cekatan dalam bekerja.

4. Bersikap terbuka: (a). Mau menerima saran dan kritik, (b). Transparan dalam merencanakan dan melaksanakan tugas.

5. Berjiwa pemimpin: (a). Memberi contoh yang baik dalam perilaku sehari-hari, (b). Bersikap adil dan bijaksana dalam pengambilan keputusan, (c). Melakukan pemecahan masalah secara efektif, (d). Memotivasi bawahan, (e). Bersikap obyektif dalam memberikan penilaian terhadap bawahan.

6. Mampu mengendalikan diri: (a). Memiliki stabilitas eemosi, (b). Bekerja dengan teliti, (c). Tidak mudah putus asa.

7. Mampu mengembangkan diri: (a). Berkemauan untuk meningktkan kemampuan, (b). Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.

8. Memiliki integritas kepribadian: (a). Dapat dipercaya, jujur, (b). Konsisten antara ucapan dan perbuatan, (c). Memiliki komitmen


(35)

18 yang tinggi, (d). Berdedikasi tinggi (loyal), (e). Tegas dalam bersikap dan bertindak. 18

Kepribadian kepala sekolah secara langsung maupun tak langsung akan berpengaruh terhadap tingkah laku, pengambilan keputusan dan cara berkomunikasi dengan bawahan dan atasan serta rekan kerja. Karenanya kepribadian kepala sekolah harus sesuai dengan kompetensi kepribadian kepala sekolah yaitu bertakwa, berakhlak mulia, bersikap terbuka, berdedukasi tinggi dan lain sebagainya.

Hal senada disampaikan oleh Joseph Reitz yang mengemukakan tentang pengaruh kepribadian (personality) terhadap kepemimpinan seseorang.19 Sebagaimana dijelaskan di atas, menurutnya kepemimpinan kepala sekolah akan terpengaruh dengan nilai-nilai dan pengalaman terdahulu, ia akan mencoba mempraktekkan gaya kepemimpinan tertentu bilamana menurut pengalamannya, gaya kepemimpinan tersebut telah efektif digunakan.

D. Kompetensi Sosial

1. Mampu bekerja sama dengan orang lain: (a). Bekerja sama dengan pimpinan, (b). Bekerja sama dengan guru, staf, karyawan, komite sekolah, dan orang tua siswa, (c). Bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi terkait.

2. Berpartisipasi dalam kegiatan kelembagaa/sekolah: (a). Berperan aktif dalam kegiatan akademik, (b). Berperan aktif dalam kegiatan non akademik (contoh: kepanitiaan, kegiatan olahraga).

18

“Standar Kompetensi Kepala Sekolah”, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2007. h. 199

19

Nanang, Fatah. “Landasan Manajemen Pendidikan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


(36)

19 3. Berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan: (a). Berperan aktif dalam organisasi social kemasyarakatan, (b). Berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, atau kegiatan masyarakat lainnya.20

Proses komunikasi dan interaksi kepala sekolah dengan guru, staf, karyawan, komite sekolah, dan orang tua siswa harus mencerminkan komunikasi yang baik, saling memperbaiki dan menasehati serta saling berkontribusi positif. Kepala sekolah sebagai pimpinan di sebuah institusi pendidikan dituntut mampu mengintegrasikan semua elemen yang ada dengan kompetensi sosial yang dimiliki untuk bersama-sama memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan di institusi yang ia pimpin.

4. Tugas Kepala Sekolah

Sebagai seorang pejabat formal, kepala sekolah mempunyai tugas tanggung jawab terhadap atasan, terhadap sesama rekan kepala sekolah atau lingkungan terkait, dan kepada bawahan. Berikut penjelasan tugas sebagai kepala sekolah:21

1. Kepada Atasan

Seorang kepala sekolah mempunyai atasan, yaitu atasan langsung dan atasan yang lebih tinggi. Karena kedudukannya yang terkait kepada atasan atau sebagai bawahan, maka seorang kepala sekolah:

a) Wajib loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan;

20“Standar Kompetensi KepalaSekolah”, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2007, h. 21 21

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), Cet ke-VII, h. 87-89.


(37)

20 b) Wajib berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai

pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya; c) Wajib selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki

antara kepala sekolah dan atasan.

2. Kepada sesama rekan kepala sekolah atau instansi terkait

a) Wajib memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan para kepala sekolah yang lain;

b) Wajib memelihara hubungan kerja sama yang sebaik-baiknya dengan lingkungan baik dengan instansi terkait maupun tokoh-tokoh masyarakat dan BP3.

3. Kepada Bawahan

Kepala sekolah berkewajiban menciptakan hubungan yang sebaik-baiknya dengan para guru, staf, dan siswa sebab esensi kepemimpinan adalah kepengikutan.

Peran kepala sekolah sebagai pejabat formal, secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Kedudukan sebagai pejabat formal, kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku;

b) Sebagai pejabat formal memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan dan dipatuhi;

c) Sebagai pejabat formal kepala sekolah secara hirarkis mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan;

d) Sebagai pejabat formal kepala sekolah mempunyai hak kepangkatan, gaji dan karier;


(38)

21 e) Sebagai pejabat formal kepala sekolah terkait oleh

kewajiban, peraturan, serta ketentuan yang berlaku;

f) Sebagai pejabat formal kepala sekolah berkewajiban dan bertanggung jawab atas keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan atau misinya;

g) Sebagai pejabat formal jabatan kepala sekolah adalah suatu jabatan formal yang perlu dibatasi masa pengabdiannya;

h) Sebagai pejabat formal karier kepala sekolah dapat dikembangkan ke jabatan yang lebih tinggi;

i) Sebagai pejabat formal jabatan kepala sekolah sewaktu-waktu dapat diganti, diberhentikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dengan kompleksitasnya tugas yang dimiliki oleh kepala sekolah sebagai seorang pemimpin, maka kepala sekolah diharuskan mempunyai kompetensi khusus sebagaimana disampaikan sebelumnya berupa kompetensi profesional, kompetensi wawasan kependidikan dan manajemen, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Jika kompetensi tersebut dimiliki oleh kepala sekolah, maka tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepala sekolah sebagai motivator, pengarah, pembantu, guru, staf, karyawan dan petugas sekolah lainnya dapat dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan pendidikan di sekolah akan dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah juga akan ditentukan dengan kompetensi yang dimiliki kepala sekolah.


(39)

22 B. Disiplin Kinerja Guru

1. Pengertian Disiplin Kinerja Guru

Pembahasan pengertian disiplin kerja guru memberikan dua padanan istilah, yaitu istilah „disiplin kinerja‟, dan istilah „guru‟. Kata „disiplin‟ dewasa ini sering disifatkan dengan aturan yang bersifat klasik, kolot dan otoriter. Padahal disiplin hanyalah satu alat bantu organisasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Semua komponen organisasi baik atasan atau bawahan seharusnya memandang disiplin sebagai motivasi kerja dan bukan penghambat kerja organisasi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan arti kata „disiplin„ sebagai tata tertib (di sekolah, kemiliteran dan sebagainya), sebagai ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya, dan diartikan sebagai bidang studi yang memiliki obyek, system dan metode tertentu.22. Ensiklopedi Pendidikan yang ditulis oleh Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H Harahap memberikan definisi „disiplin‟ sebagaimana berikut:23

a. Proses mengarahkan atau mengabdikan kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan, keinginan atau kepentingan-kepentingan, kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar.

b. Pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawahan (pelajar-pelajar) dengan mempergunakan sistem hukuman atau hadiah.

c. Suatu cabang ilmu pengetahuan.

d. Dalam kemiliteran: Patuh kepada atasan dan melaksanakan semua perintah.

22

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1988, h. 208

23

Prof. Dr.Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta:PT Gunung Agung, Jakarta 1981), Cet ke- 2, h. 81


(40)

23 e. Dalam sekolah: Suatu tingkah tata tertib tertentu untuk mencapai

kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan.

Dari pengertian „disiplin‟ di atas, kata tata tertib, latihan dan kepatuhan atau ketaatan merupakan kata yang sering disebutkan. Maka „disiplin‟ dapat disimpulkan sebagai aturan, tata tertib dan proses yang dapat menumbuhkan tanggung jawab yang besar demi pencapaian tujuan organisasi melalui kepatuhan terhadap peraturan organisasi.

Keith Davis (1985-366) menyampaikan pendapatnya bahwa disiplin dapat membantu dan tidak menghambat kerja organisasi. Menurutnya disiplin kerja dimaknai sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.24 Berarti disiplin yang selama ini dipahami secara tradisional sebagai sesuatu yang menghambat kinerja organisasi, dengan pengertian yang diberikan Keith Devis, tidak lagi menjadi persoalan, karena disiplin sudah sepatutnya membantu semua proses yang berlaku di sebuah organisasi khususnya pendidikan dan tidak menjadi penghalang.

Pada istilah kedua dari ‟disiplin kinerja guru‟ adalah „Guru‟. Kata „guru‟ terdengar di setiap terjadinya proses belajar mengajar karena pada prinsipnya guru adalah orang yang mengajar. UU RI Noor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebut kata „guru‟ dengan sebutan „tenaga pendidik‟, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.25 Guru juga diartikan sebagai semua orang yang berwenang dan bertanggung

24

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Rosda, 2002), h. 129

25


(41)

24 jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.26

Dengan makna „guru‟ sebagai orang yang melakukan pengajaran dan bertanggung jawab terhadap bimbingan dan pembinaan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka „disiplin kinerja guru‟ diartikan sebagai tata tertib dan aturan kerja yang diberikan kepada guru sebagai seseorang yang bertanggung jawab terhadap terjadinya proses pengajaran dan pembinaan terhadap anak didik, aturan ini berlaku baik di sekolah maupun di luar sekolah, tata tertib ini sepenuhnya ditujukan untuk membantu guru dalam pengajaran dan pembinaan anak didik.

2. Bentuk dan Macam Disiplin

Pelaksanaan disiplin di berbagai organisasi seperti sekolah, berbeda bentuk dan macamnya, Piet A. Sahertian membagi disiplin kepada tiga bentuk seperti dibawah ini:27

a. Disiplin tradisional, adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik.

b. Disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si terdidik mengembangkan kemampuan dirinya.

c. Disiplin liberal, yang dimaksud disiplin liberal adalah disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.

26

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 32

27

Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1994, h. 127


(42)

25 Macam disiplin juga disampaikan oleh Anwar Prabu Mangkunegara, ia membagi disiplin dalam dua macam disiplin kerja, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif.28

a. Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan perusahaan.

b. Disiplin Korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan yang mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai denga pedoman yang berlaku pada perusahaan.

Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran bagi pelanggar.

Kedua macam disiplin baik preventif dan korektif adalah disiplin diri guna melatih dan membentuk pribadi guru, murid dan staf agar bertanggung jawab terhadap kerja dan patuh kepada aturan (kebijakan) sekolah. Preventif ditujukan untuk mendorong para guru, murid dan staf mengikuti atau mematuhi norma-norma dan aturan-aturan sekolah sehingga pelanggaran tidak terjadi. Disiplin korektif ditujukan untuk memperkecil kemungkinan pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut dengan diberikan sanksi yang tepat pada setiap pelanggaran yang terjadi.

28

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, h. 129.


(43)

26 Khusus pada disiplin korektif, Keith Devis menambahkan pendapatnya bahwa untuk melaksanakan disiplin ini perlu langkah dan proses yang benar, sehingga pada tahap selanjutnya benar-benar membuktikan keterlibatan yang bersangkutan (yang melanggar). Proses tersebut Pertama, suatu prangsangka yang tak bersalah sampai pembuktian pegawai berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh pegawai lain. Ketiga,

disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan keterlibatan pelanggaran. Jika ketiga proses ini dilakukan dengan baik, maka kemungkinan salah hukuman terhadap pelanggaran akan terhindarkan dan manfaat dari sebuah sanksi untuk menimbulkan efek jera dan menumbuhkan kesadaran kepada guru lain akan tercapai.

Kepala sekolah sebagai pemimpin di sebuah institusi pendidikan harus mampu mengkombinasikan semua potensi yang dimiliki untuk menerapkan disiplin kerja guru di sekolah. Dengan kompetensi yang dimiliki, kepala sekolah dapat memberikan kenyamanan bagi guru untuk menerapkan disiplin kerja yang telah ditetapkan, sehingga disiplin kerja dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya perasaan dipaksa atau takut karena hukuman.

3. Pendekatan Disiplin Kinerja

„Pendekatan disiplin kinerja‟ dimaksudkan untuk mengetahui dengan cara apa disiplin kerja dilaksanakan dalam sebuah organsasi (sekolah), Anwar Prabu Mangkunegara membaginya kepada tiga bagian yaitu pendekatan disiplin modern, pendekatan disiplin dengan tradisi dan terakhir yaitu pendekatan disiplin bertujuan.29

29

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, h. 130.


(44)

27 a. Pendekatan disiplin modern dilaksanakan dengan cara mempertemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan baru di luar hukuman. Jadi hukuman fisik sepenuhnya dihindari, penyuluhan akan lebih baik, diberikan kesempatan untuk menemukan fakta-fakta baru sebagai bukti tidak bersalah sehingga bebas dari hukuman.

b. Pendekatan disiplin dengan tradisi dilaksanakan dengan cara memberikan hukuman. Pendekatan ini sepenuhnya bermaksud untuk memberikan hukuman pada setiap pelanggaran yang terjadi. Sehingga pelanggaran yang lebih keras akan diberikan hukuman yang lebih keras, demikian seterusnya.

c. Pendekatan disiplin bertujuan dimaksudkan untuk memberikan kesadaran kepada guru, murid dan staf bahwa disiplin dirancang dan diberikan bukan hanya formalitas untuk dilanggar dan diberikan hukuman. Tetapi disiplin kerja dibuat agar terjadi pembentukan perilaku dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Cara yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menerapkan disiplin bertujuan adalah dengan pemberian penyuluhan di awal tentang tujuan dan maksud diterapkannya disiplin kerja di sekolah, lalu dilakukan evaluasi dan laporan pengawasan terhadap tindakan disiplin yang dilakukan guru.

Pendekatan penerapan disiplin kerja guru di atas memberikan informasi bagaimana seharusnya disiplin kerja guru diterapkan. Disiplin kerja guru dapat diterapkan dengan cara penyuluhan, pemberian hukuman


(45)

28 dan penyadaran. Jika terpaksa diberikan hukuman, maka perlu diperhatikan beberapa hal penting di bawah ini:30

Pertama, pemberian peringatan terlebih dahulu (surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga) agar indispliner menyadari pelanggaran yang telah dilakukan. Kedua, pemberian sanksi harus segera. Tujuannya, agar diketahui peraturan yang berlaku dan tidak ada peluang untuk mengabaikan disiplin yang ada. Ketiga, pemberian sanksi harus konsisten. Tujuannya agar pegawai menghargai dan tidak terjadi diskriminasi. Keempat, pemberian sanksi harus impersonal (semua golongan). Tujuannya agar diketahui pegawai bahwa peraturan berlaku untuk semua golongan sesuai dengan aturan yang berlaku.

4. Peran dan Tugas Guru

Peran guru akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi, baik dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegaiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi perannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak mencurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan interaksi dengan siswanya.

James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: “menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa”.31

Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran

30

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, h. 131.

31

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, CV. Rajawali, Jakarta, 1990, h. 142


(46)

29 penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perkembangan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa pada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.32

Secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar, dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Informatory

Sebagai pelaksana cara mengajar informative, laboraturium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. b. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain.

c. Motivator

Peran guru sebagi motivator ini sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.

d. Pengarah atau director

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e. Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang

32

Moh. Uzer Usman, menjadi guru professional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, h. 7


(47)

30 mencontohkan oleh anak didiknya. Inilah yang harus dilakukan oleh seorang guru.

f. Transmitter

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g. Fasilitator

Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses mengajar sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.

h. Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

i. Evaluator

Peran sebagai evaluator guru mempunyai otoriter untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.33

Guru memegang peran penting dan strategis terutama dalam membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut, peran guru sulit digantikan oleh orang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peran guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus bagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.

33

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi belajar mengajar, CV. Rajawali, Jakarta 1990, h. 142-144


(48)

31 Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang berkaitan oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.

Bila dipahami, maka tugas guru sebagai seorang pendidik professional sesungguhnya sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja, guru juga bertugas sebagai evaluator, administrator, konselor dan sebagainya.

Guru yang mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang memuaskan.

Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. “Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik, dan guru juga bertugas melatih mengembangkan keterampilan serta dapat menerapkan dalam kehidupan demi masa depan anak didik”.34

Tugas guru sebenarnya bukan hanya di sekolah saja tetapi bisa dikatakan di mana saja mereka berada. Di rumah, guru sebagai orang tua atau ayah-ibu adalah pendidik bagi putera putrinya. Di dalam masyarakat sekitar yaitu masyarakat kampung, desa tempat tinggalnya guru seringkali terpandang sebagai tokoh suri tauladan bagi orang-orang di sekitarnya, baik dalam sikap dan perbuatannya misalnya cara dia berpakaian, berbicara, dan bergaul, maupun pandangan-pandangannya, pendapatnya atau buah pikirannya sering kali menjadi ukuran atau pedoman kebenaran

34

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000, H. 37


(49)

32 bagi orang-orang di sekitarnya karena dianggap guru memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang berbagai hal.

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, mebimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan peserta didik.

Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, mengutip pendapat Peters ada tiga tugas dan tanggung jawab guru sebagai administrator kelas.35

1. Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam hal ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan ketentuan teknis mengajar. Di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan

2. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas. Memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tugas guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut perkembangan kepribadian dan pembentuk nilai-nilai para siswa.

3. Guru sebagai administrator di kelas pada hakikatnya merupakan jalinan ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih diutamakan bagi profesi guru.

Lain halnya dengan pendapat Oemar Hamallik dalam buku “Proses Belajar Mengajar” mengemukakan tanggung jawab guru sebagai berikut:

35


(1)

e-mail: madaarelqolam.gmail.com, httpJ/www.daarelqolam.ac.id lzin Pendirian No. Wi/l/PP.005.1/189/1990

Dengan Hormat,

Yang

bertanda

tangan

dibawah Tangerang Menerangkan :

Nama

Nomor Induk Jurusan Fakultas

SURAT

KETERANGAN

No :

082/MMl-

A.4

lX/2012

ini

Kepala

Sekolah

MA

Daar

El-Qolam,

Gintung,

Jayanti-Navida Handayani 1 0701 8200988

KI-

Manajemen Pendidikan

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

Bahwa mahasiswa tersebut diatas, benar-benar telah melaksanakan penelitian yang berjudul :

"I{ubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan

Disiplin

Kerja Guru

di MA

Daar El-Qolam, Gintung, Jayanti-Tangerang"

Demikian

surat keterangann

ini

diberikan kepada yang

bersangkutan

agar dapatdipergunakan sebagaimana mestinya.

Gintung, 25

Mei20l3

A^.'

Kusnandar


(2)

/

bl

rHE 6lq

tsrtr

o

F.,{

!t

U,

t

tO cnE

E(D

*€

fr/

q\

s

Y

I ooo\

tr

G)

,h

5

te

ah

ct

o)

BE

BIE

's|

ir

s6

(o

"si'F

SF4

o

"14..

EE

ss

.$*

a<

=,

ss

Sa'

:1. \3

.s

s":>

E |i

!

E'a

*B.!4

v

s_E

^$ LJ

'o'N H

':^so

E sc'l

La|< d

o

x'o

t6r

>eE

o

z

SH

t:.!1

.EE

trE

^68

dd

!B'A

Fi GI

ilz

br)

CB

c

C)

F

la)

o

o

c{

)

(s

F

o\ t<

cl

E

tr

d

a

CB

.B

o

o)

M tr

GI

E

tr

(s

a

bo

G)

c-o

o

N

)

(B

F

cA

d

z

d P tr k

C)

o

A

q

E.V

O (!)

tua

F

A

bb

E

E

cl

e

"_t

q

.Sf

q

.So

o!,

*aJ

-Q) e

qa

*o

*.<

PO\

!to

VX

tc

B>\

s'aB

SE

.6

Gt^

*8,

t'F

>E

.q

ad

Hlll

9l€l

.EI U)l rlEI

-!15i

xt+t

Sl

El

-l lil

at

?+

ot

trt

ot dt

o{l oJ, -\l ol Hl

*l

EI EI

€l

B1

grd

4l

trl

ol

ol

brl (gt >l ct

'El 9l

(61 El

H*l

El

il

--€l El

8i

!l

9t rt

sl

ol

E'a

Gt tr

*i

ca

ot a.)

=f,

0)

-o

dF

ZE

o

tr

C\ co $ ra)

s

cl

te

z

C{ cO

s

(n tE

L s

U

b

'!\t-,\)

N(

E .$

\

.$

6

.s

a

e

\

13

qo

:

q)

a

t

\

S

*(q.l v)

s

\

b

$

N(E

Nfu

E

:r-.sa

tr-+

.s.

e4

=sd

;,R=

€=qH

trAs!!

f; 3

S"5

sESd

,=.sd

2 = S

A

0

z

frl

&

ri

tr

H

il

&

F{ I=

a0

I .t

/

H

0'= !

t6

atl

dE

sir{=6)

EAES

zzSa


(3)

\

a

I

\o

I i.) I

ra)

cl

o

\o $o\c.l cooo ooo\

o\

\o cao\ o\o\

I

L

)

oo

I 63

.La

C)

J4I

L

d

o0

o)

o.

(.)

I DO

(t >.I

L

o

JZ

d

.o o q

Q -.: 9H

bb9

-oo

\a

o- +i

E6

-d -!4

d L

(d

.Vd >.

bI)

t

bo

\)

a-ar\

-\o

,\i d 'Fr

?n

fi=

bo;

..<

:-a-X

{Yt

55

d\

>.ts

t=

.Eh

IEA

il

al

EI

tst

0)I ol 6Jl

{t

\ol

ol

>t

5l

..!l

\l

EI

OI

ot

€tol

al

bo

cl

€l

il

tJt I hll

I

Elc

l6dld

Itsl

o

l'El#

lEl

i

IEE

lEl

o I,Er}l

*l

cdl

dl

-d(6l

ol

-!4l(I)l

al &l

631

8l=r

Jll

tt utH cl -cl

dl -:l nl ril cdl

=l

3l

g

EI

E

utl

E

Cl u)

flH

631 ll

'5 1

5t E

itE

l<l

H

lEit 6

IEI

E

ol

SE

I

sE

I

'F'(,

I

iI.s

I

-d' I

*F(

|

t-

l

"li

O-E:;

Bts

.ss

v-SP

:<\

$s=

Ntg

.$s.q

A<

T\J

.{t

a

E'si

.E€R

ir!< (U

o -c'6

'='i' cB

t6e

>*p:

tl

:t

I

(B

tr

o

rc}

(.) 6 L (d

}1(c

-t

q)

.\)

v

L

B 4

^:! I

k-ad

^o\

3H

L

C)^i

-ox

ES

E

o

.t^

EX

(SO\ E_ ,r

$'3

v'a

=d

PV

= NG'

AE

:- .54

'F9

tbI

oo

3l

>. "a9

\

bo bo oo

-tr F\

co

O

c.T

rri

frr

0i

E

(d

lr

(li

cl

>'

o0

o

\) \)

'E N

lo

l.}1

to

IE

td

l!i

t.-Itr

lcd

l!(

t.

IF

(B

.F

(g L

(s .\4

(€

l--\c

a

B

$

v

S'>

'S 6) R -\4

$..

\6

.\)

o A<

Bij

'=

c\

E l7)€

lo

c

l'=rE

lE

is

l>o

F

O.

bb

tr

Ei

Cg

ca

-i

.Aa

!

t

q)

a" \)

q)

!

-:-

-SO

kol

Nd

tsE

l-r(d

ItE

lEo

lh&

looo

t= d

Itr

l(g E

c)

lz&

tr

o

O

c.l

d

U)

(n

(B

-VCd

an

A

ii

tr (B

J4(€

Cs

o j4 (l)

a

(,

G)

I

C)

o

6

Y

cd

lc

t(d

IP

ta

r-o

O

C.l (g

ar7

(t)

CC

J1

(€ !a

)

A

(B

E

Cg

J(3

o

J4

0)

a

U)

tr L()

lo

19.

Itr

l6

IV

lr-l.d

IE

t(BIP

la

lY

r-o

o

ctl

(g

U)

(t)

(B

.V(s a

3 oi

!i

L

CB

J4(g

l-(€ o

.\4

lt)

a

U)

tro

(.)

la

lo

IY

lal

1.r,

Itr

l(d

IP

la

IY

$

\r

tat \o \o

o

O c.l ca (n \o

\o

r-

oo o\ N co =f ( \o

r-

@

\o

r-

oo o\

o

cl aa $ ra, \o

r-

oo


(4)

f

/

7

1

oo o\ N o\ oo I f-. oo oo

o

o.l

r-o\

c.l I (\t

ao

f-(\l Olol

a

aa aa

I c! $ ob

)

tr

(c

v

ro !o (,) pr o tr o 'ts

t;

(B\o r< o\ =r o\ (g cad

(g>

dRl EJ4r(tt i.E

tF(

Ho

r!'E'

^c

9b

Eod (Bfr

Zo-(g (0 U)

)

A

H 1rr (B J<(B >. oo o (B o ()

a

(s (s o. (l) M t) C) () o.

MX

H"i

(s i,

(r-) .r

:t ai o

9l r-

)-(s!u

:30

Fco

.q

'a

cS

^l

o

.51 (l)o-

F

4..

cds

o.u

0)=

M5

dGl tr>r

o-li-.ES>

E-E

d

(.) C6J

o-(,-()(gh)

V

EU

.{(l)i

;ao

E€X

7:<

a

.gE

E

s't

69r< ;;

>f&

a

oo o\ CS .V(g ct)

)

pi (B (B Fq d cn o tr o

E

(B rn d cl

o

L CB an (.)

a

a (g

V

.o -o .o

q

o

A

&

Ez

6).

=iD

€EE

-52(,(€

a) c2-Y

cn r.l .co

d-q\i

=(BB,

bs

^C'€

H

i:.iEJZ ar.! (B

(6 j '

14 a

Q r,r (9

C |&! ;-i 'lAFn

Hc/)

lso\

8.

x 5'8

(l)H.YC\

M

EE.i

$O'E

E

si

(u >,'6j

p'Dr,

F-H9e!

B-Hr . ^.; - I

l*-€

'E O'a

ts

<:u.+6

=o-UE

E caE

E

$ 4E

-.bE

E

>ocoa

CB U)

)

CB

a

d d

o

lr o)

s

tr

a

c

(l)

o^

'aa

EO

>i

^(g (€"d ,a Fo ^9 ()H

=br

-vLbo= CE dtr \< cg

aQ (BE

A. Cl

L'J

$i;

u?

H0!

<4.

ct }4

E

E

tr (I) 0r tr o) a)

a

oo (B o co

o

o

c.l = tat s9(Bc0

€>

c)(t

6l-EH

50.

ZG

:-E

&

.9,

H(, rJcs

>z

an -\4 g c)

tr tr cl CS

E

.!l

E

a

&

cd-. E9

<8

trot

EE

=U

Oo

-Jl E0)dE

cl ^l

ar 60

t-.,1 (B

.-

l-{ d-v

(sv

EQ +i

.5d

62 >r'O

a

lr)

c; (!

s

(€ L

a

(g I .d tr c)

A

rn (B L (A tr

U) c)

trtf,

L.l o\ tr .=(B

tsE

(D (J

6d

a;

<E

oi;

o.

iJ

cB v) J GI

z

(s >r

cd oO

'oo

rO 6)C\l -o

Eg

JK

(,g

tr(o

(l)E E0

'F

o(

trcl

>H

^

(:)

<B^/

(B

bO ti o h.

-b{ b0= 2cg

=E

(ti=

ilE

FE

,?

H0!

<Oi

CB U)

)

c, (B >\ (B oO

!o

Lo C)c\l -o

tr$

=a JL

urs

trd

(l)E I <r)

.Fd

tr(B

>H

^0) <d^/ (t

bO tr

(t:)h dbr ho= >d

;m

(d=

ilE

si;

,7

H6)

<o,

c0 V) C6

z

(B

x

c6 00 EO o(.I -o

trs

=t^

7)g

trRi

(l)E Fvt

$e

tr(E

.g'=

zE

^0) (B^/ c!

b0 ti

9F.

ld :l b0= ->(B

;ca

-oi

cd=

A.E

HS

=p

l0)

<oi

U

L (B

'p

bo (D

z

t-r (tt o FA U) (s o !i

z

cl

a, j4 CB t-. (l) P E

2

tr Cg tr

li (B a

r-

F- oo

ol C\ e.I c.lc\ c.lN NC\l cO(\t ta)e.l \oc.T

r-

N

o\

o..l c..l Nc'l coC.t $ot

i.}

ot \oc.l

r-

ot

N o\C\

o

ca m

o\


(5)

il

\

-f

r-*

r+

I

C-l

+

r-co lrl oo

c.l

I

c-C.l

J

ra, cA

I

o

6l

o.l

o\I

o\ @

$

co

o

oo

oo

I

r-

*+ca

c.l

s

o\ o\

(B

t-Cd

.51

GI

d

cl

(6

&

(B

'ts

tr

(l)

&

F

j

cr3

o rl) .h

.c)

o

L tr

)

bo

EOr$or

9oi

trtr

trE

CgE

trd

AQ

D.

,GI

bt

l.N (B

lD j1 t'(tr

1..: E l=(,

t>n

(J L (€

'ts

ot) o

tr tr

(t

C)

-o

U)

00

H

z

(6 rc

9o

'ci Ol

b9

tr(6

-E

ri aB

zv

<s

=G!

tr>

rl(g H'E'

a&

vt

'54g (.)

d

(B

E .54 5

oo

.|l

(so

o

EI c.I

4

Eh

€u

4(d

Er-fl. \JX

(Gv Lr

9-U

EO)

(\,tr

IiT iT

tl-r: lcdH

IE

+i l_= d l(B =

I >\E la 3)

LI dl

trl

a

F

t-l

(g

.F

bo

0)

tr

(d

'a

o FA

V)

o

rn

o Lr

Fi

L d

a

(g

A

I

Lr

(B

an

(s

A

d>l

irN

Ybr

a=

l(gE

Itr

tr I(B CB

lzm

d

L

cd

rrl

"54

E

)

o

F

A

sl

(B

'a

b{) o)

z

i<

(6

.F

()

Eoo

U) C\.l

G)H 6t

lor-l&s

t-lJz -c

lcg

o

Itro

lsR

ll <B

t(BE

Itr

d t,e

*

FI

A]

bb

tr

6

tr

(g

ca j

CB

o (t) .G) I

o t<

Oi

)

lr Ea

.9

r!

,gN

a6

i>,

Eb

HJ4

i7aCl,

FaE

Lr O

IR

F4

I F-\ Gl t.(B

l-c

tr

tc

b

t>&

F

O.

tb

5 tr

ca

(o o

U)

,(l)d ^6)

, t) rhE VC) E^(n

C.t

ii

c.l 2.

GI

i>

d=

Itr

U

la

(B

lFa E

lr O

ta *

lN-lF-'r d td

lstr

lo it

t>&

(s L

d .V

CB

d

rA

tr

CS

a

(g

x

6d

o

H

C)

'o

t

5

a

0) (l)

tr

GI

za

HN

t5q

.7d

"-'

g

€(l)

rqM

tb

-CB ,- lr 5(l)

sa0

csc

n(B

cB-otr

V,E

O(d

rI1b'

'Ev

i .r')

(Bc0

>'E

E&

El =

(€E

ho.a

3 so

, G,O

H ,14 (\l

H_U.g

!r bot

t.E I

Ertrtr

'

o'E

<>E

oo1

tr

t (g

o

-tCg

.9r^ .G) o L

Ai

(B

o

'\1o U1 G'

Gt c) i5.N

(D.

ME

L

l€g

l.$E

Iti 6

tz&

le

^*

IH

E

l>rtr

l=(l)

l€

n4

lz

,.

lrri

E

9l6j)t

?l

l

#

o

6t

ts

st-oc)

NE

x<

t

ui,

*E9

TH

to.

Sci

\ oli

sd

tN

$Er

\lr

'X"s

ls

s

tQv

l1.s

IOEH

l$sT

16vM

trt

(st

PI(lt j4 I

ol EI

trl

C)l

orI

trl

cdl

3l

PI6l

CD G.

go

6c)

iE c\

6d

d5

Hco

Et

qDH

?,&

o.

E1

-i cl

I _lz

i-l;i d

l<*

Itr-t.;

s

IL P l(d-v l-C cB

lFa L

1i',tu

r-.

c-l @c.l o\c\t

o

cO ca a.)co $co rr)ao \oao

r-

cA \f

v

c.l

co c.tao

+

c.t rnca \oco

r-

ca ooao o\cf)

o

s

*

c\sf, aat+

l-l

N


(6)

irt

o

(>

co

o

$

o\ o\

r-r\

o

ial

\o o\

tr;

z

s

4

/

I

r-oo

ol \o

o

6t \o

I

rr)

crl

o\

6l cl

b0*

J)6

lro

Li .-{

s8

J<o

<N

Ef

d(d .a U)

8i

o'=

trtr

Ho

Ail

ct CB

rts

tst(1 =ll x.d trl-P(tl .*J

'e.e

.,P

5(q

/,6

(€

.E

&

iri L cl

-v(d

i

d .l1

E

E

c)

A

}1

(h (g

a

(6 (^

EO

do

b0 c\t

tr ID(ll Oi!

,{3

tr ili

OOi €to

=E

aa

6 (ti

cl cl

<o

(Et

GI

B

cc

x

L

(d

M

-t

)

5q\

rr'1 0

VO }1N

ES

>i 0)

Ft.!.

c,s

ad=

5?

6)i; 0)= HE

-cc

d

crl

€6

Es

r-5

.dtr

d' 0)

6Pr

oq

i'E

CB=

>d)

=b

F//

A-(g

.E'

&

td

cl

v

cl

sl

&

E

15 tr

o

O.

'l1

v,

(B

a

L ct^

Hb

CQ

do boN 6)ct

o-E

i3

trai

oOi €to

=E

aa

(, (ti (Bcrl

<o

irl

.+ itl

*

F-r+ o\

+

s

+

ra.+ \o

s

t\

s

aa

trr

+

t rrl1r) \ot1

I-{!

e.i

L

i

! I

i

a

i *'i